Anda di halaman 1dari 80

OBAT-OBAT

YANG DIGUNAKAN PADA


SISTEM PERSARAFAN
SISTEM SARAF
 Merupakan salah satu sistem koordinasi yang
bertugas menyampaikan rangsangan dan reseptor
untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh.
 Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga
komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf,
yaitu :
1.Reseptor, merupakan alat penerima rangsangan
atau impuls.
Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor
adalah alat indera.
2.Penghantar impuls, dilakukan oleh syaraf itu
sendiri.
Saraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut
penghubung terdapat sel khusus yang
memanjang dan meluas.
3.Efektor, merupakan bagian yang menanggapi
rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling
penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar.
SISTEM SARAF PUSAT
 Merupakan pusat dari seluruh kendali dan
regulasi pada tubuh, baik gerakan sadar maupun
gerakan otonom.

 Organ utama yang menjadi penggerak sistem


saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang
belakang.
SISTEM SARAF PUSAT
 Obat-obat yang bekerja pada susunan saraf
pusat dibagi atas dua golongan besar :
1. Merangsang atau menstimulasi, yang secara
langsung maupun tidak langsung
merangsang aktivitas otak, sumsum tulang
belakang dan saraf-sarafnya.
2. Menghambat atau mendepresi, yang secara
langsung maupun tidak langsung memblokir
proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum
tulang belakang dan saraf-sarafnya.
 Obat-obat yang bekerja pada sistem saraf
pusat
1. Analgetik antipiretik
2. Antiemetik
3. Antiepilepsi
4. Anestesia
5. Neurotropik
ANALGETIK ANTIPIRETIK
Analgetik : Obat yang dapat mengurangi
atau menghilangkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan
kesadaran.
Antipiretik : Obat yang dapat menurunkan
suhu tubuh dari keadaan
demam ke keadaan suhu tubuh
normal.
Patofisiologi Nyeri
 Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan
dengan dilepaskannya zat kimia inflamatori
(histamin dan bradikinin) oleh jaringan tubuh
yang cedera.
 Histamin dan bradikinin merupakan
vasodilator kuat yang dapat menyebabkan
edema, kemerahan dan nyeri serta
menstimulasi pelepasan prostaglandin.
 Prostaglandin : senyawa yang paling
berperan dalam menimbulkan nyeri dan
peradangan.
Rasa nyeri dibedakan dalam 3 kategori :
a.Nyeri ringan, dapat diatasi dengan
Asetosal, Parasetamol
b.Nyeri sedang, dapat diatasi dengan
analgetik perifer kuat.
c.Nyeri hebat, harus diatasi dengan
analgetik sentral atau analgetik
narkotika
Untuk mengatasi nyeri ringan sampai
sedang, diatasi dengan analgetik perifer.
Nyeri yang hebat membutuhkan
analgetik sentral yang efek analgetiknya
lebih kuat.
Antipiretik berperan dalam menurunkan
suhu tubuh pada keadaan demam,
sedangkan efek antiinflamasinya untuk
mengobati radang.
Patofisiologi Demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat
yang disebut pirogen.
Pirogen adalah produk mikroorganisme
bakteri gram negatif berupa endotoksin
dari bakteri tersebut.
Pirogen dibagi menjadi 2 golongan,
pirogen eksogen dan pirogen endogen.
Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh
endogen berasal dari dalam tubuh.
Terjadinya demam
Pirogen eksogen menstimulasi sel darah putih
(monosit, limfosit, neutrofil) yang kemudian
mengeluarkan pirogen endogen.
Pirogen eksogen dan endogen akan
merangsang endotelium hipotalamus untuk
membentuk prostaglandin.
Prostaglandin akan meningkatkan patokan
termostat di pusat termoregulasi di
hipotalamus.
