Anda di halaman 1dari 5

RESUME GIZI DAN DIET

Kebutuhan Nutrisi Untuk Usia Remaja

1.Tujuan Pemberian Nutrisi Pada Usia Remaja

Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang tinggi agar
tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal. Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada
masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual dan hambatan pertumbuhan
linear.Pada masa ini pula nutrisi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang
terkait nutrisi pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan
osteoporosis.Masalah nutrisi utama pada remaja adalah defisiensi mikronutrien, khususnya
anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan perawakan pendek
maupun gizi lebih sampai obesitas dengan ko-morbiditasnya yang keduanya seringkali
berkaitan dengan perilaku makan salah dan gaya hidup.

Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja, agar mereka bisa
tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang sehat juga membantu para remaja
untuk berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada beberapa tahun
belakangan ini, telah terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil survey
menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 – 10 tahun
kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami obesitas.
Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia di bawah 18 tahun hidup dalam
kemiskinan, dan sebagai akibatnya, sering kali mereka tidak mendapat nutrisi yang cukup
Banyak remaja yang mengonsumsi kalori lebih dari yang mereka butuh kan, namun tidak
mendapat jumlah nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan. Salah satu
keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium, potassium, serat.
Magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka. Pola makan yang tidak sehat
akan mengarah pada status nutrisi yang buruk dan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan remaja. Penyebab ini dirangking sebagai penyebab ketiga terbesar dari
berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis remaja.
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan mutrisi pada remaja bukan Cuma bisa
mempengaruhi berat badannya, namun juga kesehatannya dimasamasa yang akan datang.
Sebagai contoh, kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar risiko osteoporosis
saat mereka dewasa. Yang terakhir, nutrisi pada remaja itu penting karena sebagian remaja
punya masalah kesehatan yang membutuhkan diet khusus.
Jadi tujuannya adalah untuk memperbaiki keadaan gizi remaja serta mengembangkan ilmu
gizi dan memupuk kesadaran gizi bagi remaja. Sehingga akan menyadari bahwa makanan
yang cukup diperlukan oleh tubuh, cukup dalam memilih makanan yang memenuhi
kebutuhan tubuh, sehingga dalam kebiasaan makan sehat.

2. Menurut Adriani (2016) juga menyebutkan Faktor Penyebab Masalah Gizi Remaja
a. Kebiasaan Makan Yang Buruk
Menurut Adriani (2016) kebiasaan makan yang buruk berpangkal pada kebiasaan makan
keluarga ataupun lingkungan yang tidak baik sudah tertanam lama akan terus terjadi pada
usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan
dampak tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka.
b. Pemahaman Gizi Yang Keliru
Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama remaja putri hal ini
sering menjadi penyebab masalah karena untuk memelihara kelangsingan mereka
menerapkan pembatasan makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi mereka tidak
terpenuhi. Hanya makan sekali sehari atau makanmakanan seadanya (Adriani, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Ruka Sakamaki, dkk (2004) menemukan bahwa pelajar

wanita di China memiliki keinginan yang besar untuk menjadi langsing (62,0%)
dibandingkan dengan pelajar lelaki (47,4%).Di tahun 2005, mereka menemukan bahwa
sebagian besar responden yang memiliki IMT normal, ternyata menginginkan ukuran tubuh
dengan IMT yang tergolong kurus (BMI : 18,4 + 3,4). Hal tersebut menunjukkan bahwa
remaja putri belum memahami sepenuhnya tentang gizi pada remaja sehingga masih saja
timbul masalah gizi.

c. Masuknya Produk Makanan Yang Baru


Jenis makanan baru ataupun produk makanan baru merupakan godaan bagi kaum remaja
yang cenderung memiliki rasa penasaran tinggi sehingga mereka akan terus mencoba
makanan tersebut sampai muncul makanan baru lagi. Remaja tidak memperdulikan
kebutuhan maupun asupan gizinya lagi sehingga status gizi mereka akan terganggu. Salah
satu jenis produk makanan baru dari luar negeri yaitu fast food. Jenis-jenis makanan siap
santap (fast food) maupun junk food sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern
oleh para remaja. Padahal berbagai jenis fast food itu mengandung kadar lemak jenuh dan
kolesterol yang tinggi disamping kadar garam. Zat-zat gizi itu memicu terjadinya berbagai
penyakit kardiovaskuler pada usia muda. Penelitian yang dilakukan oleh Kerry N. Boutelle,
dkk (2005) menemukan bahwa konsumsi fast food berhubungan dengan berat badan orang
dewasa namun tidak pada remaja. Hal tersebut disebabkan karena remaja membutuhkan
banyak kalori untuk aktivitasnya, sehingga fast food tidak mempengaruhi status gizi mereka
untuk menjadi obesitas. Namun, konsumsi fast food bisa meningkatkan risiko bagi para
remaja untuk menjadi obes pada saat dewasa kelak. (Jafar, 2012).

