Anda di halaman 1dari 33

ANALGETIK

ANTIPIRETIK

APT. NUR ANGGREINI DS.,M.SC


PENGERTIAN

• Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran

• Analgetika umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk


menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan nyeri lain misalnya nyeri pasca
bedah, pasca bersalin nyeri haid (dismenore) dan nyeri lain yang sulit dikendalikan.
• Hampir semua analgesik mempunyai efek anti inflamasi dan antipiretik.
• Asam salisilat, parasetamol, mampu mengatasi nyeri ringan sampai sedang, tapi
nyeri hebat membutuhkan analgesik yaitu analgesik sentral (analgesik narkotik)
• Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu menurunkan suhu tubuh
pada keadaan demam, sedangkan sifat anti inflamasi berguna untuk mengobati
radang sendi (arthritis reumatoid) termasuk pirai/gout kelebihan asam urat sehingga
pada sendi terjadi pembengkaan dan timbul rasa nyeri.
• Analgesik anti inflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan
sintesis prostaglandin (penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat
dibedakan dalam 3 kategori :
• Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid. Dapat diatasi
dengan parasetamol, asetosal, bahkan plasebo
• Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumatik) perlu analgesik kuat
• Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, ginjal, kanker) harus
diatasi dengan analgesik sentral atau narkotik.

• Penggolongan :

• Analgesik dibagi dalam 2 golongan besar :


1. Analgesik Narkotik ( analgesik sentral )
2. Analgesik non opioid (non narkotik)
1. ANALGESIK NARKOTIK
• Kerja pada pusat Hipnoanalgetika :
• Menurunkan rasa nyeri dengan cara stimulasi reseptor opiat (kerja
analgetika)
• Mengurangi aktivitas kejiwaan (kerja sedasi)
• Meniadakan rasa takut dan rasa bermasalah (kerja trankuilansia)
• Menghambat pusat pernapasan dan pusat batuk (kerja depresi
pernapasan dan antitusif)
• Menimbulkan miosis (kerja miotika)
• Meningkatkan pembebasan ADH (kerja antidiuretika)

• Obat golongan ini hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentil rasa


nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark), kolik batu empedu,
kolik ginjal. Tanpa indikasi yang kuat tidak dibenarkan penggunaannya
secara kronik disamping untuk nyeri hebat, penggunaan narkotik
diindikasikan pada kanker stadium lanjut karena dapat meringankan
penderitaan.
• Fentanil dan alfentanil umumnya digunakan sebagai premedikasi dalam
pembedahan karena dapat memperkuat anestesi umum sehingga
mengurangi timbulnya kesadaran selama anestesi.

• Penggolongan analgesik narkotik adalah sebagai berikut :

Ø Alkaloid alam : morfin, codein

Ø Derivat semisintesis : heroin

Ø Derivat sintetik : Metadon, fentanil

Ø Antagonis morfin : nalorfin, nalokson dan pentasozin


Morfin

• Indikasi : Analgesik selama dan setelah pembedahan,


analgesik pada situasi lain
• Kontra indikasi : Depresi pernafasan akut, alkohollisme akut,
penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera
kepala
• Efek Samping : Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/adiksi
pada over dosis dapat menyebabkan keracunan dan kematian
• Sediaan : Morfin HCl sirup 5mg/5ml, tablet 10mg, 30mg, 60mg,
injeksi 10mg/ml, 20mg/ml
• Kodein posfat
• Indikasi : nyeri ringan sampai sedang
• Kontra indikasi dan efek samping sama dengan morfin
• Sediaan : Kodein posfat 10mg, 15mg, 20mg

• Fentanil
• Indikasi : Nyeri kronik yang sukar diatasi pada kanker
• Kontra indikasi dan efek samping sama dengan morfin
• Sediaan : Bentuk sediaan dapat berupa injeksi atau cakram
transdermal (lama kerja yang panjang)
• Petidin HCL
• Indikasi : nyeri sedang, berat, nyeri pasca bedah
• Kontra indikasi dan efek samping sama
• Sediaan : Petidin injeksi 50 mg/ml, tab. 50 mg
• Tramadol HCl
• Indikasi : nyeri sedang sampai berat
• Kontra indikasi dan efek samping sama
• Sediaan : Tramadol injeksi 50 mg/ml, tablet 50mg