Hipotalamus akan mengganggap suhu
sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang
baru sehingga memicu mekanisme peningkatan
panas seperti menggigil, vasokonstriksi kulit
dan mekanisme volunter seperti memakai
selimut. Ini akan menyebabkan terjadinya
peningkatan produksi panas yang pada
akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik
ke patokan yang baru tersebut.
PENGGOLONGAN ANALGETIK
1. Analgetik narkotika (analgetik sentral)
 Bekerja di SSP, memiliki daya penghalang
nyeri yang hebat.
 Dalam dosis besar bersifat depresan umum
(menurunkan kesadaran).
 Efek samping menimbulkan rasa nyaman.
 Berisiko menimbulkan ketergantungan obat
(adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan
obat.
 Hanya digunakan untuk nyeri yang hebat
(trauma hebat, patah tulang, nyeri infark
jantung, kolik batu empedu/batu ginjal).
 Diindikasikan pada kanker stadium lanjut.
 Fentanil digunakan untuk premedikasi dalam
pembedahan karena dapat memperkuat
anestesi umum.
 Penggolongan :
a. Alkaloid alam : Morfin, Kodein
b. Derivat semi sintetis : Heroin
c. Derivat sintetis : Metadon dan
derivatnya,
Petidin dan
derivatnya,
Tramadol
d. Antagonis morfin : Nalokson
Informasi Analgetik Narkotika
1. Morfin
Indikasi : analgetik selama dan setelah
pembedahan, analgetik pada situasi lain.
Kontraindikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme
akut, penyakit perut akut, peningkatan
tekanan otak atau cedera kepala.
Efek samping : mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan, pada dosis berlebih
dapat menimbulkan keracunan dan
menyebabkan kematian.
Sediaan : sirup 5 mg/5 ml, tablet 10 mg, 30 mg,
60 mg injeksi 10 mg/ml, 20 mg/ml
2. Kodein
Indikasi : nyeri ringan sampai sedang
Kontraindikasi dan efek samping : sama
dengan morfin
Sediaan : tablet 10 mg, 15 mg, 20 mg
3. Fentanil
Indikasi : nyeri kronik pada
kanker yang sukar diatasi.
Kontraindikasi dan efek samping : sama
dengan morfin
Sediaan : injeksi 50 ug/ml,
cakra transdermal 10 mg
4. Petidin HCl
Indikasi : nyeri sedang sampai berat,
nyeri paska bedah.
Kontra indikasi dan efek samping : sama
dengan morfin
Sediaan : injeksi 50 mg/ml,
tablet 50 mg
5. Nalokson
• Merupakan antagonis morfin yang bekerja
meniadakan semua khasiat morfin.
• Bersifat analgesik
• Digunakan pada kasus overdosis atau
intoksikasi analgetik narkotika.
Informasi Analgetik Non Narkotika
• Disebut analgetik perifer karena tidak
mempengarui SSP.
• Mempunyai khasiat sebagai antipiretik,
antiinflamasi dan antiflogistik.
• Merangsang pusat pengatur panas di
hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi
perifer di kulit dengan bertambahnya
pengeluaran kalor dan pengeluaran
keringat.
Penggolongan :
a. Golongan Salisilat (Asetosal, Asam asetil
salisilat)
• Diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri
otot, demam dll.
• Bersifat antiplatelet, mencegah trombosis
koroner dan serebral.
• Sebagai obat bebas
• Efek samping : iritasi lambung dan saluran
cerna, karenanya diminum setelah makan.
• Bersifat hepatotoksik
b. Golongan Para-aminofenol (Parasetamol)
• Mengurangi nyeri ringan sampai sedang.
• Menurunkan suhu tubuh dalam keadaan
demam, dengan mekanisme efek sentral.
• Pada penggunaan dosis besar dan jangka
lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
c. Golongan Pirazolon (Dipiron)
• Sebagai analgetik antipiretik
• Efek samping : agranulositosis, anemi
aplastik, trombositopenia.
