Anda di halaman 1dari 7

NAMA : WIRNA GRACE

NPM : 260110130092

TUGAS PENDAHULUAN

PERCOBAAN I

CARA PENANGANAN DAN PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN PERCOBAAN

Pertanyaan :

1. Sebutkan keuntungan serta kerugian pemakaian masing-masing hewan tersebut di atas.

2. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam percobaan di laboratorium.
Mengapa ?

3. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies hewan percobaan yang
berifat skrining ataupun pengujian suatu efek khusus.

4. Jelaskan secara spesifik dengan contoh-contoh, mengenai karakteristik lingkungan fisiologis,


anatomis, dan biokimiawi yang berada pada daerah kontak mula antara obat dan tubuh :

A.Jumlah suplai darah yang berbeda: Contoh Akibatnya

B.Struktur anatomi yang berbeda: Contoh Akibatnya

C.Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang berbeda : Contoh Akibatnya

5. Uraikan secara terperinci kondisi-kondisi penerimaan obat yang menentukan rute pemberian
obat yang dipilih.

6. Sebutkan implikasi-implikasi praktis dari rute pemberian obat (umpamanya persyaratan


sediaan farmasi yang diberikan dengan rute tertentu, dosis obat jika dipilih rute pemberian
tertentu dsb).
Jawaban :

1. A.Mencit

Keuntungan : -Mudah ditanggani


-Mudah dikembangkan

Kerugian : -Penakut
-Fotofobik
-Aktif pada malam hari
-Aktivitas terganggu dengan adanya manusia
B. Tikus
Keuntungan : -Mudah ditangani
-Tidak terlalu fotofobik

Kerugian : -Dapat menjadi liar dan galak


-Lebih tahan terhadap infeksi

C. Kelinci

Keuntungan : -Jarang berusara, kecuali merasa nyeri

Kerugian : - Jika merasa tidak aman akan memberontak

D. Marmot

Keuntungan : -Sangat jinak


-Mudah ditangani
-Bulunya tebal dan kuat tetapi tidak kasar
-Tidak mengeluarkan cairan di hidung dan telinga

Kerugian :-

E.Katak

Keuntungan :-

Kerugian : -Kulitnya bersifat lembab dan licin

(Katzung,1997)

2. mencit sebagai hewan percobaan adalah mencit memiliki kesamaan secara fisiologis dengan
hewan lainnya terutama hewan mamalia sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai hewan
penelitian. Keunggulan lainnya antara lain mudah dalam penanganan, siklus hidup pendek,
pengadaan hewan ini tidak sulit dan pola reproduksinya yang singkat. ( Arrington,1972 ).
3. - Variasi bobot badan dan ukuran.

-Variasi biologic.

-Status kesehatan.

-Mudah untuk dipelihara.

-Menggunakan hewan yang bereproduksi secara cepat dan banyak.

-Penentuan dewasa kelamin.

-Tingkat kematian hewan rendah.

-Jumlah konsumsi pakan dan minum.

-Memperhatikan umur penyapihan.

-Memperhatikan ratio kawin. (Ridwan,2013)

4. A. Jumlah suplai darah yang berbeda

Jika obat diberikan secara intra vena maka waktu obat untuk mencapai reseptornya akan sebentar
karena langsung masuk kedalam pembuluh darah. Hal ini menyebabkan suplai darah menjadi
penting untuk menentukan kecepatan efek obat dalam tubuh.

B. Struktur anatomi yang berbeda

Untuk obat bayi rute pemberian akan disesuaikan dengan kemampuan sang bayi dalam
menerima obat tersebut, misalnya : antibiotik diberikan secara subkutan karena bayi anatominya
masih dalam proses perkembangan dan lebih efektif karena bayi masih belum dapat menelan
tablet. Orang dewasa dapat diberikan antibodi dengan rute yang bermacam seperti oral atau
subkutan sesuai kemampuannya saat itu.

C. Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang berbeda

Enzim dan getah merupakan suatu zat yang dapat membantu proses rekasi kimia dalam tubuh
dan mempercepat efek obat. Rute diberikan tergantung pada obat-obatan,dimana terdapat enzim
atau getah yang dapat membantu efek obat. Misalnya dalam darah terdapat insulin, jika insulin
dalam darah rendah maka memberikan obat insulin dengan rute intravena agar respon yang
dihasilkan dapat cepat (Anief,1990).