• Nalorfin dan nalokson


Adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin dan
bersifat analgesik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi
obat-obat analgesik narkotik
• ANALGESIK NON OPIOID (NON NARKOTIK)

Disebut analgesik perifer karena tidak mempengaruhi


susunan saraf pusat. Semua analgesik mempunyai khasiat
antipiretik, yaitu menurunkan suhu tubuh pada saat demam.
• Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur
kalor dihipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di
kulit, dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai
keluarnya banyak keringat. Misalnya parasetamol, aspirin,
berkhasiat pula anti inflamasi, antiradang atau anti flogistik
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer digolongkan menjadi :

a. Golongan Salisilat

– Asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal dengan asetosal


atau aspirin. Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri
otot, demam dan lain-lain. Saat ini asetosal
– semakin banyak dipakai karena sifat anti platelet nya. Sebagai
contoh aspirin dosis kecil dipakai untuk pencegahan trombosis
koroner dan cerebral.
– Asetosal adalah analgesik antipiretik dan anti inflamasi yang
sangat luas digunakan dan digolongkan obat bebas. Efek
samping menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna, dapat
dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat
sediaan menjadi salut enterik (enteric coated). Karena salisilat
bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkan diberikan pada
penderita penyakit hati yang kronis.
b. Golongan Para Aminofenol
• Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol)
• Efek analgesik golongan ini serupa dengan salisilat
yaitu menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri
ringan sampai sedang dan dapat menurunkan suhu
tubuh dalam keadaan demam. Efek samping
parasetamol dan kombinasinya dalam jangka waktu
lama dapat menyebabkan kerusakan hati.

KEHAMILAN DAN LAKTASI


Hanya parasetamol yg dianggap aman bagi wanita
hamil dan menyusui, walaupun dapat mencapai air
susu. Asetosal dan salisilat, NSAID dan metamizol
dpt mengganggu perkembangan janin
c. Golongan Pirazolon (dipiron, metampiron, antalgin, novalgin, dolo neurobion)

Adalah derivat sulfonat dari aminofenazon yg laru dlm air (1946) Obat ini
sering dikombinasi dgn obat lain a.l dengan aminofenazon

d. Golongan Antranilat (asam mefenamat)


• Digunakan sebagai analgesik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif dibanding dengan
aspirin. Efek samping seperti iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul.
ANALGESIK
• AINS (ANALGESIK ANTI INFLAMASI NON STEROID)
• Adalah obat-obat analgesik yang juga memiliki efek anti
inflamasi, sehingga obat-obat ini digunakan dalam
pengobatan rheumatik dan gout. Contohnya Ibuprofen,
indometacin, fenilbutazon, piroksikam dan diklofenak.
• Sebagian besar penyakit rheumatik membutuhan
pengobatan simptomatis, untuk meredakan rasa nyeri
penyakit sendi degeneratif seperti osteoartritis, analgesik
tunggal atau campuran masih bisa digunakan. Tetapi bila
nyeri dan kekakuan disebabkan penyakit rheumatik yang
meradang harus diberikan pengobatan AINS.
Ø Ibuprofen

Ø Adalah turunan asam propionat yang berkhasiat anti


inflamasi, analgesik dan anti piretik. Efek samping kecil
dibanding AINS yang lain, tetapi efek anti inflamasinya
juga agak lemah, sehingga kurang sesuai untuk
peradangan sendi hebat seperti gout akut.
• Diklofenak
• Derivat fenilasetat ini termasuk AINS yang terkuat
anti radangnya dengan efek samping yang kurang
keras dibanding dengan obat lainnya seperti
piroksikam dan indometacin. Obat ini digunakan untuk
segala macam nyeri, juga pada migrain dan encok.
Secara parenteral sangat efektif untuk mengatasi
kolik hebat (kandung kemih dan empedu).

• Indometacin
• Daya analgesik dan anti radang sama kuat dengan
aspirin, sering digunakan pada serangan encok akut.
Efek samping berupa gangguan lambung usus, pusing,
tremor
Ø Fenilbutazon
• Derivat pirazolon memiliki khasiat antiflogistik yang lebih kuat
daripada kerja analgesiknya. Karena itu golongan ini digunakan
sebagai obat rematik seperti halnya fenilbutazon.
Ø Piroksikam
• Bekerja sebagai anti radang, analgesik dan antipiretik. Digunakan
untuk melawan encok. Efek samping berupa perdarahan pada lambung
usus

Anda mungkin juga menyukai