KALAMPANGAN
OLEH
IRMA FATMAWATI
NIM PO.62.24.2.19.214
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik maupun
psikis.Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematanga organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.Pubertas pada laki-laki terjadi diusi 12-16
tahun, sedangkan pubertas perempuan di usia 10-16 tahun.Remaja putri mengalami peningkatan
kebutuhan zat besi karena percepatan pertumbuhan(growth spurt) dan mentruasi.Remaja putri juga
sangat memperhatikan bentuk badan,sehingga banyak yang mengosumsi makanan yang
adekuat.Bentuk badan yang diingkan oleh remaja itulah yang menjadi masalah kesehatan,di antaranya
anemia (Verawaty,2018).
Anemia adalah keadaan dimana terjadinya penurunan jumblah masa eritrosit yang ditunjukan oleh
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit.Sintesis hemoglobin memerlukan
ketersediaan zat besi dan protein yang cukup dalam tubuh.Protein berperean dalam mengangkut besi
ke sumsum tulang untuk terbentuknya molekul hemoglobin yang baru (Kulsum,2020). Pada dasarnya,
anemia dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat
besi. Secara umum, konsumsi makanan berkaitan erat dengan status gizi. Bila makanan yang
dikonsumsi mempunyai nilai yang baik, maka status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang
dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan gizi dan dapat menimbulkan
anemia. Secara universal, Iron Deficiency Anemia (IDA) adalah masalah nutrisi paling umum yang
mempengaruhi sekitar 2 miliar orang di dunia, kebanyakan dari mereka (89%) berada di negara
berkembang. IDA mempengaruhi sekitar 300 juta anak di seluruh dunia, berusia dari enam bulan
sampai lima tahun. Di negara berkembang, IDA adalah masalah kesehatan umum yang menyerang
bayi, anak prasekolah dan sekolah karena tingkat pertumbuhan yang cepat dikombinasikan dengan
habisnya penyimpanan zat besi, kondisi hidup yang buruk dan pola makan yang tidak memadai
(Youssef, Hassan, & Yasien, 2020). Secara global, sekitar 600 juta anak usia prasekolah dan sekolah
menderita anemia. China telah mengalami transisi ekonomi yang cepat selama beberapa dekade
terakhir, pola makan anak dan status gizi telah meningkat pesat dan prevalensi anemia di antara anak
usia sekolah menurun dari 18,8% pada tahun 1995 menjadi 9,9% pada tahun 2010 (Zhang, Chen, &
Liu, 2021)
Hasil Survei Kesehatan Nasional Indonesia 2013 menunjukkan prevalensi anemia pada anak usia
1-4 tahun, 5-14 tahun, dan 15-24 tahun masing-masing adalah 28,1%, 26,4%, dan 18,4%. Terjadi
peningkatan prevalensi dibandingkan dengan survei sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2007,
yaitu masing-masing 27,7%, 9,4% dan 6,9% pada anak usia 1- 4 tahun, 5-14 tahun dan 15-24 tahun.
Secara khusus, prevalensi anemia pada anak usia sekolah dan remaja hampir tiga kali lipat (Linder,
1958). Menurut data hasil Riskedas tahun 2013 remaja putri mengalami anemia yaitu 37,1%,
mengalami peningkatan menjadi 48,9% pada Riskesdas 2018, dengan proporsi anemia ada di
kelompok umur 15- 24 tahun dan 25- 34 tahun. (Kesehatan, 2018). Survei Kesehatan Nasional juga
menunjukkan bahwa prevalensi anemia di pinggiran kota lebih tinggi dibandingkan di perkotaan
(Kemenkes, 2007). Faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian anemia pada remaja
diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya misalnya vitamin A, vitamin C, folat,
riboflavin dan B12, kesalahan dalam konsumsi zat besi misalnya konsumsi zat besi bersamaan dengan
zat lain yang dapat mengganggu penyerapan zat besi tersebut (Julaecha, 2020). Anemia gizi besi
adalah anemia yang timbul karena kosongnya cadangan zat besi di dalam tubuh sehingga
pembentukan hemoglobin terganggu. Hemoglobin adalah bagian dari sel darah merah yang digunakan
untuk menentukan status anemia. Nilai normal kadar hemoglobin pada wanita adalah 12-16 g/dl. Zat
besi merupakan unsur utama yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin. Menurunnya asupan
zat besi dapat menurunkan kadar hemoglobin di dalam tubuh. Hasil penelitian Kaur, et al menyatakan
bahwa asupan zat besi yang kurang dapat menyebabkan remaja putri mengalami anemia. Penelitian
Nelima menyatakan bahwa remaja putri yang memiliki asupan zat besi yang rendah akan berisiko 9
kali lebih besar untuk menderita anemia.