d. Promosi Yang Berlebihan Melalui Media Massa


Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru. Kondisi
tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk mempromosikan produk mereka
dengan cara yang sangat mempengaruhi remaja. Padahal, produk makanan tersebut bukanlah
makanan yang sehat bila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan (Jafar, 2012).

e. Masuknya Produk-Produk Makanan Baru


Produk – produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas membawa
pengaruh terhadap kebiasaan makan para remaja. Jenis-jenis makanan siap santap (fast food)
yang berasal dari negara barat seperti hot dog, pizza, hamburger fried chicken & french fries,
berbagai jenis makanan berupa kripik (junk food) sring dianggap sebagai gimbal kehidupan
modern oleh para remaja. Keberatan terhadap berbagai jenis fast food itu terutama karena
kadar lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi disamping kadar garam (Moehji, 2017).

f. Screen Time
Perkembangan teknologi saat ini ikut andil dalam perkembangan obesitas. Menonton TV
serta menggunakan media elektronik atau gadget membuat remaja dapat duduk tenang dalam
waktu yang lama (Van , 2015). Gaya hidup sedentary, dimana aktivitas fisik yang dilakukan
individu tergolong rendah dapat mendukung terjadinya kegemukan. Aktivitas fisik yang
rendah, akan menyebabkan energi yang masuk dari asupan makanan tidak 9 terpakai dan
menumpuk dalam bentuk 8 lemak tubuh. Jika keadaan ini terjadi dalam waktu yang lama,
maka akan terjadi peningkatan resiko kegemukan, termasuk pada anak-anak (Sari, 2015).
3. Kebutuhan Energi Dan Zat Nutrisi Pada Usia Remaja
Menurut Adriani (2012) kebutuhan gizi remaja relatif besar karena remaja masih mengalami
masa pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi
dibandingkan dengan usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Secara
biologis, kebutuhan nutrisi remaja selaras dengan aktivitas yang diakukan. Remaja
membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral per unit dari setiap energi yang
mereka konsumsi dibanding dengan anak yang belum mengalami pubertas. Makanan bagi

remaja merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya.
Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif akan menyebabkan
terjadinya 9 gangguan proses metabolisme tubuh, yang tentunya mengarah pada timbulnya
suatu penyakit. Demikian juga sebaliknya apabila mengonsumsi makanan berlebih tanpa
diimbangi suatu kegiatan fisik yang cukup, gangguan tubuh akan muncul (Adriani, 2012).
Kebutuhan tenaga pada remaja sangat tergantung pada tingkat kematangan fisik dan aktivitas
yang dilakukan. Energy merupakan salah satu hasil, metabolism karbohidrat, protein, lemak
(Almatsier, 2011). Berikut ini adalah anjuran asupan komposisi asupan zat gizi remaja :
a. Energi
b. Karbohidrat
c. Protein
d. Lemak
e. Vitamin
f. Kalsium
g. Zat besi
h. Zinc
4. Perhitungan BB Ideal
➢ Cara Menghitung Berat Badan Ideal dengan Rumus Broca
Salah satu cara yang bisa kamu lakukan untuk menghitung berat badan ideal, yaitu
menggunakan rumus Broca. Rumus yang ditemukan oleh Paul Broca ini membedakan cara
penghitungan antara pria dan wanita. Hal ini disebabkan karena pria dan wanita memiliki
komposisi tubuh yang berbeda. Meskipun pria dan wanita memiliki cara yang berbeda dalam
menghitung berat badan ideal, rumus ini tidaklah rumit.
Berikut adalah rumusnya:
• Pria: Berat badan ideal (kilogram) = [tinggi badan (sentimeter) – 100] – [(tinggi badan
(sentimeter) – 100) x 10 persen]
• Wanita: Berat badan ideal (kilogram) = [tinggi badan (sentimeter) – 100] – [(tinggi badan
(sentimeter) – 100) x 15 persen]
➢ Cara Menghitung Berat Badan Ideal dengan Kalkulator BMI
Body Mass Index (BMI) adalah cara menghitung berat badan ideal berdasarkan tinggi dan
berat badan. Berbeda dengan cara perhitungan sebelumnya yang membedakan cara
perhitungan pria dan wanita, BMI dibedakan berdasarkan usia. Dengan menggunakan
kalkulator BMI, akan diketahui apakah seseorang masuk dalam kategori berat badan ideal
atau tidak. Meskipun begitu, BMI dapat menimbulkan kesalahpahaman bagi atlet atau
olahragawan.
Berat badan juga berasal dari massa otot, sehingga atlet bisa dinyatakan kelebihan berat
badan, padahal sebenarnya tidak. Sebelum mencoba kalkulator BMI, ada baiknya mengetahui
beberapa keterangan mengenai perhitungan ini:
• Angka BMI normal berada pada kisaran 18,5-25.
• Jika angka BMI melebihi 25, kamu memiliki berat badan berlebih.
• Sedangkan, jika angka BMI berada di bawah 18 berarti berat badanmu kurang.
• Jika angka BMI sudah melebihi angka 40, sebaiknya dilakukan penanganan secepatnya
karena angka ini menunjukkan tanda bahaya.
5. Perhitungan Energi Untuk Remaja
Kalori adalah satuan unit pengukuran untuk menyatakan jumlah energi dalam makanan. Jadi,
setiap makanan mengandung kalori yang berbeda-beda.
❖ Cara menghitung kebutuhan kalori harian

