Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Makan
makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang
beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan
tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa
disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun
dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga
dapat menghasilkan tenaga. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.Makanan sumber zat pengatur
adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai
vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ
tubuh.
B. Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja
Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja,
agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang
sehat juga membantu para remaja untuk berpartisipasi lebih aktif disekolah
dan beraktivitas fisik. Pada beberapa tahun belakangan ini, telah terjadi
penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil survey
menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 -
10 tahun kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami
obesitas. Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia dibawah 18
tahun hidup dalam kemiskinan, dan sebagai akibatnya, seringkali mereka
tidak mendapat nutrisi yang cukup. Banyak remaja yang mengkonsumsi
kalori lebih dari yang mereka butuhkan, namun tidak mendapat jumlah
nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan. Salah satu
keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium,
potassium, serat, magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka.
Pola makan yang tidak sehat akan mengarah pada status nutrisi yang
buruk dan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
remaja. Penyebab ini dirangking sebagai penyebab ketiga terbesar dari
berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis remaja.
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi pada
remaja bukan cuma bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga
kesehatannya dimasa-masa yang akan datang. Sebagai contoh,
kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar resiko
osteoporosis saat mereka dewasa.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati makanan.
Pola makan seimbang memenuhi kebutuhan tersebut. Susu dikonsumsi
sebagai penyempurna. Pada dasarnya masalah gizi pada remaja timbul
karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidak seimbangan antara konsumsi
gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi atau status gizi
merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup
lama.Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal, maupun
gizi lebih.Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi
berupa penyakit defisiensi, dan bila kekurangan dalam batas marginal
dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya
kemampuan fungsional. Misalnya, kekurangan vitamin B1 dapat
menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat
menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan
tubuh terhadap penyakit infeksi.
Sedangkan kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terjadinya buta
senja dan turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi terhadap keadaan nutrisi usia sekolah dan
remaja:
1. Psikologis.
2. Lingkungan sekolah.
3. Konsumsi makanan tidak cukup.
4. Pilihan terhadap makanan.
5. Tidak ada nafsu makan.
D. Keadaan Gizi Remaja Saat Ini
Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja.
Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat,
kecanduan alcohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah
beban para remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan
kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan
kekuranga berat badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim,
lupa makan, dan hamil”.
Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan, membuktikan 16%
mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian
lain terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar
remaja wanita tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag
sedang berkembang, ekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja wanita menderita
anemia; sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan
7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di Negara berkembang (10 negara di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan besi.
Ada 3 alasan mengapa remaja dikategorikan rentan:
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada
Recommended Daily Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan
perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi remaja kurang
dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi
remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari
pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial.
Banyaknya energy yang dibutuhkan remaja dapat diacu pada table RDA. Secara garis
besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energy ketimbang remaja putri. Pada usia
16 tahun remaja putera membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun
menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12
tahun (2.550 kkal), kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun.
Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia
kronologis. Wait dkk. Menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai
penentu kebutuhan akan energy yang lebih baik. Perkiraan energy untuk remaja putera
berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja putri dengan usia yang
sama yaitu 10-19 kkal/cm.
Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola
tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja putera, kisaran besarnya
kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm tinggi badan. Sementara remaja putri
hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis mineral juga meningkat.
Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok karena kedua
mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot.
Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200
mg remaja.
Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi sekaligus memerlukan
tambahan vitamin di atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin,
riboflavin, dan niacin harus ditambah sejajar dengan pertambahan energy.
Vitamin ini diketahui berperan dalam proses pelepasan energy dari
karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan pertambahan
asupan vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini berperan
dalam sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan jaringan baru tidak
cepat rusak, asupan vitamin A, C, dan E juga perlu ditingkatkan disamping
vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar vitamin
C dalam serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian AS, Guenter dkk, 1986),
terutama mereka yang mematangkan sayur dan buah serta perokok
F. Akibat Kekurangan Gizi Pada Usia Remaja