• Fenilbutazon digunakan untuk artritis
reumatoid.
d. Golongan Antranilat (Asam mefenamat)
• Sebagai analgesik dan antiinflamasi
• Efek samping : iritasi mukosa lambung
dan gangguan saluran cerna
e. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) / NSAID
(Non Steroid Anti Inflamasi Drugs)
• Sebagai analgesik dan antiinflamasi
• Digunakan dalam pengobatan reumatik dan
gout, contoh : Ibuprofen, Indometasin,
Diklofenak, Fenilbutazon dan Piroksikam.
• Penyakit reumatik membutuhkan pengobatan
simtomatis analgesik tunggal atau campuran,
tetapi jika nyeri dan kekakuan yang timbul
disebabkan oleh reumatik yang meradang,
maka diberikan pengobatan dengan AINS.
1. Ibuprofen
• Turunan Asam propionat, sebagai
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik.
• Efek samping lebih ringan dibandingkan
dengan AINS yang lain, tetapi efek
antiinflamasinya juga lemah, sehingga
kurang sesuai untuk peradangan sendi
hebat.
2. Diklofenak
• Derivat Fenilasetat, sebagai antiradang yang
kuat.
• Efek samping kurang dibandingkan
Piroksikam dan Indometasin.
• Digunakan untuk segala macam nyeri, migrain
dan encok.
• Secara parenteral sangat efektif untuk
menanggulangi nyeri kolik hebat.
3. Indometasin
• Sifat analgetik dan antiradang sama dengan
Asetosal.
• Sering digunakan pada serangan encok akut.
• Efek samping : gangguan lambung usus,
perdarahan tersembunyi, pusing, tremor.
4. Fenilbutazon
• Derivat Pirazolon, lebih kuat daya
antiflogistiknya daripada daya
analgesiknya.
• Lebih digunakan sebagai obat reumatik.
5. Piroksikam
• Bekerja sebagai antiradang, analgesik dan
antipiretik yang kuat.
• Digunakan untuk mengobati encok.
• Efek samping : perdarahan dalam lambung
usus.
6. COX-2 Inhibitor (Celecoxib, Rofecoxib,
Etoricoxib)
• Celecoxib adalah NSAID pertama dengan
khasiat menghambat COX-2 secara
selektif.
• Tidak digunakan pada dosis tinggi dan
pemakaian jangka panjang karena berefek
terhadap jantung.
• Rofecoxib dan Etoricoxib merupakan
generasi selanjutnya dengan khasiat dan
efek yang hampir sama.
ANTIEMETIK

Obat yang digunakan untuk mengurangi


atau menghilangkan perasaan mual dan
muntah.
 Penyebab muntah :
1.Rangsangan dari asam lambung usus ke pusat
muntah, karena adanya kerusakan mukosa lambung
usus, makanan yang tidak cocok, hepatitis dll.
2.Rangsangan tidak langsung melalui chemoreseptor
trigger zone (CTZ) yaitu suatu daerah yang letaknya
berdekatan dengan pusat muntah.
Rangsangan disebabkan oleh obat-obatan, gangguan
keseimbangan dalam labirin, gangguan metabolisme.
3.Rangsangan melalui kulit korteks dengan melihat,
membau dan merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan.
 Penggunaan Antiemetik
1. Mabuk perjalanan
2. Mabuk kehamilan
Pada kasus berat, dapat digunakan golongan
antihistamin atau fenotiazin yang kadang
dikombinasikan dengan Vitamin B6.
3. Mual atau muntah yang disebabkan
penyakit tertentu, seperti pada pengobatan
dengan radiasi atau obat sitostatika.
 Penggolongan Antiemetik
1. Antikolinergik
• Antihistamin Sinarizin, Prometazin,
Dimenhidrinat ampuh mencegah mabuk
darat dan mual kehamilan.
• Efeknya bergantung pada sifat
antikolinergik dan aktivitas blokade
reseptor H di CTZ.
