Anda di halaman 1dari 3

 

Mekanisme Kerja Obat Analgesik 

1. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)


Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim
siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah
prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik  jenis ini adalah mengeblok pembentukan
prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan
demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan
NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini
adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi
di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan
dosis besar (Anchy, 2011).
 
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer digolongkan menjadi :
1) Golongan salisilat
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin. Obat ini
diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini asetosal
makin banyak dipakai karena sifat anti  plateletnya. Asetosal adalah analgetik
antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat
bebas. Masalah efek samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi
lambung dan saluran cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau
membuat menjadi sediaan salut enterik (enteric-coated). Karena salisilat bersifat
hepatotoksik maka tidak dianjurkan diberikan pada penderita penyakit hati yang
kronis.(anonim,2010)
2) Golongan para aminofenol
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol). Tahun-tahun terakhir
penggunaan asetaminofen yang di Indonesia lebih terkenal dengan nama parasetamol
meningkat dengan pesat. Efek analgesik golongan ini serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan dapat menurunkan
suhu tubuh dalam keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Fenasetin karena
toksisitasnya terhadap hati dan ginjal saat ini sudah dilarang penggunaannya. Efek
samping parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka
lama dapat menyebabkan kerusakan hati.(anonim,2010)
3) Golongan pirazolon (dipiron)
Fenilbutazon dan turunnya saat ini yang digunakan adalah dipiron sebagai analgetik
antipiretik, karena efek inflamasinya lemah. Efek samping semua derivat pirazolon
dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia. Dibeberapa
negara penggunaannya sangat dibatasi bahkan dilarang karena efek samping tersebut,
tetapi di Indonesia frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi meskipun sudah ada
laporan mengenai terjadinya agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia
Dibeberapa negara penggunaanya sangat dibatasi bahkan dilarang karena efek
samping tersebut, tetapi di Indonesia frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi
meskipun sudah ada laporan mengenai terjadinya agranulositosis. Fenilbutazon
digunakan untuk mengobati arthritis rheumatoid.(annonim,2010)
4) Golongan antranilat (asam mefenamat)
Digunakan sebagai analgesik karena sebagai anti inflamasi kurang efektif dibanding
dengan aspirin. Efek samping seperti gejala iritasi mukosa lambung dan gangguan
saluran cerna sering timbul.(anonim,2010)

2. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika


Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam
pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya.
Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek analgesiknya telah kelihatan
dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah
tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul
berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya  peroral, kadar puncaknya NSAID didalam
darah dicapai dalam waktu 1-3  jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak
dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan
mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh
eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5  jam, sementara waktu paruh
indometasin sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan
piroksikam mempunyai waktu paruh  paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010). Harus hati-hati
menggunakan analgesik ini karena mempunyai risiko  besar terhadap ketergantungan obat
(adiksi) dan kecenderungan  penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan untuk
pengobatan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark jantung,
kolik batu empedu/batu ginjal). Tanpa indikasi kuat, tidak dibenarkan  penggunaannya secara
kronik, disamping untuk mengatasi nyeri hebat,  penggunaan narkotik diindikasikan pada
kanker stadium lanjut karena dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil
umumnya digunakan sebagai pramedikasi dalam pembedahan karena dapat memperkuat
anestesi umum sehingga mengurangi timbulnya kesadaran selama anestesi.(anonim,2010)
Penggolongan analgesik-narkotik adalah sebagai berikut :
 Alkaloid alam : morfin, codein
 Derivat semi sintetis : heroin
 Derivat sintetik : metadon,fentanil
 Antagonis morfin : nalorfin, nalokson dan pentazocin.(anonim,2010)

Anda mungkin juga menyukai