Hasil penelitian Mangalik et al. menunjukkan bahwa kerugian yang disebabkan oleh Anemia Zat
Gizi Besi (AGB) di Indonesia adalah sebesar Rp 62,02 triliun per tahun atau sekitar US$5,08 miliar,
nilai tersebut merupakan 0,711% dari produk domestik bruto Indonesia. Kerugian ekonomi tersebut
dihitung berdasarkan kerugian akibat penurunan kecerdasan, produktivitas kerja dan peningkatan
biaya perawatan akibat kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Alfiah, Yusuf, & Puspa, 2021).
Pemerintah Indonesia telah berupaya mengatasi permasalahan anemia khususnya pada wanita
dengan melakukan program suplementasi zat gizi besi yang pada awalnya hanya diberikan pada ibu
hamil selama masa kehamilannya sebanyak minimal 90 Tablet Tambah Darah (TTD). Saat ini,
pemerintah mengembangkan program suplementasi zat besi dengan sasaran remaja (12-18 tahun)
melalui institusi pendidikan. Prevalensi anemia yang tinggi pada remaja putri memerlukan
penanganan yang tepat sasaran dan cepat. Intervensi yang berkaitan dengan pencegahan dan
penanganan anemia perlu menyertai peningkatan asupan zat gizi melalui diversifikasi pangan dan
fortifikasi zat besi, suplementasi zat besi dan peningkatan sanitasi serta pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Latar Belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “
Gambaran Kejadian Anemia pada Remaja Putri berdasarkan data IMT pada remaja putri.Mengingat
anemia pada remaja putri ini memberikan dampak yang sangat merugikan untuk masa mendatang
terutama pada kalangan remaja,maka dari itu pencegahan maupun perbaikan gizi perlu dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam Latar belakang, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana kejadian anemia pada remaja putri berdasarkan data
IMT di Puskesmas Kalampangan ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kejadian anemia pada remaja putri berdasarkan data IMT di Puskesmas
Kalampangan
2. Tujuan Khusus
a. Menilai hubungan pengetahuan remaja putri dengan kejadian anemia pada remaja putri di
Puskesmas Kalampangan
b. Menilai hubungan sikap remaja putri dengan kejadian anemia pada remaja putri di Puskesmas
Kalampangan
c. Menilai hubungan tindakan remaja putri dengan kejadian anemia remaja putri di Puskesmas
Kalampangan
D. Manfaar Penelitian
1. Bagi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan bacaan untuk pembelajaran yang terkait dengan
kejadian anemia pada remaja putri berdasarkan IMT
2. Bagi Puskesmas Kalapangan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai status gizi pada remaja yang
mengalami anemia sehingga program yang sudah dapat dilakukan dan ditingkatkan kembali.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan tambahan bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab lain anemia seperti
pendapat keluarga,pengetahuan tentang anemia,asupan zat gizi,penyerapan zat besi,kebutuhan
zat besi, kehilangan zat besi dan cacingan.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Remaja
Remaja adalah masa peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa. Secara umum anak
remaja banyak yang mengalami perubahan baik secara fisik, psikologis, ataupun sosial. Remaja
putri merupakan kelompok yang sangat rawan menderita anemia yang bersamaan dengan menstruasi
karena akan mengeluarkan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin (Tambunan,
2016).
Menurut WHO puncak remaja di mulai dari usia 10-19 tahun dimana masa usia remaja tersebut
masih termasuk remaja awal, pada usia 10-14 tahun atau 13-15 tahun termasuk remaja menengah,
pada usia 14-15-17 tahun termasuk masa remaja akhir. Pada masa remaja pertumbuhan terjadi pada
usia 12-18 bulan sebelum mengalami menstruasi pertama atau terjadi sekitar usia 10-14 tahun.
Pertumbuhan tinggi badan terus terjadi hingga 7 tahun setelah terjadi menstruasi. Remaja yang
status gizi nya baik mempengaruhi kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga cepat mengalami
menstruasi. Sedangkan pada remaja yang status gizi nya buruk maka akan mengalami pertumbuhan
yang pelan dan lama serta mengalami menstruasi yang lambat. Keterlambatan menstruasi ini
disebabkan karena simpanan zat besi yang kurang (Briawan, 2012)
Remaja yang terkena anemia lebih banyak dialami pada anak wanita yang sudah menstruasi.
Kurangnya zat besi bisa terjadi pada semua anak usia sekolah dari segala lapisan ekonomi. darah
yang keluar dari tubuh dapat menyebabkan kurangnya zat besi dalam tubuh. Maka jumlah
hemoglobin didalam sel darah juga akan berkurang, sehingga jumlah oksigen yang dapat diangkut
oleh darah keseluruh tubuh akan berkurang. Apalagi pada remaja putri biasanya mulai pilih-pilih
makanan, sehingga dapat mengakibatkan indeks zat besi terganggu (Zein, 2010).
B. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah berkurang dari normal,
dengan berkurangnya hemoglobin dari normal maka kemampuan sel darah merah untuk membawa
oksigen ke seluruh tubuh berkurang. Akibatnya tubuh kita kurang mendapat pasokan oksigen yang
menyebabkan tubuh lemas dan cepat lelah. Anemia defisiensi besi dapat terjadi karena sejak bayi
sudah anemia, infeksi cacing tambang, kurangnya asupan zat besi. (Yuni, 2018)
Seseorang dikatakan menderita anemia apabila kadar Hbnya di bawah 13gr% bagi pria dewasa,
dan bagi remaja dibawah 12 gr% dan kurang dari 11 gr% bagi anak-anak usia 5 tahun sampai masa
pubertas. dan apabila Hb dibawah normal maka distribusi oksigen juga tidak normal maka akibatnya
fungsi tubuh juga terganggu. Contohnya pada otot maka akan mudah terasa lelah bila melakukan
aktivitas sebentar saja (Zein, 2010).
Anemia merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia, anemia sangat sering terjadi pada anak-
anak sekolah terutama remaja putri. Remaja putri berisiko tinggi menderita anemia, karena pada masa
ini terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat adanya pertumbuhan dan menstruasi. Aktifitas
sekolah, perkuliahan maupun berbagai aktifitas yang tinggi akan berdampak pada pola makan yang
tidak teratur, selain itu kebiasaan mengkonsumsi minuman yang menghambat absorbsi zat besi akan
mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang. (Tiaki, 2017)
1. Gejala Anemia
a. Cepat Lelah
b. Pucat(Kulit,bibir,gusi,mata,kulit kuku,dan telapak tangan).Jantung berdenyut kencang saat
melakukan aktivitas ringan.
c. Nafas tersengal/pendek saat melakukan aktivitas ringan.
d. Nyeri dada
e. Pusing dan mata berkunag
f. Cepat marah
g. Tangan dan kaki dingin atau mati rasa
h. Mudah mengantuk
2. Penyebab amemia
Menurut MOST USAID Micronutrient Program dalam Briawan (2012) Anemia yang paling sering
terjadi yang disebabkan oleh :
a. Rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya, yang disebabkan karena rendahnya konsumsi
pangan sumber zat besi. Zat gizi lain yang menyebabkan terjadinya anemia karena kekurangan
vitamin A, C, folat, riboflavin, dan B
b. Penyerapan zat besi yang rendah yang disebabkan karena adanya komponen penghambat di
dalam makanan seperti, fitat. Rendahnya zat besi pada makanan nabati maka akan
menyebabkan zat besi tidak dapat di resap dan digunakan pada tubuh
c. Malaria, terutama terjadi pada anak-anak dan wanita hamil
d. Cacingan
e. Infeksi, yang diakibatkan karena penyakit kronis atau sistemik
f. Gangguan genetik.
3. Penanggulangan Anemia
Menurut FAO/ WHO (2001) penanggulangan anemia biasanya dilakukan dengan pemberian
suplementasi zat besi contohnya pemberian tablet zat besi pada ibu hamil, WUS, dan anak sekolah
karena kebutuhan zat besi yang tinggi pada remaja sebesar 29mg/hari sangat sulit dipenuhi apabila
dari makanan saja. Maka salah satu program penanggulangan yang dilakukan pemerintah adalah
dengan pemberian suplemen. Pemberian suplemen atau TTD (Tablet tambah darah) seminggu sekali
selama 16 minggu setiap tahun maka dapat meningkatkan kebutuhan zat besi (Briawan, 2012 ).
C. Pengetahuan
Pengetahuan sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna, dalam memahami alam sekitarnya terjadi
proses yang bertingkat dari pengetahuan sebagai hasil dari tahu manusia, ilmu, dan filsafat.
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”
melainkan akan menjawab pertanyaan “why” dan “how” contoh nya mengapa air mendidih bila
dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya
dapat menjawab pertanyaan, perlu dibedakan di sini antara pengetahuan dan keyakinan, walaupun
keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat, manusia pada dasarnya selalu ingin tahu mana yang
benar dan mana yang salah untuk memenuhi rasa ingin tahu.
Manusia sejak dahulu telah berusaha mengumpulkan pengetahuan secara umum pengetahuan pada
dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang mungkin seorang untuk dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya.
1. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang pada dasarnya mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
Secara umum pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkatan (A. Wawan dan Dewi M.2018) yaitu :
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai meningkat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima.
b. Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi secara benar
c. Menerapkan (Application)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
kondisi yang benar, aplikasi ini diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus
metode, prinsip.
d. Analisa (Analysis)
Adalah sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-
komponen akan tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya dengan yang
lain
e. Sintesa (Synthensis)
Sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.
f. Evalusai (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian kepada suatu objek atau materi.
Penilaian-penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan
kriteria yang telah ada.
c. Budaya
Budaya adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Pengelaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat informasi. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang
menanyakan dengan kuesioner penelitian atau responden. Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif
(A. Wawan dan Dewi M.2018) yaitu:
1. Baik bila hasil >76%-100%
2. Kurang bila hasil < 76 %
D. Sikap
Sikap adalah sesuatu atau keadaan mental didalam jiwa seseorang atau didalam diri seseorang
untuk beradaptasi terhadap lingkungannya baik secara lingkungan alamiyah atau lingkungan fisiknya.
Secara umum sikap biasanya dipengaruhi oleh nilai budaya dan kebiasaan seseorang untuk bertindak
(Rusmanto, 2014)
Menurut pendapat Azwar (2013) sikap seseorang dapat dipengaruhi pada beberapa hal
diantaranya:
a. Rumah
Tingkah laku anak dan sikap anak tidak hanya dapat dipengaruhi oleh bagaimana sikap-sikap
orang yang berada di dalam rumah, dan sikapsikap mereka bagaimana mereka melakukan
hubungan dengan orangorang yang diluar rumah.
b. Sekolah
Peran pendidikan adalah, untuk membentuk kepribadian anggota masyarakat agar menjadi
warga yang baik dan unggul.
c. Pekerjaan
Pekerjaan sangat berpengaruh pada sikap seseorang. Kondisi lingkungan pekerjaan yang
nyaman maka akan membentuk sikap positif pada pekerjaan. Apabila lingkungan kerja yang
tidak nyaman maka akan membentuk sikap yang negative pada pekerjaanya
d. Pengalaman
Pengalaman yaitu apa yang telah dialami seseorang akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan seseorang terhadap sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
Pengalaman juga sangat mempengaruhi seseorang dalam bersikap. Pengukuran sikap dilakukan
dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat
responden terhadap suatu objek secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pendapat responden
melalui kuesioner. (A.Wawan dan Dewi M.2018).
Berdasarkan total skor yang diperoleh kemudian dibagi dalam dua kategori kategori yaitu :
1. Baik bila > 76%-100%
2. Kurang baik bila < 76%
E. Tindakan
Tindakan adalah sesuatu upaya untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata yang
memerlukan faktor pendukung (Alhadar, 2014).
1. Tingkatan Tindakan
a. Persepsi (perception) adalah merupakan praktek tingkat pertama yang diharapkan
seseorang dapat mengenal dan memilih berbagi objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
b. Respon (guided response) adalah respon terpimpin yang merupakan praktek tingkat kedua,
apabila seseorang dapat melakukan sesuatu yang sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai contoh maka dapat dikatakan sudah melakukan respon terpimpin.
c. Mekanisme (mechanism) adalah apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis atau sesuatu yang sudah dilakukan merupakan kebiasaan, maka
sudah mencapai praktek tingkat tiga yaitu tahap mekanisme.
d. Adopsi (adoption) adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik dalam hal ini memiliki arti bahwa tindakan itu sudah dimodifikasikan tanpa
mengurangi kebenaran tindakan.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan
Perilaku di pengaruhi oleh 3 faktor (Alhadar, 2014) yaitu:
1) Faktor Predisposisi Predisposing Factor adalah faktor yang mencakup pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan
2) Faktor Pendukung Enabling Factor adalah faktor yang merupakan ketersediaan sarana dan
prasaranan atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat
3) Faktor Pendorong Renforcing Factor adalah yang mencangkup sikap dan prilaku petuhas
kesehatan yang merupakan kelompok referensi dari prilaku masyarakat.
F. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian teori tersebut, maka ada 2 variabel yang akan diteliti yaitu: Variabel
Independen dan Variabel Dependen. Yang digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut:
G. Definisi Operasional
1. Baik : >5
2. Kurang Baik : < 5
3 Tindakan Keputusan remaja putri untuk menerapkan apa
yang sudah diketahui semua remaja putri
dikawasan kerja puskesmas kalampangan
terkhususnya bagi remaja putri tentang
gambaran kejadian anemia pada remaja putri
yang diukur menggunakan kuisoner sebanyak 10 Ordinal
soal.Jika jawaban tselalu benar maka diberi nilai
1 dan jika jawaban tidak pernah maka diberi
nilai 0.Selanjutnya dikategorikan menjadi :
1. Normal : >12gr%
2. Anemia : ≤ 12gr%
A. Desain Penelitian
Desaian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif.Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmojo,2010).
Penelitian berusaha menggambarkan bagaimana Gambaran Kejadian Anemia pada Remaja Putri di
wilayah penelitian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.