5. A. Oral : Rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai karena ekonomis, paling nyaman
dan aman. Obat dapat juga diabsorbsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal). Bentuk sediaan obat
yang dapat diberikan secara berupa Tablet, Kapsul, Larutan (solution),Sirup, Eliksir, Suspensi,
Magma, Jel, dan Bubuk.

B.Sublingual :Obat dirancang supaya setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian
larut, mudah diabsorbsi, Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga
efek yang dicapai lebih cepat. Hanya untuk obat yang bersifat lipofil. Obat yang diberikan
dibawah lidah tidak boleh ditelan.

C.Bukal : Rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membran mukosa
pipi sampai obat larut. Pasien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian
di pipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi, diperingatkan untuk tidak mengunyah atau
menelan obat atau minum air bersama obat. Kelebihannya onset cepat, untuk pasien yang
kesulitan untuk menelan, mencegah first-pass effect

D.Parenteral : Memberikan obat dengan meninginjeksi ke dalam jaringan tubuh tanpa


melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Misalnya
sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar dapat langsung menuju sasaran. Rute ini
digunakan untuk pasien yang sedang tidak sadarkan diri, untuk pasien yang sering muntah,
biasanya obat bersifat mengiritasi lambung.

*Pemberian parenteral meliputi empat tipe utama injeksi berikut:


-Intravena (iv) : Tidak mengalami tahap absorpsi. Obat langsung dimasukkan ke pembuluh darah
sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan
langsung dengan respons penderita.Untuk pasien yang membutuhkan efek obat yang cepat.

-Intramuscular (im) : Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan
absorpsi..Dapat digunakan untuk pemberian obat yang larut dalam minyak. Absorbsi obat cepat
untuk obat yang larut air.

Subkutan (SC : Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan. Absorpsi
biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama. Absorpsi menjadi
lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit atau dalam
bentuk suspensi. Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat
absorpsinya.Penyuntikkan dibawah kulit. Absorbsi cepat untuk obat yang larut dalam air.

-Intrathecal: obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan bila
diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu cerebrospinal.

E.Implantasi
Untuk obat yang dicangkokkan dibawah kulit, terutama digunakan untuk efek sistemik lama,
misalnya obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testoteron).

F.Rektal
Obat yang dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek local. Bentuknya
suppositoria dan clysma obat pompa. Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan
supositoria.

G.Transdermal
Transdermal adalah rute administrasi dimana bahan aktif yang disampaikan dikulit untuk
distribusi sistemik. Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat menyerap
secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke jantung.
Umumnya untuk gangguan jantung misalnya angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24 jam.

H.Inhalasi
Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara local, pada
salurannya, misalnya salbutamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan
darurat misalnya terapi oksigen. Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau mulut atau
disemprotkan Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan pernafasan. Bentuk
sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistemik.
Absorbs terjadi secara cepat dan homogeny, kadar obat dapat terkontrol, dapat diberikan
langsung kepada bronkus.

I.Intranasal
Pemberian obat secara intranasall merupakan alternative ideal untuk menggantikan sistem
penghantaran obat sistemik parenteral.
J.Pervagina
Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina, Diberikan pada antifungi dan anti
kehamilan, Obat yang dimasukkan pada umumnya bekerja secara local. Obat ini tersedia dalam
bentuk krim, tablet yang dapat larut dengan perlahan ataupun dapat juga dalam bentuk salep dan
suppositoria

K.Topikal
Pemberian topikal dilakukan dengan mengoleskannya disuatu daerah kulit, memasang balutan
yang lembab, merendam bagian tubuh dalam larutan, atau menyediakan air mandi yang
dicampur obat. Obat diberikan secara topikal dengan menggunakan cakram atau lempeng
transdermal. Contoh : nitrogliserin, skopolamin, fentanil, dan estrogen. Cakram melindungi salep
obat pada kulit.. Obat topikal ini dapat diberikan sekurang-kurangnya 24 jam sampai tujuh hari.
(Sulistia. 2007)

6.-. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik.

-. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama.

-. Stabilitas obat di dalam lambung atau usus.

-. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute.

-. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter.

-. Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-macam rute.

(Anief,1990).
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1990. Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. Yogyakarta: UGM Press.

Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Katzung,B.G.1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, ed IV.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Arrington, L. R. 1972. Introductory Science Laboratory Animal. The Breeding, Care and
Management of Experimental Animal Science. The Interstate Printers and
Publishing, Inc. New York.

Ridwan, Endi . 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan.
Tersedia online di

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/1237/1210
{diakses pada 18 maret 2015 }

Anda mungkin juga menyukai