Anda di halaman 1dari 14

Obat Analgetik

A. Pengertian
Analgetik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik pada umumnya diartikan
sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan rasa sakit kepala, nyeri
otot, nyeri sendi, dan nyeri lain, misalnya nyeri pasca bedah dan pasca
persalinan, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai nyeri hebat yang sulit
dikendalikan.
Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissuedamage) dengan
dilepaskannya zat kimia inflamatori (seperti histamin dan bradikinin) oleh
jaringan tubuh yang cedera (excitatory neurotransmitter). Histamin dan
Bradikinin merupakan vasodilator kuat yang dapat menyebabkan edema,
kemerahan, dan nyeri serta menstimulasi pelepasan prostaglandin.
Prostaglandin merupakan senyawa penting dalam menimbulkan nyeri dan
peradangan. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan
kimia, fisika atau mekanis, maka enzim posfolipase akan diaktifkan untuk
mengubah fospolipid menjadi asam arakidonat.
Rasa nyeri dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu :
1. Nyeri ringan ( sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid). Dapat
diatasi dengan asetosal, parasetamol bahkan placebo.
2. Nyeri sedang ( sakit punggung, migrain, reumatik) dapat diatasi
dengan analgetik perifer kuat.
3. Nyeri hebat ( kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal,
kanker). Harus diatasi dengan analgetik sentral atau analgetik narkotik.
Untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang dapat diatasi dengan
analgetik perifer, sedangkan nyeri hebat membutuhkan anlgetik sentral yang
efek analgesinya lebih kuat, seperti analgetik narkotik.

B. Penggolongan Obat dan Efek Sampingnya


Analgetik dibagi dalam dua golongan besar, yaitu analgetik narkotik dan
analgetik non-narkotik.
a. Analgetik Narkotik (analgetik sentral/analgetik opioid)
Analgetik yang bekerja pada SSP, memiliki daya penghalang nyeri
yang hebat sekali. Dalam dosis besar dapat berdifat depresan umum
(menurunkan kesadaran). Penggunaan analgetik ini harus hati-hati
karena mempunyai resiko besar terhadap ketergantunganobat (adiksi)
dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan
untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah
tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu atau batu ginjal).
Selain untuk nyeri hebat, penggunaan analgetik narkotik diindikasikan
pada kanker stadium lanjut karena dapat meringankan penderitaan.
Penggolongan analgetik narkotik sebagai berikut :
1) Alkaloid Alam : Morfin, kodein
2) Derivat Semi Sintesis : Heroin
3) Derivat Sintetik : Metadon dan derivatnya
(dekstromoramida, propoksifen, bezitramida), petidin dan
derivatnyya ( fentanil, sulfentanil), tramadol.
4) Antagonis Morfin : Nalorfin, nalokson, pentazosina dan
buprenofin.

b. Analgetik non-Narkotik (analgetik perifer/non-opioid)