B. Subjek Studi Kasus
Remaja putri yang mengalami pubertas sering menjadi lebih tidak puas dengan tubuh mereka. Remaja putri selalu
merasa terlalu gemuk ataupun terlalu kurus dari ukuran yang sebenarnya, sehingga mereka ingin mengubah bentuk
tubuhnya dengan cara diet ataupun olah raga yang berlebihan. Keadaan kurang gizi pada remaja sering terjadi akibat
dari pembatasan asupan gizi yang dikonsumsi dengan tidak memperhatikan kandungan gizi dan kesehatan pada
makanan yang akan dikonsumsi, sehingga hal tersebut akan berdampak negatif pada status gizi. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis persepsi terhadap ukuran tubuh dengan asupan gizi pada remaja putri di kota palangka
raya. Jenis penelitian ini adalah observasi analitik menggunakan desain case control pada 92 remaja putri yang dipilih
secara purposive sampling. Data yang dikumpulkan adalah terkait persepsi ukuran tubuh melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner Body Shape Questionnaire (BSQ), asupan gizi melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner Food Recall 24 jam, sosial ekonomi menggunakan kuesioner Principal Component Analysis (PCA), dan
pendidikan orang tua menggunakan kuesioner riwayat pendidikan orang tua. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Januari-Maret Tahun 2020. Hasil penelitian ini menunjukan remaja putri yang memiliki persepsi positif dan negatif
sebanding banyaknya (50%), asupan gizi karbohidrat cukup (69,6%), asupan gizi lemak cukup (71,7%) sosial
ekonomi mampu (63%). Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap ukuran tubuh dengan asupan
gizi pada remaja putri dapat dilihat dengan hasil analisisis dengan nilai (p=0,37).
C. Fokus Studi
a) Kebutuhan nutrisi pada remaja putri yang mengalami anemia
b) Penerapan prosedur pemeriksaan HB pada remaja putri
D. Definisi Operasional Fokus Studi
Kebutuhan nutrisi pada remaja putri yang mengalami anemia adalah
1. Kebutuhan nutrisinya adalah
2. Pada masa remaja, gizi cukup sangat diperlukan untuk pertumbuhan. Pada remaja putri pada masa
ini terjadi
3. perubahan-perubahan biologis dengan mengalami haid, sehingga dibutuhkan kecukupan
hemoglobin agar
4. tidak terjadi anemia gizi akibat kekurangan zat besi. Di Panti Asuhan Nurul Hidayah sebagian
besar remaja
5. putri mengalami tanda-tanda anemia, yaitu sering merasakan tidak fokus 6 (42,9%), lelah 8
(57,1%), pusing
6. 8 (57,1%), lemas 4 (28,6%), males dan bad mood 1 (7,1%). Disamping itu juga, pengetahuan
tentang anemia
7. dan gizi yang harus dipenuhi pada remaja putri belum diketahui secara benar. Pengabdian
Masyarakat ini
8. dilaksanakan di Panti Asuhan Nurul Hidayah Dempel Lor Semarang dengan sasaran remaja
putri, bentuk
9. kegiatan yaitu memberikan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) secara kelompok yang
dibantu oleh
10. beberapa mahasiswa D3 Kebidanan, dan konseling. Informasi yang disampaikan berkaitan
dengan tumbuh
11. kembang remaja dan nutrisi pada remaja terutama remaja putri. Hasil yang diperoleh dapat
diketahui bahwa
12. sebagian besar remaja putri tidak menyukai makan sayur 80%, suka makan daging 60%,
mempunyai
13. kebiasaan minum teh/kopi setelah makan 73,3% dan minum zat besi ketika sakit saja 20%,
bahkan masih
14. terdapat remaja putri yang tidak pernah minum zat besi sama sekali 26,7%
3. Pembuatan Laporan
a. Membuat pembahasan dengan membandingkan respon dari remaja putri yang menderita
anemia dengan teori di BAB 2
b. Membuat kesimpulan dan saran
c. Ujian sidang hasil
d. Revisi hasil ujian sidang
e. Pengumpulan laporan studi kasus dalam bentuk hard copy dan soft file