Saat makan atau minum, Anda memberikan zat gizi berupa energi (kalori) pada tubuh. Tubuh
lalu memakai energi tersebut sebagai bahan bakar untuk berbagai aktivitas. Semakin banyak
aktivitas yang Anda lakukan, semakin banyak energi atau kalori yang terpakai. Selain
mengacu pada tabel angka kecukupan gizi, Anda pun bisa menghitung sendiri kebutuhan
kalori harian menggunakan dua macam rumus.
Berikut cara menghitung kebutuhan kalori menggunakan rumus.
➢ Rumus Harris-Benedict
Kenyataannya, rata-rata pria dewasa umumnya membutuhkan sekitar 2.500 kalori sehari.
Sementara wanita dewasa membutuhkan sekitar 2.000 kalori saja per hari. Namun, ingat
bahwa sebenarnya kebutuhan kalori per hari tiap orang bisa berbeda-beda tergantung kondisi.
Seperti misalnya ibu hamil yang pastinya membutuhkan kalori lebih banyak daripada wanita
pada umumnya. Jadi, kamu disarankan untuk menghitung kebutuhan kalori per hari sendiri.
Cara menghitung kebutuhan kalori bisa didapatkan dengan memperhitungkan BMR dan
tingkat aktivitas harian seseorang. Rumus Harris-Benedict merupakan salah satu rumus yang
sering digunakan oleh ahli gizi. Rumus ini memperhitungkan usia, jenis kelamin, berat badan,
tinggi badan, dan tingkat aktivitas Anda. Pertama-tama, Anda perlu menghitung basal
metabolisme rate (BMR) terlebih dahulu. BMR atau laju metabolisme basal adalah perkiraan
jumlah energi yang digunakan untuk menjalankan fungsi dasar tubuh dalam kondisi istirahat.
➢ Rumus WHO
Cara menghitung kebutuhan kalori (energi) dengan rumus WHO lebih sederhana
dibandingkan rumus Harris-Benedict. Rumus untuk menghitung kalori ini tidak
memperhitungkan tinggi badan, melainkan dibagi berdasarkan kategori usia.
Pertanyaan
1. Mengapa pada usia remaja sangat berisiko mengalami masalah gizi?
2. Apa dampak negatif jika kekurangan nutrisi pada usia remaja?
3. Mengapa remaja perlu memperhatikan pemenuhan zat gizi?
DAFTAR PUSTAKA

https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-remaja

Efendi, T. T. (2017). Rancang Bangun Sistem Pengolahan Citra Digital untuk Menentukan
Berat Badan Ideal. JISKA (Jurnal Informatika Sunan Kalijaga), 2(2), 63-70.

Redaksi Halodoc. (2021, September 27). Memiliki berat badan ideal menunjukkan tubuh
dalam keadaan sehat. Lalu, bagaimanakah cara menghitung berat bad. Halodoc; halodoc.
https://www.halodoc.com/artikel/cara-hitung-berat-badan-ideal
http://perpustakaan.poltekkesmalang.ac.id/assets/file/kti/1203410032/
BAB_II_Tinjauan_Pust aka2.pdf

Anda mungkin juga menyukai