0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
96 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas mekanisme kerja dua jenis analgesik, yaitu analgesik nonopioid dan analgesik opioid. Analgesik nonopioid bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase untuk mencegah pembentukan prostaglandin, sedangkan analgesik opioid bekerja dengan menghambat reseptor opioid di sistem saraf pusat untuk mengurangi persepsi nyeri. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa golongan analgesik serta efek samping dan indikasi
Dokumen ini membahas mekanisme kerja dua jenis analgesik, yaitu analgesik nonopioid dan analgesik opioid. Analgesik nonopioid bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase untuk mencegah pembentukan prostaglandin, sedangkan analgesik opioid bekerja dengan menghambat reseptor opioid di sistem saraf pusat untuk mengurangi persepsi nyeri. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa golongan analgesik serta efek samping dan indikasi
Dokumen ini membahas mekanisme kerja dua jenis analgesik, yaitu analgesik nonopioid dan analgesik opioid. Analgesik nonopioid bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase untuk mencegah pembentukan prostaglandin, sedangkan analgesik opioid bekerja dengan menghambat reseptor opioid di sistem saraf pusat untuk mengurangi persepsi nyeri. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa golongan analgesik serta efek samping dan indikasi
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar (Anchy, 2011).
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer digolongkan menjadi : 1) Golongan salisilat Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini asetosal makin banyak dipakai karena sifat anti plateletnya. Asetosal adalah analgetik antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Masalah efek samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat menjadi sediaan salut enterik (enteric-coated). Karena salisilat bersifat hepatotoksik maka tidak dianjurkan diberikan pada penderita penyakit hati yang kronis.(anonim,2010) 2) Golongan para aminofenol Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol). Tahun-tahun terakhir penggunaan asetaminofen yang di Indonesia lebih terkenal dengan nama parasetamol meningkat dengan pesat. Efek analgesik golongan ini serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Fenasetin karena toksisitasnya terhadap hati dan ginjal saat ini sudah dilarang penggunaannya. Efek samping parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.(anonim,2010) 3) Golongan pirazolon (dipiron) Fenilbutazon dan turunnya saat ini yang digunakan adalah dipiron sebagai analgetik antipiretik, karena efek inflamasinya lemah. Efek samping semua derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia. Dibeberapa negara penggunaannya sangat dibatasi bahkan dilarang karena efek samping tersebut, tetapi di Indonesia frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi meskipun sudah ada laporan mengenai terjadinya agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia Dibeberapa negara penggunaanya sangat dibatasi bahkan dilarang karena efek samping tersebut, tetapi di Indonesia frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi meskipun sudah ada laporan mengenai terjadinya agranulositosis. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati arthritis rheumatoid.(annonim,2010) 4) Golongan antranilat (asam mefenamat) Digunakan sebagai analgesik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif dibanding dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul.(anonim,2010)
2. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010). Harus hati-hati menggunakan analgesik ini karena mempunyai risiko besar terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan untuk pengobatan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu/batu ginjal). Tanpa indikasi kuat, tidak dibenarkan penggunaannya secara kronik, disamping untuk mengatasi nyeri hebat, penggunaan narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut karena dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil umumnya digunakan sebagai pramedikasi dalam pembedahan karena dapat memperkuat anestesi umum sehingga mengurangi timbulnya kesadaran selama anestesi.(anonim,2010) Penggolongan analgesik-narkotik adalah sebagai berikut : Alkaloid alam : morfin, codein Derivat semi sintetis : heroin Derivat sintetik : metadon,fentanil Antagonis morfin : nalorfin, nalokson dan pentazocin.(anonim,2010)
Candida albicans merupakan fungi dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunasyang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa sem