PRAKTIKUM XI
“EKSKRESI OBAT”
DISUSUN OLEH :
FARMASI D
2020
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
EKSKRESI OBAT
A. TUJUAN PRAKTIKUM
- Agar mahasiswa mampu memahami prinsip kinetika obat didalam tubuh
- Agar mahasiswa mampu memahami mekanisme ekskresi obat melalui saliva
- Agar mahasiswa mampu memahami parameter klinik dalam eksresi obat
B. DASAR TEORI
Farmakologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai obat- obatan. Obat
merupakan sediaan yang digunakan oleh manusia untuk penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan. Obat yang masuk
kedalam tubuh akan mengalami proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi.( SAMUEL PARTOGI dkk,2013)
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian,
menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses. Pemberian obat yang terpenting
harus mencapai bioavailabilitas yang menggambarkan kecepatan dan kelengkapan
absorpsi sekaligus metabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Beberapa
yang dapat mempengaruhi absorpsi obat dalam tubuh antara lain sifat fisik dan kimia
obat, bentuk obat, formulasi obat, konsentrasi obat, luas permukaan kontak obat, cara
pemberian obat dan sirkulasi tempat absorpsi. Setelah diabsorpsi, obat akan
didistribusi keseluruhan tubuh melalui sirkulasi darah, karena selain tergantung dari
aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisiokimianya. Distribusi obat
adalah proses suatu obat yang secara reversible meninggalkan aliran darah dan masuk
ke cairan ekstrasel atau sel-sel jaringan Setelah obat didistribusi, obat akan mengalami
biotransformasi. Biotransformasi atau metabolisme obat adalah proses perubahan
struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim.Pada proses
ini molekul obat diubah menjadi lebih polar atau lebih mudah larut dalam air dan
kurang larut dalam lemak sehingga mudah di ekskresikan melalui ginjal. Obat yang
dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil
biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Ginjal merupakan organ ekskresi yang
terpenting. Ekskresi dilakukan melalui 3 proses yaitu filtrasi di glomerulus, sekresi
aktif di tubuli proksimal dan reabsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal.
Kelenjar saliva berperan memproduksi saliva, dimulai dari proksimal dari asinus
dan kemudian dimodifikasi dibagian distal oleh duktus. Sekresi normal saliva dalam
sehari dapat mencapai 1-1,5 liter, meskipun kecepatan sekresi saliva bervariasi
tergantung pada variasi diurnal, status hidrasi, asupan makanan dan berbagai faktor
lainnya. Kecepatan sekresi unstimulated saliva dapat mencapai atau kurang dari 0,1
mL/menit (selama 5-15 menit) dimana kecepatan sekresi stimulated saliva dapat
mencapai atau krang dari 0,5 mL/menit. Kecepatan maksimal sebesar 5 mL/menit
dapat pula terjadi sebagai respon terhadap rangsangan kuat. Sekresi air liur yang
bersifat spontan yang kontinu, bahkan tanpa adanya rangsangan yang jelas disebabkan
oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di
kelenjar liur (Rolanda, 2010).
Saliva atau air ludah adalah cairan yang jernih, dihasilkan oleh berbagai kelenjar
dalam mulut yang berguna untuk membasahi lidah dan dinding mulut, sehingga
mempermudah gerakan lidah dan menelan makanan. Berdasarkan anatominya
kelenjar saliva dibagi menjadi kelenjar mayor dan minor. Kelenjar saliva minor
tersebar di mukosa mulut yang terdapat pada mukosa labial, bukal, palatal, dan
lingual. Sedangkan kelenjar saliva mayor, terdiri dari tiga pasang yaitu kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Rolanda, 2010).
Sel-sel yang menyusun asini/alveoli kelenjar salivarius dapat dibedakan
menjadi, sel serous, sel mukous, dan campuran serus dan mukus. Asini serus tersusun
dari sel-sel bentuk piramid yang mengelilingi lumen kecil dan mempunyai membran
basalis. Warna kelenjar ini dengan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE) tampak lebih
merah, intinya bulat ditengah. Hasil sekresinya berupa liur yang jernih berisi enzim
ptialin. Asini mukous tersusun dari sel-sel kuboid sampai kolumner yang mengelilingi
lumen kecil dan mempunyai membran basalis. Hasil sekresinya adalah musin (lendir)
sehingga sekretnya sangat kental. Asini campuran mempunyai struktur asini serous
dan asini mukous. Dapat dijumpai stuktur bagian serous di sebelah distal yang
menempel pada bagian mukous sehingga tampak sebagai bangunan berbentuk bulan
sabit dikenal sebagai demiluner dari Gianuzzi (Rolanda, 2010).
C. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Tabung reaksi
2. Gelas ukur
3. Beaker glass
4. Pipet tetes
BAHAN
1. Kapsul KI 300mg
2. Larutan KI 1%
3. Natrium nitrit 10%
4. Asam ulfat
5. Larutan amilum 100% H2SO4
D. PROSEDUR KERJA
Probandus.
.
TABUNG Rx C(90̊)
TABUNG Rx D (120̊)
a. Data Saliva
No Hasil (menit)
Probandus
. 30’ 60’ 90’ 120’
1. Kontrol negatif
2. Kontrol Positif –
H2SO4
Kontrol Positif +
H2SO4
3. Percobaan
Keterangan :
Bening = 0
Ungu pudar = 1
Ungu muda = 2
Ungu = 3
Ungu tua = 4
b. Grafik/Kurva
G. KESIMPULAN
- Prinsip Kinetika obat didalam tubuh dimulai dari penyerapan (absorpsi), lalu
tersebar melalui ke seluruh jaringan tubuh melalui darah (distribusi), selanjutnya
dimetabolisi dalam organ-organ tertentu terutama hati (biotransformasi), lalu sisa
atau hasil metabolisme ini dikeluarkan dari tubuh dengan ekskresi (eliminiasi) dan
selanjutnya disingkat menjadi ADME.
- mekanisme ekskresi obat melalui saliva ini bergantung terutama pada difusi pasif
dari bentuk non-ion yang larut lemak melalui sel epitel kelenjar, dan pH. Volume
distribusi adalah volume perkiraan obat terlarut dan terdistribusi dalam tubuh.
Semakin besar nilai volume distribusi, semakin luas distribusinya. Besarnya
volume distribusi ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh, dan derajat ikatan
obat dengan protein plasma dan dengan berbagai jaringan. Bersihan adalah
kecepatan obat dibersihkan dari dalam tubuh atau volume plasma yang
dibersihkan dari obat persatuan waktu (volume/waktu).
- Tiga parameter klinik dalam eksresi obat yaitu klirens, suatu ukuran kemampuan
tubuh untuk mengeliminasi obat ; volume distribusi , suatu ukuran volume dalam
tubuh yang mengandung obat ; dan ketersediaan hayati, fraksi dosis obat yang
terabsorpsi kedalam sirkulasi sistemik. Parameter yang juga penting yaitu
kecepatan ketersediaan dan distribusi obat dalam tubuh.
H. REFERENSI
Indriana, Tecky. https://core.ac.uk/download/pdf/297946342.pdf (Diakses pada
tanggal 22 Januari 2021 00:16 WIB)
Mulyani, Evi. 2021. Ekskresi Obat. Palangka Raya : Universitas Muhammadiyah.
Rolanda,L.B.2010.http://www.repository.trisakti.ac.id/webopac_usaktiana/digital/000
00000000000081602/2014_TA_KG_04010112_bab-II.pdf (Diakses pada tanggal 22
Januari 2021 00:24 WIB)
Kasuma, Nila. 2015. FISIOLOGI DAN PATOLOGI SALIVA. Padang : Andalas
University Press.
Aslam,Mohamed. 2013.Farmasi Klinis.Surabaya : Universitas Surabaya