Disebut juga analgetik perifer karena tidak mempengarhi susunan
saraf pusat. Semua analgetik perifer memiliki khasiat antipiretik, yaitu
menurunkan suhu badan pada saat demam.
Berdasarkan rumus kimianya, analgetik perifer digolongkan menjadi :
1) Golongan Salisilat (asetol, salisilamid, benorilat)
Asam asetil salisilat lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin.
Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam
dan lain-lain. Saat ini asetosal makin banyak dipakai karena
sifat anti plateletnya. Sebagai contoh aspirin dosis kecil
digunakan untuk pencegahan trombosis koroner dan serebral
Asetosal adalah analgetik-antipiretik dan antiinflamasi yang
sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas.
Masalah efek samping sepert iritasi lambung dan saluran cerna
dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau
membuat obat dalam bentuk salut enterik (enteric-coated)
Karena salisilat bersifat hepatotoksik, tidak dianjurkan
diberikan pada penderita penyakit hati yang kronis.
2) Golongan para aminofenol (parasetamol) Terdiri dari fenasetin
dan asetaminofen (parasetamol). Di Indonesia asetaminofen
lebih dikenal dengan nama parasetamol dan akhir-akhir ini
pengunaannya meningkat pesat. Efek analgesik golongan ini
sama dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh
dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral.
Namun karena toksisitasnya terhadap hati dan ginjal, fenasetin
saat ini sudah dilarang penggunaannya. Efek samping
parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar
atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.
3) Golongan pirazolon (propifenazon, dipiron) Khasiat
fenilbutazon dan turunannya yang digunakan adalah sebagai
analgesik antipiretik saja, karena obat golongan inimemiliki
efek antiinflamasi yang lemah. Efek samping semua derivat
pirazolon adalah dapat menyebabkan agranulositosis, anemia
aplastik, dan trombositopenia. Di beberapa negara (AS,
Swedia, Inggris, dan Belanda), penggunaannya sangal dibatasi
bahkan dilarang karena efek samping tersebut, tetapi di
Indonesia frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi meskipun
sudah ada laporan terjadinya agranulositosis akibat pemakaian
obat ini. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati artritis
reumatoid.
4) Golongan antranilat (asam mefenamat, glafenin) Digunakan
sebagai analgesik dan antiinflamasi karena kurang efektif
sebaga antipiretik dibanding dengan parasetamol. Efek
samping yang mungkin terjadi seperti gejala iritasi mukosa
lambung dan gangguan saluran cerna.
5) Golongan lainnya seperti benzidamin (Tantum®)
6) AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)/NSAID (Non Steroid Anti
Inflamation Drugs) AINS adalah analgetik yang selain
memiliki efek analgesik juga memiliki efek antiinflamasi,
sehingga obat jenis ini digunakan dalam pengobatan reumatik
dan gout, contohnya ibuprofen, indometasin, diklofenak,
fenilbutazon, dan piroksikam. Sebagian besar penyakit
reumatik membutuhkan pengobatan simtomatis dalam bentuk
analgetik tunggal atau campuran untuk meredakan rasa nyeri
pada penyakit sendi degeneratif seperti osteoartritis. Namun,
bila nyeri dan kekakuan yang timbul disebabkan oleh penyakit
reumatik yang meradang, harus diberikan pengobatan dengan
AINS.
Berikut adalah obat-obatan analgetik golongan AINS :
a) Ibuprofen
Merupakan turunan asam propionat yang berkhasiat
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Efek
sampingnya lebih kecil dibanding AINS yang lain,
tetapi efek anti inflamasinya juga agak lemah sehingga
kurang sesuai untuk peradangan sendi hebat seperti
gout akut
b) Diklofenak
Derivat fenilasetat ini termasuk AINS yang terkuat
antiradangnya dengan efek samping yang kurang
dibandingkan dengan obat lainnya seperti piroksikam
dan indometasin. Obat ini sering digunakan untuk
segala macam nyeri, migrain dan encok. Secara
parenteral sangat efektif untuk menanggulangi nyeri
kolik hebat (nyeri pada kandung kemih dan kandung
empedu).
c) Indometasin
Daya analgetik dan antiradang sama dengan asetosal,
sering digunakan pada serangan encok akut. Efek
samping berupa gangguan lambung-usus, perdarahan
tersembunyi (okult), pusing, tremor, dan lain-lain.
d) Fenilbutazon
Derivat pirazolon ini memiliki khasiat antiflogistik yang
lebih kuat daripada kerja analgesiknya. Karena itu
golongan ini khususnya digunakan sebagai obat rematik
seperti halnya juga dengan oksifenilbutazon. Terkadang
fenilbutazon dimasukan secara diam-diam (tidak tertera
pada etiket) dalam sediaan oleh pabrik kecil asing
dengan tujuan untuk mengobati keadaan lesu dan letih,
kelemahan otot, dan nyeri. Penyalahgunaannya dalam
obat penguat dan tonikum (dengan ginseng) sangat
berbahaya berkaitan dengan efeknya yang merusak sel
darah.
e) Piroksikam
Bekerja sebagai antiradang, analgesik dan antipiretik
yang kuat. Digunakan untuk melawan encok. Efek
samping berupa perdarahan dalam lambung-usus.
f) COX-2 Inhibitor (Celecoxib, Rofecoxib, Etoricoxib)
Celecoxib adalah NSAID pertama dengan khasiat
menghambat COX-2 secara selektif. Pada dosis biasa
COX-1 tidak dirintangi sehingga daya protektif Pg12
terhadap lambung tidak terhambat. Hal ini menyebabkan
efek buruk pada lambung dapat dihindari. Berhubung
dengan efeknya terhadap jantung, sebaiknya obat ini tidak
digunakan pada dosis tinggi dan pemakaian jangka
panjang. Rofecoxib dan Eterocoxib adalah generasi
selanjutnya yang ditemukan belakangan dengan khasiat
dan efek yang hampir sama.
c. Obat-obatan Analgetik
a. Analgetik Narkotik
1) Morfin
Indikasi : Analgetik selama dan setelah pembedahan, analgetik
pada situasi lain.
Kontra indikasi : Depresi pernapasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera
kepala.
Efek samping : Mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan/adiksi, pada dosis berlebihan dapat
menimbulkan keracunan dan menyebabkan kematian.
Sediaan : sirup 5mg/5ml, tablet 10mg, injeksi 10 mg/ml, 20
mg/ml.
2) Kodein
Indikasi :Nyeri ringan sampai sedang.
Kontra indikasi: Depresi pernapasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera
kepala.
Efek samping: Mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan/adiksi, pada dosis berlebihan dapat
menimbulkan keracunan dan menyebabkan kematian.
Sediaan : Tablet 10 mg, 15 mg, 20 mg.

3) Fentanil Indikasi
Indikasi : Nyeri kronik pada kanker yang sukar diatasi.
Kontra indikasi: Depresi pernapasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera
kepala.
Efek samping : Mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan/adiksi, pada dosis berlebihan dapat
menimbulkan keracunan dan menyebabkan kematian.
Sediaan : Injeksi 50 ug/m.cakram transdermal 10 mg (lama
kerja yang panjang).

4) Petidin HCI
Indikasi : Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah.
Kontra indikasi: . Depresi pernapasan akut, alkoholisme akut,
penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera
kepala.
Efek samping: Mual, muntah, konstipasi,
ketergantungan/adiksi, pada dosis berlebihan dapat
menimbulkan keracunan dan menyebabkan kematian.
Sediaan : Injeksi 50 mg/ml, tablet 50 mg.

5) Tramadol HCI Indikasi


Indikasi : Nyeri sedang sampai berat.
Kontra indikasi: Depresi pernapasan akut, alkoholisme akut,
peningkatan tekanan otak atau cedera kepala.
Efek samping: Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan/adiksi
pada dosis berlebihan dapat menimbulkan keracunan dan
menyebabkan kematian.
Sediaan : Injeksi 50 mg/ml, tablet 50 mg.

6) Nalokson
Indikasi : Antidotum pada overdosis opioid dan barbital, pasca
bedah untuk mengatasi depresi pernafasan oleh opioid.
Kontra indikasi :-
Efek samping: Tachycardia (setelah bedah jantung) jarang
reaksi alergi dengan shock dan udema paru-paru.
Dosis : Pada overdosis opioid intravena permulaan 0,4mg, bila
perlu diulang tiap 2-3 menit.

7) Nalorfin
Indikasi : Antidotum pada overdosis opioid bila nalokson tidak
tersedia.
Kontra indikasi :-
Efek samping: Tachycardia (setelah bedah jantung) jarang
reaksi alergi dengan shock dan udema paru-paru.
Dosis : Pada overdosis opioid iv/sc/im 5-10 mg, bila perlu
diulang tiap 10-15 menit. Maksimal 40 mg sehari.

b. Analgetik Perifer (AINS)


1) Asetosal/asam asetil salisilat
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam, anti platelet.
Kontra indikasi : Anak dibawah usia 12 tahun, anak yang
sedang disusui, gangguan saluran cerna, hemofilia.
Efek samping : Iritasi saluran cerna.
Sediaan : Tablet 80 mg, 100 mg, 500 mg.

