Anda di halaman 1dari 17

GIZI PADA REMAJA

Dosen: Tri Ayu Lestari, SKM,M.KM


A. Pengertian Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Makan
makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang
beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan
tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa
disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun
dan zat pengatur.

Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga
dapat menghasilkan tenaga. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.Makanan sumber zat pengatur
adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai
vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ
tubuh.
B. Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja

Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja,
agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang
sehat juga membantu para remaja untuk berpartisipasi lebih aktif disekolah
dan beraktivitas fisik. Pada beberapa tahun belakangan ini, telah terjadi
penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil survey
menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 -
10 tahun kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami
obesitas. Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia dibawah 18
tahun hidup dalam kemiskinan, dan sebagai akibatnya, seringkali mereka
tidak mendapat nutrisi yang cukup. Banyak remaja yang mengkonsumsi
kalori lebih dari yang mereka butuhkan, namun tidak mendapat jumlah
nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan. Salah satu
keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium,
potassium, serat, magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka.
Pola makan yang tidak sehat akan mengarah pada status nutrisi yang
buruk dan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
remaja. Penyebab ini dirangking sebagai penyebab ketiga terbesar dari
berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis remaja.
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi pada
remaja bukan cuma bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga
kesehatannya dimasa-masa yang akan datang. Sebagai contoh,
kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar resiko
osteoporosis saat mereka dewasa.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi

Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati makanan.
Pola makan seimbang memenuhi kebutuhan tersebut. Susu dikonsumsi
sebagai penyempurna. Pada dasarnya masalah gizi pada remaja timbul
karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidak seimbangan antara konsumsi
gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi atau status gizi
merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup
lama.Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal, maupun
gizi lebih.Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi
berupa penyakit defisiensi, dan bila kekurangan dalam batas marginal
dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya
kemampuan fungsional. Misalnya, kekurangan vitamin B1 dapat
menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat
menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan
tubuh terhadap penyakit infeksi.
Sedangkan kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terjadinya buta
senja dan turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi terhadap keadaan nutrisi usia sekolah dan
remaja:
1. Psikologis.
2. Lingkungan sekolah.
3. Konsumsi makanan tidak cukup.
4. Pilihan terhadap makanan.
5. Tidak ada nafsu makan.
D. Keadaan Gizi Remaja Saat Ini

Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja.
Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat,
kecanduan alcohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah
beban para remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan
kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan
kekuranga berat badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim,
lupa makan, dan hamil”.
Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan, membuktikan 16%
mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian
lain terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar
remaja wanita tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag
sedang berkembang, ekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja wanita menderita
anemia; sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan
7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di Negara berkembang (10 negara di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan besi.
Ada 3 alasan mengapa remaja dikategorikan rentan:

1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh


memerlukan energy dan zat gizi yang lebih banyak.
2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut
penyesuaian masukan energy dan zat gizi.
3.Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol
dan obat, meningkatkan kebutuhan energy dan zat gizi, di samping
itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya
mengalami obesitas.
Hampir 50% remaja (Daniel, 1977) terutama remaja yang lebih tua,
tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%)
yang meyakini jika sarapan memang penting. Namun, mereka yang
sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan
dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar
kudapan bukan hanya kalori, tetapi sedikit sekali mengandung zat gizi,
selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu makan. “Makanan
Sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik hanya
sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut makanan sampah
karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung
kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C; sementara
kandungan lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi. Proporsi lemak
sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori yang terkandung
dalam makanan itu.
E.Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia Remaja

Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada
Recommended Daily Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan
perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi remaja kurang
dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi
remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari
pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial.
Banyaknya energy yang dibutuhkan remaja dapat diacu pada table RDA. Secara garis
besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energy ketimbang remaja putri. Pada usia
16 tahun remaja putera membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun
menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12
tahun (2.550 kkal), kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun.
Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia
kronologis. Wait dkk. Menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai
penentu kebutuhan akan energy yang lebih baik. Perkiraan energy untuk remaja putera
berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja putri dengan usia yang
sama yaitu 10-19 kkal/cm.
Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola
tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja putera, kisaran besarnya
kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm tinggi badan. Sementara remaja putri
hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis mineral juga meningkat.
Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok karena kedua
mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot.
Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200
mg remaja.
Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi sekaligus memerlukan
tambahan vitamin di atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin,
riboflavin, dan niacin harus ditambah sejajar dengan pertambahan energy.
Vitamin ini diketahui berperan dalam proses pelepasan energy dari
karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan pertambahan
asupan vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini berperan
dalam sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan jaringan baru tidak
cepat rusak, asupan vitamin A, C, dan E juga perlu ditingkatkan disamping
vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar vitamin
C dalam serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian AS, Guenter dkk, 1986),
terutama mereka yang mematangkan sayur dan buah serta perokok
F. Akibat Kekurangan Gizi Pada Usia Remaja

Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode


puncak tumbuh kembang yang kedua kurang asupan zat gizi
karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan
pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak
dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus, pendek dan
pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi dan
gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering
sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja putri
tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena
remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang
yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna
meningkatkan status gizi dan kesehatannya.
Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak
ditemukan pada remaja perempuan. “Kurus itu indah”, kata mereka
dan sering merupakan moto bagi remaja perempuan. Body image
kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab anorexia
nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin
kurus, sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan
yang telah dimakan), khususnya remaja perempuan. Masa remaja
merupakan masa yang sangat “rentan”.
Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada
remaja serta hormon testosteron pada remaja pria terjadi dengan
pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan perawatan tubuh
yang baik, terutama kebersihan badan dan asupan nutrisi yang baik,
peningkatan kadar hormon tersebut bisa mengakibatkan munculnya
jerawat yang sering kali mengganggu penampilan. Hal ini terjadi akibat
kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan E yang banyak terdapat
pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.
Dan sering makan makanan gula dan makanan kaya akan asam lemak
seperti susu, mentega, minyak nabati. Disarankan untuk mengkonsumsi
makanan yang kaya serat. Remaja yang tak memperoleh cukup gizi yang
biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan terhadap kondisi
paru-paru yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas.
Remaja dengan asupan dan terutama vitamin C paling rendah memiliki
paru-paru yang lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Remaja yang
kurang mengkonsumsi vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan
kacang, lebih mungkin untuk terserang asma.
Remaja yang mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit
asam lemak omega-3 lebih mungkin untuk terserang asma dan gangguan
pernafasan seperti tersengal-sengal.
Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI
adalah anemia gizi. Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi
makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi, selain faktor
infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula karena peningkatan
kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat menstruasi,
kehamilan, melahirkan, sementara zat besi yang masuk sedikit.
G. Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja

Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan


penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:
a. Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah,
khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat
(growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita.

b. Program Suplementasi Gizi


Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang
biasa terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan
ke konsumsi makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya.
Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan
vitamin A.
C .Program Fortifikasi Bahan Makanan

Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan


makanan dengan tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi
(kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi yang ditambahkan
adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara
bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan
fortifikasi pada bahan makanan tersebut.
Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang
biasa dikonsumsi oleh masyarakat dan iodium pada garam ataupun
fortifikasi besi pada tepung.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai