Disusun oleh :
TINGKAT II A
PENDAHULUAN
Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi
pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi dan pertumbuhan merupakan hubungan integral. Tidak terpenuhinya
kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan
linear. Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait nutrisi pada
masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis. Masalah nutrisi utama
pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik
gizi kurang dan perawakan pendek maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya
seringkali berkaitan dengan perilaku makan salah (Indonesia Pediatric Society).
Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Karena pada masa itu
mereka juga mengalami menstruasi, lebih-lebih pengetahuan mereka yang kurang akan anemia. Pada saat remaja
putri mengalami menstruasi yang pertama kali membutuhkan lebih banyak besi untuk menggantikan kehilangan
akibat menstruasi tersebut. Jumlah kehilangan besi selama satu siklus menstruasi (sekitar 28 hari) kira-kira 0,56
mg per hari. Jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal sebesar 0,8 mg per hari. Sehingga jumlah total
besi yang hilang sebesar 1,36 mg perhari. Remaja putri pada umumnya memiliki karakteristik kebiasaan makan
tidak sehat.Antara lain kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air putih, diet tidak sehat karena ingin langsing
(mengabaikan sumber protein, karbohidrat, vitamin dan mineral), kebiasaan ngemil makanan rendah gizi dan
makan makanan siap saji. Sehingga remaja tidak mampu memenuhi keanekaragaman zat makanan yang
dibutuhkan oleh tubuhnya untuk proses sintesispembentukan hemoglobin (Hb). Bila hal ini terjadi dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan kadar Hb terus berkurang dan menimbulkan anemia.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara asupan gizi dengan kejadian anemia pada remaja
di kampus poltekkes (Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas).
1.2.1 Bagaimana hubungan antara asupan gizi dengan kejadian anemia pada remaja wanita di Kampus
Poltekkes Bandung ?
Mengetahui hubungan asupan gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri .
1.3.2.1 Menganalisis hubungan asupan gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri.
Sebagai masukan untuk Institusi dalam meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang pola
asupan gizi yang berkaitan dengan anemia.
Membuka wawasan para remaja putri untuk mengetahui bahwa asupan gizi seimbang penting
untuk di pelajari agar para remaja putri terhindar dari penyakit anemia yang sering terjadi pada
remaja putri.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses digesti,absorpsi transportasi penyimpanan,metabolisme dan pengeluaran zat zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan fungsi normal dalam organ organ serta menghasilkan energi.
(supariasa ,bakri dan fajar 2013)
Gizi merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan,yang dapat memberikan kontribusi
dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam
pembangunan. Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukan 16,4% memaparkan bahwa perempuan yang
mengalami anemia mencapai 15,81%. Riskesdas tahun 2010 memaparkan bahwa prevalensi remaja yang
mengalami gizi buruk 4,8%, gizi kurang 11,4%, gizi baik 75,2% dan gizi lebih 8,6%.
Fase remaja yang ditandai dengan kematangan fisiologis seperti pembesaran jaringan sampai tubuh
membuat remaja memerlukan kebutuhan nutrisi yang spesial. ( Tim penulis poltekkes depkes jakarta I, 2010
dalam pramitya dan valentina 2013)
Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya
melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak.
1. Energi
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik, seperti
olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di sekolah maupun diluar sekolah. Widyakarya Nasional Pangan
Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda
perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. AKG energi ini
dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat yaitu: beras, terigu dan hasil olahannya (mie, spagetti,
makaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula dan lain-lain.
2. Protein
Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhannya yang sedang terjadi.
Kecukupan protein bagi remaja adalah1,5-2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah
48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki
3. Kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat. Pada masa pertumbuhan, apalagi pada
masa growth spurt, Kalsium adalah zat gizi yang penting untuk diperhatikan. AKG kalsium untuk remaja dan
dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium
yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran
hijau dan lain-lain.
4. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi
pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi hemoglobin (Hb).
Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama
disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap
anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan
kehilangan besi yang meningkatkan, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin
merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan
mereka akan zat besi.
5. Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama untuk remaja laki-laki.
AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan dan laki-laki.
Anemia merupakan keadaan dimasa eritrosit atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi
fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. (Handayani dan Haribowo 2008).
Tanda - tanda anemia (Handayani dan Haribowo 2008), gejala anemia di bagi menjadi 3 golongan besar
yaitu sebagai berikut:
a) Pada umumnya masyarakat indonesia ( termasuk remaja putri ) lebih banyak mengkonsumsi makanan
nabati yang kandungan zat besi nya sedikit, dibanding dengan makanan hewani, shingga kebutuhan tubuh
akan zat besi tidak terpenuhi.
b) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan.
c) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,06mg yang disekresi khusu melalui fese (tinja).
d) Remaja putri mengalami haid tiap bulan , dimana kehilangan zat besi kurang lebih 1,3mg/hari, sehingga
kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.
Menurut handayani dan haribowo 2008, pada dasarnya gejala anemia timbul karna 2 hal berikut ini :
a) Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat di bawa oleh darah ke jaringan.
b) Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
a) Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena tidak adanya gairah belajar
dan konsesntrasi.
b) Mengganggu pertumbuhan dimana tinggi dan berat badan menjadi tidak sempurna.
c) Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang penyakit.
d) Menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot.
Gagal jantung kongesif, parestasia, konfusi kanker, penyakit ginjal, gondok, gangguan pembentukan heme.