2. Antagonis dopamin
• Bekerja melawan mual dan muntah
berdasarkan perintangan neurotransmiter
dari CTZ ke pusat muntah dengan jalan
blokade reseptor dopamin.
• Terdiri dari :
a. Propulsiva (prokinetika) :
Metoklopramida, Domperidon
b. Derivat butirofenon : Haloperidol
c. Derivat fenotiazin : Proklorperazin
3. Antagonis serotonin
• Contoh : Granisetron, Ondansetron dan
Tropisetron.
• Mekanisme kerja : blokade serotonin (zat
yang dapat memicu refleks muntah dari usus
halus dan merangsang CTZ)
• Efektif untuk pasien yang menjalani terapi
dengan sitostatika dan radioterapi.
4. Golongan lain
a. Kortikosteroid : Deksametason, Metilprednisolon
Efektif terhadap muntah yang disebabkan oleh efek
sitostatika.
b. Dronabinol (Mariyuana, Tetrahidrokanabinol)
Efektif terhadap muntah pada pemberian sitostatika.
c. Benzodiazepin
 Mempengaruhi sistem kortikal/limbis otak dan
tidak mengurangi frekuensi dan keparahan
emesis, melainkan memperbaiki sikap pasien
terhadap peristiwa muntah.
 Lorazepam efektif sebagai pencegah muntah.
ANTIEPILEPSI
 Antikonvulsi : Obat yang digunakan untuk
mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi
karena khasiat antikonvulsinya.
 Semua antiepilepsi mempunyai waktu paruh
yang panjang, dieliminasi dengan lambat dan
terakumulasi dalam tubuh pada penggunaan
kronis.
 Epilepsi : gangguan atau penyakit SSP yang
timbul spontan dengan episode singkat dan
berkala.
 Gejala utama : penurunan sampai kehilangan
kesadaran.
 Penyebab : pelepasan muatan listrik yang
cepat, mendadak dan berlebihan pada neuron
tertentu dalam otak yang disebabkan oleh luka
di otak, keracunan timah hitam dan pengaruh
obat tertentu yang dapat menimbulkan
serangan epilepsi.
Penggolongan Epilepsi
1. Kejang umum
Jika aktivitas terjadi pada kedua belahan otak secara
bersama-sama.
Terbagi atas 4 jenis :
a. Grand mal = Tonic clonic convulsion
• Jenis epilepsi yang paling banyak terjadi.
• Gejala :
o Pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-
engah, ke luar air liur.
o Bisa terjadi sianosis, ngompol, menggigit lidah.
o Terjadi beberapa menit, penderita merasa lemah,
kebingungan, sakit kepala atau tidur.
b. Petit mal = Abscence attacks
• Jenis epilepsi yang jarang terjadi, umumnya
terjadi pada masa anak-anak atau remaja
awal.
• Gejala :
o Penderita tiba-tiba melotot atau matanya
berkdip-kedip dengan kepala terkulai.
o Kejadiannya hanya beberapa detik,
bahkan sering tidak disadari.
c. Myolonic seizure
Gejala :
o Biasanya terjadi pada pagi hari setelah
bangun tidur.
o Pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba.
o Jenis yang sama bisa terjadi pada psien
normal.
d. Atonic seizure
• Jarang terjadi
• Gejala : Pasien tiba-tiba kehilangan
kekuatan otot, tetapi bisa
segera dipulihkan.
2. Kejang parsial/fokal
• Dimulai dari daerah tertentu pada otak.
• Terbagi atas :
a. Simple partial seizures
Gejala : pasien tidak kehilangan kesadaran,
terjadi sentakan- sentakan pada
bagian tubuh tertentu.
b. Complex partial seizures
Gejala : pasien melakukan gerakan yang
tidak terkendali, seperti gerakan
mengunyah, meringis dll. tanpa
kesadaran.