2) Parasetamol
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam.
Kontra indikasi: Perlu peringatan pada pengguna dengan
penurunan fungsi hati dan ginjal.
Efek samping: Jarang terjadi, reaksi hipersensitifitas dan
kelainan darah. Hepatotoksisitas pada dosis > 6 gram sehari.
Sediaan : Sirup 120 mg/5 ml, tablet 250 mg, 500 mg.
3) Dipiron/Metampiron
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang, demam.
Kontra indikasi : -
Efek samping : Kelainan darah, agranulositosis.
Sediaan : Injeksi 250 mg/ml, 500 mg/ml, tablet 500 mg.

4) Asam mefenamat
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang dan kondisi yang
berhubungan dengan dismenore dan menoralgi.
Kontra indikasi : Harus digunakan hati-hati pada pasien usia
lanjut, peradangan usus besar, pada pengobatan jangka lama
harus dilakukan tes darah.
Efek samping: Mengantuk, diare, trombosit openia, anemia,
dan kejang- kejang pada dosis yang berlebihan.
Sediaan : Kaplet,kaplet salut enterik 250 mg, 500 mg.
5) Ibuprofen
Indikasi : Nyeri dan radang pada penyakit reumatik dan
gangguan otot rangka lainnya. Nyeri ringan sampai berat,
termasuk dismenorea, analgesik pasca bedah, nyeri, dan
demam pada anak-anak.
Kontra indikasi : Hati-hati pada pasien usia lanjut, gagal ginjal,
payah jantung. pengidap tukak lambung aktif.
Efek samping : Gangguan saluran cema (mual, muntah, diare,
kadang-kadang pen-darahan dan tukak lambung). Sediaan :
Tablet 200 mg, 400 mg, 600 mg.

6) Diklofenak
Indikasi : Nyeri dan radang pada penyakit reumatik, gangguan
otot rangka, gout akut dan nyeri pasca bedah.
Kontra indikasi : Hati-hati pada pasien usia lanjut, gagal ginjal,
payah jantung, pengidap tukak lambung aktif.
Efek samping : Gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare,
pendarahan dan tukak lambung).
Sediaan : Tablet 25 mg, 50 mg.

7) Indometasin
Indikasi : Nyeri dan peradangan sedang sampai berat pada
kasus reumatik dan gangguan otot rangka, gout akut,
dismenorea.
Kontra indikasi : Hati-hati pada pasien usia lanjut, gagal ginjal,
payah jantung, pengidap tukak lambung aktif. Hati-hati juga
pada kasus epilepsi, parkinson, dan gangguan jiwa. Tidak
dianjurkan untuk anak-anak.
Efek samping: Gangguan saluran cerna, sakit kepala, pusing,
kepala terasa ringan, hati-hati pada pengguna yang sedang
berkendara atau mengoperasikan mesin.
Sediaan : Kapsul 25 mg.

8) Fenilbutazon
Indikasi : Nyeri dan peradangan sedang sampai berat pada
kasus reumatik dan gout akut.
Kontra indikasi : Penyakit jantung, gangguan paru, ginjal, dan
hati, kehamilan dengan riwayat tukak lambung penyakit tiroid,
anak di bawah usia 14 tahun.
Efek samping : Radang tenggorokan, seriawan, gangguan
penglihatan, gangguan darah.
Sediaan :Kaplet 200 mg.

9) Piroksikam
Indikasi : Nyeri dan radang pada penyakit reumatik, gangguan
otot rangka, gout akut.
Kontra indikasi : Penggunaan tidak dianjurkan pada anak.
Efek samping : Gangguan saluran cerna, tukak lambung, nyeri
dapat timbul ditempat penyuntikan. Pemberian suppositoria
terkadang menyebabkan iritasi rektum dan pendarahan.
Sediaan : Piroxicam (generik) tablet 10 mg, 20 mg.