Penyakit infeksi kuman, talasemia, kelainan jantung, remotoid, meningitis, dan gangguan sistem imun.
Menurut Tarwoto dkk 2010, upaya untuk mencegah anemia antara lain sebagai berikut :
a) Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani dan dari bahan nabati.
b) Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi.
c) Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khusus nya saat mengalami haid.
d) Bila merasakan tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter untuk dicari penyebab dan
diberikan pengobatan.
Menurut Handayani dan Haribowo 2008, pada kasusu anemia perlu di perhatikan prinsip – prinsip sebagai berikut
ini :
Remja putri memiliko resiko lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan remaja putra. Peningkatan
kebutuhan bsi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama haid selain itu remaja putri lebih memperhatikan
perubahan ukuran tubuh dan penampilan fisiknya sehingga prilaku dan kebiasan makannya seringkali kliru,
seperti membatasi asupan makan khususnya makanan hewani yang kadamng kalang dianggap sebagai makanan
yang mengandung lemak tinggi dan dapat memicu terjadinya kegendutan. (dieny,2014)
Remaja adalah anak yang berusia 10-19 tahun. WHO mendefinisikan remaja sebagai suatu masa dimana
individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya (pubertas) sampai
saat ia mencapai kematangan seksual. (Depkes, Poltekes. Kesehatan Remaja Problem Dan Solusinya. Jakarta : PT
Salemba Medik. 2010)
2.3 Hubungan Antara Asupan Gizi dan Kejadian Anemia pada Remaja
Asupan energi pada remaja sangat mempengaruhi pertumbuhan tubuh, jika asupan tidak kuat dapat
menyebabkan seluruh fungsional remaja ikut menderita. Antara lain, drajat metabolisme yang buruk,tingkat
efektivitas, tampilan fisik, kematangan seksual. Usia remaja merupakan usia dimana terdapat perubahan
perubahan hormonal dimana perubhan struktur fisik dan psikologis mengalami perubhan drastis. Masalah gizi
yang utama yang dialami oleh para remaja diantaranya anemia defisiensi zat besi,kelebihan berat badan dan
kekerungan zat gizi. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya konsumsi olahan makanan yang nilai gizinya
kurang,namun memiliki banyak kalori sehingga faktor memicu obesitas pada usia remaja. Konsumsi jenis jenis
junkfood merupakan penyebab para remaja rentan sekali kekurangan zat gizi. (istiany dan rusilanti,2013).
2.4 Kerangka Teori
Karakteristik Responden
- Usia
- Jenis kelamin
- Status
Asupan gizi
Anemia
2.4 Hipotesa
Terdapat hubungan antara asupan gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pengukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam
melaksanakan suatu penelitian. Selain itu juga diperhatikan bahwa sampel yang dipilih harus menunjukkan segala
karakteristik populasi sehingga tercermin dalam sampel yang dipilh, dengan kata lain sampel harus dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya atau mewakili (representatif). Untuk menghitung penentuan
jumlah sampel dari populasi tertentu yang
dikembangkan, maka digunakan rumus Slovin sebagai berikut:
n = N per N (d2)+1
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Populasi
d = Taraf nyata atau batas kesalahan
Dalam menentukan jumlah sampel yang akan dipilih, penulis menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5%,
karena dalam setiap penelitian tidak mungkin hasilnya sempurna 100%, makin besar tingkat kesalahan maka
semakin sedikit ukuran sampel. Jumlah populasi sebagai dasar perhitungan yang digunakan.
Pada penelitian ini, sampel yang dipergunakan adalah sebagian mahasiswi Tingkat II Poltekkes
Kemenkes Bandung Prodi Kebidanan Bogor dengan menggunakan simple random sampling.
2). Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana.
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data dan
keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
diharapkan dapat memberikan data yang akurat dan lebih spesifik, teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
Untuk melihat kegiatan yang sebenarnya dari masalah yang ada, maka diperlukan penelitian lapangan
untuk memperoleh data primer secara langsung dari perusahaan. Adapun langkah-langkah dalam
pengelompokan data primer dengan cara sebagai berikut:
a. Pengamatan (Observation)
Pengamatan (Observation) yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung
pada objek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan.
Data sekunder merupakan bahan informasi yang dikemukakan oleh para pakar atau para ahli dalam
bidangnya, sehingga data tersebut relevan dengan pembahasan penelitian. Dilakukan untuk memperoleh
landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dilakukan dengan membaca, menelaah, dan
meneliti jurnal-jurnal, majalah, buku, dan literature-literatur lainnya berhubungan erat dengan masalah yang
diteliti. Dalam studi kepustakaan ini, penulis mengumpulkan data dengan membaca literatur dan juga buku-
buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
a. Riset Internet (Online Research)
Riset ini merupakan proses pengumpulan data yang berasal dari situssitus yang berhubungan dengan
berbagai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis Univariat. Analisis Univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variable (Notoatmodjo,
2012). Data dimaknai dengan parameter yang ditentukan yaitu sebagai brikut :
Israr, Yayan A, 2008, faculty of medicine – Universiry of Riau : Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru
Suryani Dewi. Dkk,2015, Analisis Pola Makan dan Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri Kota Bengkulu,
Bengkulu, Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.
Satgas Remaja IDAI , 2013, Nutrisi Pada Remaja, Di unduh dari http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/nutrisi-pada-remaja
Tarwoto, Ns. Dkk, 2010, Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya, Jakarta, Salemba Medika