Status epileptikus : serangan yang bertahan lebih
dari 30 menit dan berlangsung
dengan cepat tanpa diselingi
keadaan sadar. Sesudah 30
menit, mulai terjadi kerusakan
SSP, dan dapat berakibat fatal
(kematian) karena kesulitan
bernafas dan kekurangan
oksigen di otak.
Penggolongan Obat Antikonvulsi
1. Obat generasi pertama
a. Barbital : Fenobarbital
Memiliki sifat antikonvulsi
b. Fenitoin : digunakan untuk grand mal
c. Suksinimida : Etosuksinimida
Terutama digunakan untuk petit mal
d. Lain-lain : Asam valproat, Diazepam,
Klonazepam, Karbamazepin,
Okskarbazepin.
2. Obat generasi kedua : Lamotrigin,
Gabapentin,
Pregabalin, Topiramat.
Umumnya tidak diberikan secara tunggal,
tetapi sebagai tambahan dalam obat klasik
generasi pertama.
Pengobatan Epilepsi
Tujuan pengobatan :
1. Menghindari kerusakan sel-sel otak
2. Mengurangi beban sosial dan psikologi
pasien maupun keluarga.
3. Profilaksis sehingga jumlah serangan
berkurang.
Pilihan obat epilepsi ditentukan berdasarkan tipe
epilepsi.
Keuntungan pemberian obat tunggal :
1. Mudah mengevaluasi hasil pengobatan.
2. Mudah mengevaluasi kadar obat dalam
darah.
3. Efek samping obat minimal.
4. Interaksi obat dapat dihindari.
 Pada banyak kasus, setengah kasus epilepsi
yang terjadi tidak dapat dikendalikan dengan
obat tunggal, melainkan harus dengan terapi
kombinasi.
 Pemberian obat antiepilepsi dimulai dengan
dosis rendah, kemudian dinaikkan bertahap
sampai epilepsi terkendali.
 Penghentian obat secara mendadak harus
dihindari karena dapat memicu kambuhnya
serangan, terutama golongan Barbiturat dan
Benzodiazepin.
Mekanisme Kerja Antiepilepsi
 Prinsip : Menurunkan neurotransmisi
rangsangan listrik di sinaps sel-sel saraf.
 Zat yang menghambat neurotransmisi a.l
GABA (Gamma Amino Butiric Acid) dan
Glisin, sehingga obat-obat yang menunjang
kerja GABA digunakan sebagai antiepilepsi.
 Obat antiepilepsi merupakan obat yang
memiliki indeks terapi sempit, sehingga perlu
pemantauan kadar obat dalam darah.
 Penghentian obat tidak boleh dilakukan
secara tiba-tiba karena dapat memicu
serangan, kecuali pada kasus tertentu seperti
sindrom Stevens Johnson.
 Asam valproat dan Karbamazepin bersifat
teratogen, penggunaan pada wanita hamil
dianjurkan dengan dosis serendah mungkin.
ANESTESI
ANESTESI UMUM
 Anestesi umum : obat yang dapat
menimbulkan efek anestesi atau narkosa, yakni
suatu keadaan depresi umum di SSP yang
bersifat reversible, dengan menghilangkan
seluruh perasaan dan kesadarannya.
 Digunakan pada pembedahan dengan maksud
mencapai keadaan pingsan, merintangi
rangsangan nyeri, memblokir reaksi refleks
terhadap manipulasi pembedahan serta
menimbulkan pelemasan otot.
 Tahapan dalam proses anestesi atau taraf
narkosa:
1. Taraf analgesia : kesadaran dan rasa nyeri
berkurang
2. Taraf eksitasi : kesadaran hilang seluruhnya
dan terjadi kegelisahan
Taraf 1 dan 2 disebut taraf induksi.
3. Taraf anestesia : refleks mata hilang, nafas
otomatis teratur seperti
tidur, serta pelemasan otot.
4. Taraf pelumpuhan sumsum tulang, kerja
jantung dan pernafasan
Tujuan narkosa : untuk mencapai taraf
anestesi dengan efek
samping minimal.
Taraf ke-1 sampai ke-3 yang paling penting,
taraf ke-4 harus dihindari.
 Syarat Anestesi Umum
1. Berbau enak dan tidak merangsang selaput
lendir
2. Mula kerja obat cepat tanpa efek samping
3. Proses recovery tanpa disertai dengan
kejang
4. Khasiat analgesik baik dengan melemaskan
otot secara keseluruhan
5. Tidak menambah pendarahan kapiler selama
pembedahan
 Premedikasi dan Pascamediksi
1. Sebelum narkosa (pramedikasi), diberikan
obat-obat sedatif (Klorpromazin, Morfin,
Petidin) untuk meniadakan kegelisahan, dan
parasimpatolitik (Atropin) untuk menekan
sekresi ludah yang berlebihan.
2. Selama narkosa, diberikan obat relaksasi
otot.
3. Setelah narkosa (pascamedikasi), diberikan
analgesik (Metampiron), sedatif (Luminal)
dan antiemetik (Klorpromazin).
 Efek Samping Anestesi Umum
1. Menekan pernafasan, terutama pada
penggunaan N2O, Eter.
2. Menekan sistem kardiovaskuler, terutama
pada penggunaan Halotan.
3. Merusak hati dan ginjal sehingga tidak
digunakan lagi, seperti Kloroform.
4. Berkurangnya aliran darah di ginjal.
5. Menekan sistem regulasi suhu, sehingga
timbul perasaan kedinginan pascabedah.
 Teknik Pemberian Anestesi Inhalasi
1. Sistem terbuka : penetesan langsung ke atas kain
kasa yang menutupi mulut atau hidung pasien,
contoh : Eter
2. Sistem tertutup : menggunakan alat khusus
yang menyalurkan campuran gas dengan
oksigen dan sejumlah CO2 yang dikeluarkan
oleh sistem pernafasan dimasukkan kembali
(bertujuan untuk memperdalam pernafasan dan
mencegah berhentinya pernafasan atau apnoe,
yang dapat terjadi jika diberikan dengan sistem
terbuka).
Cara ini banyak disukai, contoh : N2O dan
Halotan.
3. Insuflasi gas : uap/gas ditiupkan ke dalam
mulut, batang tenggorokan atau trakea
dengan memakai alat khusus.
ANESTESI LOKAL

 Anestesi lokal : obat yang digunakan pada


penggunaan lokal, merintangi secara reversible
penerusan impuls saraf ke SSP sehingga
menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, serta
rasa panas dan dingin.
 Penggunaan Anestesi Lokal
• Umumnya digunakan secara parenteral
• Dibagi menjadi 3 jenis,
a. Anestesi permukaan
Digunakan secara lokal untuk melawan rasa
nyeri dan gatal.
b. Anestesi filtrasi
Suntikan yang diberikan di lokasi tempat
ujung saraf.
c. Anestesi blok atau penyaluran saraf
Suntikan yang diberikan di daerah tempat
berkumpulnya banyak saraf, sehingga proses
pembiusan akan mencapai daerah anestesi
yang luas.
 Syarat Anestesi Lokal
1. Tidak merangsang jaringan
2. Tidak menyebabkan kerusakan permanen
terhadap SSP
3. Toksisitas sistemiknya rendah
4. Efektif pada penyuntikan dan penggunaan
lokal
5. Mula kerjanya cepat dan daya kerjanya dapat
bertahan untuk jangka waktu yang cukup
lama
6. Larut dalam air dengan menghasilkan larutan
 Penggolongan Anestesi Lokal
1. Senyawa ester : Kokain, Procain,
Benzokain, Bupivakain,
Tetrakain, Lidokain,
Buvakain, Mepivakain.
2. Senyawa amida : Sinokain, Artikain.
3. Lain-lain : Etil klorida, Fenol,
Benzilalkohol.
 Efek Samping Anestesi Lokal
• Menghambat pernafasan dan sirkulasi darah.
• Reaksi hipersensitif berupa dermatitis alergi
atau syok anafilaktik yang dapat
menyebabkan kematian.
NOOTROPIK (NEUROTROPIK)

 Adalah obat yang digunakan pada gangguan


serebral, seperti mudah lupa, kurang
konsentrasi dan vertigo.
 Gejala gangguan sirkulasi darah di otak :
kelemahan ingatan jangka pendek dan
konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari-
jari dingin dan depresi.
 Yang termasuk Nootropik/Neurotropik
1. Piracetam
2. Piritinol
3. Ginkgo biloba
4. Mekobalamin
5. Sitikolin
Piracetam
• Digunakan untuk memperbaiki gangguan
fungsi kognitif.
• Mempunyai potensi terhadap neuronal dan
vaskular.
• Efek neuronal : meningkatkan aktivitas
beberapa neurotransmiter, serta
meningkatkan metabolisme dan penggunaan
glukosa dan oksigen oleh sel otak.
• Efek vaskular : perbaikan reologi darah.
• Merupakan derivat GABA (Gamma
Aminobutyric Acid), dan dalam penggunaan
klinisnya digunakan untuk gangguan
keseimbangan (vertigo) atau kondisi yang
berhubungan dengan proses penuaan, misal
gangguan fungsi kognitif.
• Digunakan untuk gangguan
serebrovaskular.
Piritinol
• Merupakan antioksidan yang sangat kuat bagi
radikal hidroksil yang tidak terpakai.
• Meningkatkan pengambilan oksigen dan
glukosa di dalam otak, dan menyalurkan
glukosa agar lebih mudah melewati sawar
darah otak.
• Menurunkan permeabilitas sawar darah otak
terhadap fosfat, menurunkan kadar GABA
dan GABA transaminase serta meningkatkan
RNA residual dan RNA ribosomal.
• Aktivasi umum yang disebabkan oleh
penggunaan obat ini diperkirakan karena
pengaruhnya terhadap membran
fosfolipideritrosit, yang merupakan tempat
terjadinya peningkatan pengaturan molekul-
molekul pada lapisan ganda fosfolipid.
 Ginkgo biloba
Ekstrak akarnya dapat meningkatkan aliran
darah secara keseluruhan termasuk otak,
meskipun efek nootropiknya masih dalam
perdebatan.
Mekobalamin
• Merupakan bentuk Vitamin B12 dengan
gugus metal aktif yang berperan dalam
reaksi transmetilasi dan merupakan bentuk
paling aktif dalam kaitannya dengan
metabolisme asam nukleat, protein dan
lemak, dibandingkan dengan homolog
Vitamin B12 lainnya dalam tubuh.
• Penggunaannya dapat meningkatkan
metabolisme asam nukleat, protein dan
lemak.
• Bekerja sebagai koenzim dalam sintesa
metionin, mempercepat sintesa DNA dan
RNA.
• Mekobalamin diperlukan juga untuk kerja
normal sel saraf bersama-sama Asam folat
dan Vitamin B6.
 Sitikolin
• Berfungsi dalam metabolisme fosfolipid,
sebagai prekursor fosfatidil kolin dan asetil
kolin.
• Pada penyakit Alzheimer, Sitikolin berperan
dalam memperbaiki fungsi kognitif dengan cara
meningkatkan kadar kolin. Jika kebutuhan kolin
meningkat, Sitikolin eksogen dapat mencegah
katabolisme membran sel saraf dalam upaya
memperoleh kolin untuk transmisi impuls.
• Sitikolin dapat meningkatkan ingatan dan
perilaku yang berkenaan dengan ingatan.

Anda mungkin juga menyukai