Obat Vitamin dan Mineral


A. Vitamin
Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang dalam jumlah sangat kecil
sekali dibutuhkan oleh tubuh untuk memelihara fungsi metabolisme normal dan
tubuh. Vitamin diperoleh tubuh dari makanan sehari-hari. Tapi ada juga yang
diperoleh dari hasil sintesa flora usus dengan bahan dasar yang didapat dari bahan
makanan. Misalnya vitamin K dan asam pantotenat (vitamin B,). Bahkan vitamin
A dan D dapat dibentuk oleh tubuh sendiri. Umumnya kelompok vitamin B
merupakan co-enzym yang berperan pada proses metabolisme dalam tubuh.
Pada keadaan tertentu tubuh dapat mengalami defisiensi vitamin. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa hal antara lain:
 Makanan yang dikonsumsi sehari-hari kurang kandungan vitamin.
 Adanya gangguan pencemaan, sehingga penyerapan vitamin terganggu.
 Kebutuhan akan vitamin meningkat, misalnya pada masa kehamilan, masa
pertumbuhan dan masa penyembuhan dari sakit.

1. Penggolongan Vitamin
Berdasarkan sifat kelarutannya, vitamin dibagi atas 2 golongan yaitu:
a. Vitamin yang larut dalam air, meliputi:

 Thiamin (Vitamin B1)


 Riboflavin (Vitamin B2)
 Nikotinamida (Vitamin B3)
 Kolin
 Inositol
 Asam para amino benzoat
 Asam Folat (Vitamin B11)
 Piridoksin (Vitamin B6)
 Asam Pantotenat (Vitamin B5)
 Cyanocobalamin (Vitamin B12)
 Biotin (Vitamin B7)
Semua vitamin tersebut mudah diserap di dinding usus dan mudah
pula dikeluarkan bersama urine, kecuali vitamin B yang
penyerapannya membutuhkan adanya faktor intrinsik. Dengan
demikian, kemungkinan timbulnya toksisitas akibat kumulasi vitamin
tersebut dalam tubuh jarang terjadi. Vitamin kelompok ini sedikit
sekali disimpan di dalam tubuh.
b. Vitamin Larut Dalam Lemak
 Vitamin A
 Vitamin D
 Vitamin E
 Vitamin K
Vitamin ini diserap bersama-sama lemak, sehingga adanya
gangguan pencernaan lemak dapat mengurangi penyerapannya.
Ekskresinya lambat, dapat menimbulkan kumulasi dalam tubuh
sehingga menyebabkan gejala keracunan.
2. Jenis dan Penggunaan Vitamin
1) Vitamin B Kompleks :
Kelompok vitamin ini bersumber sama, sehingga disebut B
kompleks. Defisiensi salah satu anggota kelompok vitamin ini,
biasanya juga disertai defisiensi seluruh kompleks vitamin ini.

a. Thiamin (Vitamin B-1)


Terdapat dalam kulit beras, hati, ginjal, ragi, sayuran dan kacang-
kacangan. Vitamin ini penting pada metabolisme karbohidrat.
Defisiensinya menyebabkan gejala anoreksia, obstipasi, kejang otot,
kesemutan (paresthesia), beri-beri dengan polineuritis dan gangguan
jantung. Dalam dosis tinggi bersama dengan vitamin B-6 dan B-12
digunakan sebagal vitamin neurotropik.

b. Riboflavin (Vitamin B-2)


Terdapat antara lain dalam susu, telur, hati, kulit beras, ragi dan
sayuran. Defisiensinya menyebabkan sakit tenggorokan dan radang
pada sudut mulut, radang lidah, kelainan mata (conjungtivitis dan
fotophobia) dan gejala avitaminosis B lainnya.

c. Piridoksin (Vitamin B-6)


Banyak terkandung dalam daging, hati, ginjal, padi-padian, kacang
dan sayuran. Ada 3 bentuk vitamin ini, yaitu piridoksin, piridoksal
dan piridoksamin. Defisiensi B-6 menyebabkan gangguan kulit
(radang), gangguan alat pencernaan, radang selaput lendir mulut dan
lidah, radang saraf dan gangguan pembentukan sel-sel darah merah.
Defisiensi ini dapat juga terjadi karena pemakaian INH untuk
jangka waktu yang lama. Vitamin B-6 juga digunakan untuk
melawan mual, muntah dan depresi karena pil anti hamil. Demikian
juga pada muntah kehamilan.

d. Nikotinamida (Nlasinamida, PP Factor atau Vitamin B-3)


Terdapat dalam sayuran, ikan, daging, padi dan gandum. Vitamin
ini terdapat sebagai asam nikotinat. Di dalam hati asam ini diubah
menjadi nikotinamida, yang merupakan co-enzym pada proses
oksidasi reduksi. Defisiensi vitamin ini menimbulkan penyakit
pellagra dengan gejala kulit menjadi hitam (dermatitis). gangguan
lambung usus (diare) dan gangguan saraf (dementia).

e. Asam Pantotenat (Vitamin B-5)


Tedapat dalam semua jaringan tubuh dan semua macam makanan.
Juga dapat diproduksi oleh flora usus. Bentuk aktifnya adalah
isomer dexter, yaitu d-pantotenat. Merupakan co-enzym A yang
penting dalam metabolisme Defisiensinya pada manusia belum
dikenal.

f. Asam Folat (Vitamin B-11)


Terdapat dalam sayuran, hati, ragi, daging, ikan dan kacang-
kacangan, hanya sedikit terdapat dalam buah-buahan. Dalam hati
diubah menjadi tetrahidrofolat suatu co-enzym pada sintesa asam
inti dan pembelahan sel. Penting pada pembentukan entrosit.
Defisiensinya menyebabkan anemia megaloblaster

g. Cyanocobalamin (Vitamin B-12)


Terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan, yaitu daging,
hati, telur dan susu, dalam bentuk suatu kompleks protein. Dalam
lambung, vitamin B-12 akan terlepas dan kompleks tersebut, lalu
berikatan dengan faktor intrinsik yang dikeluarkan oleh mukosa
lambung, sehingga dapat diserap oleh usus halus. Dalam tubuh,
vitamin ini ditimbun dalam hati. Vitamin ini merupakan faktor
penting pada pembentukan eritrosit dan defisiensinya menyebabkan
megaloblaster.

2) Vitamin C (Asam Ascorbat)


Banyak terdapat dalam sayur dan buah Berperan penting dalam
pembentukan zat pangkat dalam tulang dan tulang rawan, sekitar
kapiler dan antar sel (kolagen) yang penting bagi saling terikatnya
jaringan. Bila sintesa kolagen terganggu pembuluh darah mudah rusak,
sehingga mudah terjadi pendarahan.
Defisiensi vitamin C menyebabkan sariawan (skorbut), gigi mudah
lepas, luka yang sukar sembuh dan mudah terjadinya pendarahan.
Selain itu penggunaannya juga untuk mempertinggi daya tahan tubuh
terhadap infeksi kuman, anti lipemika dan mempercepat sembuhnya
luka.

a. Vitamin A (Retinol, Axerophthol)


Dalam sayuran terdapat sebagai provitamin A, yaitu karoten dan
karotenoid; yang dalam usus diubah menjadi vitamin A.
Vitamin A sendiri terdapat di dalam sutu, kuning telur, het dan
minyak ikan.
Vitamin A berfungsi untuk:
 Menjaga keutuhan jaringan epitel dan mukosa seluruh
tubuh, sehingga jaringan tersebut tidak mudah rusak dan
tidak terjadi hiperkeratosis di kulit. conjungtiva komea
dan sebagainya.
 Merangsang sintesa RNA, glukoprotein dan
kortikosteroida.
 Pembentukan rhodopsin, suatu pigmen fotosensitif yang
dibutuhkan retina mata untuk dapat melihat pada
keadaan gelap.
Defisiensi vitamin A menimbulkan rabun senja
(hemerolophia), xerophthalmia (komea mata mengering dan
mengeras), atrofia mukosa dan menghambat pertumbuhan anak.
b. Vitamin D (Ergokalsiferol, Kalsiferol)
Terdapat sebagai provitamin D (ergosterol) di dalam sayuran
dan ragi. Juga terdapat didalam tubuh, yakni dibawah kulit, oleh
pengaruh sinar UV matahari akan diubah menjadi kalsiferol atau
vitamin D-2. Provitamin D juga terdapat di dalam tubuh sebagai
7-dehidrokolesterol, yang oleh pengaruh sinar UV diubah
menjadi kolekalsiferol (vitamin D-3).
Fungsi vitamin D adalah mengatur metabolisme Ca dan F,
bersama-sama horman tiroid dan hormon paratiroid.
Defisiensinya menimbulkan penyakit rachitis (tulang mudah
bengkok).

c. Vitamin E (Alfa Tokoferol)


Merupakan senyawa tokoferol. Dikenal 4 macam tokoferol,
yaitu alfa, beta, gamma dan delta. Yang aktif adalah senyawa
alfa tokoferol. Vitamin E banyak dijumpai dalam minyak nabati
(minyak jagung, kedelai dan bunga matahari), padi- padian,
ragi, hati, kuning telur dan sayuran. Tidak dikenal gejala
defisiensi yang khas pada orang dewasa.
Dalam pengobatan digunakan pada gangguan jantung (angina
dan lain-lain), artrosis, neuralgia, hiperkolesterolemia dan
penyakit kulit. Juga digunakan sebagai anti keguguran dan obat
kemandulan.

d. Vitamin K
Vitamin ini meliputi:
 Vitamin K-1, disebut litomenadion, terdapat dalam sayuran
hijau dan minyak nabati
 Vitamin K-2. dihasilkan oleh flora usus. Untuk
penyerapannya dari usus memerlukan asam empedu
 Vitamin K-3 (menadion) dan vitamin K-4 (menadiol),
merupakan zat sintetik.
Dalam hati, vitamin K merangsang pembentukan
protrombin. Defisiensi vitamin ini menyebabkan
hipoprotrombinemia, yang berakibat darah sukar membeku.
B. Mineral dan Elemen Spura
Mineral adalah zat anorganik yang dalam jumlah kecil bersifat essensial bagi
banyak proses metabolisme dalam tubuh. Yang paling banyak dibutuhkan adalah
kalium, natrium, kalsium, magnesium, fosfor dan klorida.
Elemen spura adalah mineral yang dibutuhkan kurang dari 20 mg sehari, yakni
besi, seng, fembaga, mangan, molibden, fluor, krom, iod, selen dan kobalt.
Fungsinya masing-masing dalam tubuh sangat berbeda :
 Ca dan P untuk sebagian besar bertanggung jawab bagi kekuatan kerangka
 K, Mg dan P terutama untuk membentuk sistem pendapar intraselluler
 Na dan Cl berperan penting diruang ekstraselluler sebagai pengatur tekanan
osmolik dan tekanan darah normal.
 Banyak elemen spura merupakan ko-faktor dari metallo-enzym, misalnya
Fe, Zn, Mn. Mg dan Cu; yang mengkalatisa banyak proses metabolisme.
 F dan Sr merupaka zat essensial bagi tulang gigi dan emailnya
 lod merupakan bahan baku bagi sintesis hormon tiroid
Penggunaan mineral-mineral, khususnya untuk prevensi dan pengobatan
keadaan defisiensi, terutama garam K dan Ca; begitu pula Na, Cl dan Fospat yang
digunakan sebagai infus dalam keadaan darurat. Dari elemen-elemen spura, hanya
Fo. Zn, 1, F dan Sr yang digunakan sebagai obat. Zat-zat lainnya hanya digunakan
sabagal tambahan pada preparat multivitamin atau sebagai food suplemen.

a) Kalium klorida
Merupakan kation yang terpenting dalam cairan intra sel dan merupakan
zat essensial untuk mengatur keseimbangan asam-asam serta isotoni dari
sel. Selain itu juga mengaktivasi banyak reaksi enzim dan proses fisiologis
seperti penerusan impuls di sarat dan otot, kontraksi otot dan metabolisme
karbohidrat

b) Natrium klorida
Merupakan kation terpenting bagi cairan ekstra sel dan berperan penting
pada regulasi tekanan osmotok sel. Juga berperan pada pembentukan
perbedaan: perbedaan potensial listrik dalam kontraksi otot dan penerusan
impuls saraf Defisiensinya bisa terjadi akibat kerja fisik yang terlampau
berat dan banyak berkenngat serta banyak minum air tanpa tambahan
garam ekstra.

c) Kalsium
Fungsi utamanya adalah bahan pembangun tulang, berperan penting pada
regulasi daya rangsang dan kontraksi otot-otot serta penerusan impuls saraf.
Selain itu Ca mengatur permeabilitas membran sel bagi K dan Na, aktivasi
banyak reaksi enzim seperti pembekuan darah. Defisiensi Ca menimbulkan
kelembekan tulang (osteomalacia) dan mudah terangsangnya otot dan saraf,
dengan akibat serangan-serangan tetania. Contoh garam kalsium: kalsium
glukonat, kalsium laktat dan kalsium sitrat.

d) Seng sulfat
Kadar seng dalam tubuh agak tinggi dibandingkan dengan elemen spura
lainnya, yang sebagian besar terdapat dalam tulang dan prostat. Fungsinya
ialah sebagai kotaktor dalam minimal 100 enzim yang terlibat dalam segala
proses metabolisme, yaitu:
 karboanhidrase, berperan pada gejala buta malam (ko-faktor dari
alkoholdehidrogenase, yang merubah retinol menjadi retinal)
 memperbaiki fungsi sel-sel otak bagi lemah ingatan (sering lupa)
pada orang tua
 stimulasi penyembuhan borok
 secara lokal berkhasiat sebagai adstringens (penciutan selaput
lendir).
 anti keringat dan antiseptik lemah Penggunaannya paling banyak
dalam dermatologi, khususnya ZnO dalam bedak tabur dan salep,
sebagai adstringens dan antiseptik lemah. Selain Itu juga pada
preparat tetes mata.

e) Fluorida
Fluor terutama ditimbun sebagai apatit di dentin dan email, juga dalam
tiroid dan ginjal. Ekskresinya melalui saluran kemih dan keringat pada
transpirasi berlebihan. Penggunaannya paling banyak untuk prevensi gigi
berlubang (carries), yang berdasarkan atas reaksinya dengan apatit. Fluoro-
apatit yang terbentuk bersifat lebih padat dan tahan asam, juga menutupi
pori-pori kecil hingga email lebih sukar larut dalam asam, yang terbentuk
setiap kali makan gula dan karbohidrat. Fluor juga digunakan pada
osteoporosis (kurangnya Ca dan tulang).

f) Stronsium klorida
Elemen ini berguna melindungi gigi terhadap pengaruh thermis (panas dan
dingin) dan kimiawi (asam dan gula) yang disertai nyeri. Selain itu juga
mengurangi sensitivitas gigi terhadap rangsangan tersebut dengan jalan
membentuk lapisan pelindung keras di luar dentin yang sudah kehilangan
emailnya karena erosi atau pengendapan kalsium. Dengan demikian
rangsangan tersebut tidak bisa mencapai sum-sum gigi lagi yang berisi
saraf. saraf dan dapat mengakibatkan nyeri.

g) Magnesium
Terdapat dalam tulang dan cairan intra sel, juga sebagai ko-faktor enzim-
enzim yang menghasilkan energi. Berperan penting pada kontraksi otot.

h) Krom
Digunakan untuk kerja insulin yang optimal dalam bentuk aktifnya sebagai
senyawa organik GTF (Glucose Tolerance Factor), yang 20 kali lebih aktif
dari pada garam-garam krom anorganik.

i) Tembaga
Merupaka kofaktor bagi cytochromoxidase dan beta hidroksilase yang
mengubah dopamin menjadi noradrenalin, juga penting bagi sintesis
hemoglobin. Kekurangannya dapat menyebabkan kelambanan psikomotor,
serangan epilepsi serta kelainan pada rambut.

Daftar Pustaka

Aster Nila, S. M. A. & Frianto, D., 2017. Farmakologi. Bogor: CV. Karya Agung.
Marta Halim, S. M. A. d., 2017. Farmakologi. Jakarta: CV. Karya Agung.

Anda mungkin juga menyukai