Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN

KEBUTUHAN GIZI PADA REMAJA

Oleh :

DORAS N I SITUMEANG

NPM :20211010170002

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2021
Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-
zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan
yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang
mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat
menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-
kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging,
susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan
ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya
fungsi organ-organ tubuh.

Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja


Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja, agar
mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang sehat juga membantu
para remaja untuk berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada beberapa
tahun belakangan ini, telah terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil
survey menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 - 10 tahun
kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami obesitas.
Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia dibawah 18 tahun hidup dalam
kemiskinan, dan sebagai akibatnya, seringkali mereka tidak mendapat nutrisi yang cukup.
Banyak remaja yang mengkonsumsi kalori lebih dari yang mereka butuhkan, namun tidak
mendapat jumlah nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan. Salah satu
keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium, potassium, serat,
magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka.
Pola makan yang tidak sehat akan mengarah pada status nutrisi yang buruk dan bisa
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Penyebab ini dirangking sebagai
penyebab ketiga terbesar dari berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis
remaja.
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi pada remaja bukan cuma
bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga kesehatannya dimasa-masa yang akan
datang. Sebagai contoh, kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar resiko
osteoporosis saat mereka dewasa. Yang terakhir, nutrisi pada remaja itu penting karena
sebagian remaja punya masalah kesehatan yang membutuhkan diet khusus.
Diabetes type 1, atau juvenile diabetes, di diagnosa pada sebanyak 13.000 anak dalam
satu tahun, seringkali selama mereka masih berusia remaja. Hal ini membutuhkan
pengontrolan faktor-faktor diet dan gaya hidup yang bisa jadi cukup sulit untuk remaja yang
sibuk. Yang mengejutkan, peningkatan dalam obesitas berarti bahwa diabetes type 2, yang
dimasa lalu hanya di alami oleh orang dewasa, saat ini frekuensinya juga semakin meningkat
pada remaja.
Jadi tujuannya adalah untuk memperbaiki keadaan gizi remaja serta mengembangkan
ilmu gizi dan memupuk kesadaran gizi bagi remaja. Sehingga akan menyadari bahwa
makanan yang cukup diperlukan oleh tubuh, cukup dalam memilih makanan yang memenuhi
kebutuhan tubuh, sehingga dalam kebiasaan makan sehat.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi


Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati makanan. Pola makan
seimbang memenuhi kebutuhan tersebut. Susu dikonsumsi sebagai penyempurna. Pada
dasarnya masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidak
seimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi atau
status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama.
Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal, maupun gizi lebih.
Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi,
dan bila kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih
ringan atau menurunnya kemampuan fungsional. Misalnya, kekurangan vitamin B1 dapat
menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi
kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keadaan nutrisi usia sekolah dan remaja:
1. Psikologis.
2. Lingkungan sekolah.
3. Konsumsi makanan tidak cukup.
4. Pilihan terhadap makanan.
5. Tidak ada nafsu makan.

Keadaan Gizi Remaja Saat Ini


Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja.
Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan
alcohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para
remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari
masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekuranga berat
badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim, lupa makan, dan hamil”.
Yang sedikit berbeda adalah cara mengenai masalah tersebut.
Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan, membuktikan 16%
mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian lain
terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita
tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag sedang berkembang,
ekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja wanita menderita anemia; sementara di Negara
maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak
44% wanita di Negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia)
mengalami anemia kekurangan besi, sementara wanita hamil lebih besar lagi, yaitu 55%.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan
olahan, seperti yang ditayangkan di iklan televise, secara berlebihan. Makanan ini, meski dala
iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak, di
samping zat adiptif. Konsumsi makanan sejenis ini secara berlebihan dapat berakibat
kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini
menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.
Ada 3 alasan mengapa remaja diaktegorikan rentan:
1.      Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energy dan zat gizi yang
lebih banyak.
2.      Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energy dan zat
gizi.
3.      Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat, meningkatkan
kebutuhan energy dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara
berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.
Hampir 50% remaja terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain
membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini jika sarapan memang penting.
Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua
kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya kalori,
tetapi sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu
makan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik hanya
sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit
(bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat,
vitamin A dan C; sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol, daN natrium tinggi. Proporsi
lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori yang terkandung dalam makanan
itu.

Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia Remaja


Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada Recommended
Daily Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan perkembangan
kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi remaja kurang dari jumlah yang
dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus dinilai
secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi,
antropometris, diet, serta psikososial.
Banyaknya energy yang dibutuhkan remaja dapat diacu pada table RDA. Secara garis
besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energy ketimbang remaja putri. Pada usia 16
tahun remaja putera membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900
pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12 tahun (2.550 kkal),
kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada
stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis. Wait dkk. Menganjurkan
penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai penentu kebutuhan akan energy yang lebih
baik. Perkiraan energy untuk remaja putera berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm,
sementara remaja putri dengan usia yang sama yaitu 10-19 kkal/cm.
Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan
usia kronologis. Untuk remaja putera, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm
tinggi badan. Sementara remaja putri hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis
mineral juga meningkat. Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok
karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan
kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg remaja.
Akibat Kekurangan Gizi Pada Usia Remaja
Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja
perempuan. “Kurus itu indah”, kata mereka dan sering merupakan moto bagi remaja
perempuan. Body image kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab anorexia
nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga
menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan), khususnya
remaja perempuan. Masa remaja merupakan masa yang sangat “rentan”.
Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada remaja serta hormon
testosteron pada remaja pria terjadi dengan pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan
perawatan tubuh yang baik, terutama kebersihan badan dan asupan nutrisi yang baik,
peningkatan kadar hormon tersebut bisa mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali
mengganggu penampilan. Hal ini terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan
E yang banyak terdapat pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.

Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja


Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah
gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:
a.      Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah,
khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt)
setelah pertumbuhan pada masa balita.

b.      Program Suplementasi Gizi


Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa
terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan ke konsumsi
makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya. Contoh: melalui
pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan vitamin A.

c.       Program Fortifikasi Bahan Makanan


Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan
tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya,
zat gizi yang ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara
bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada
bahan makanan tersebut. Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat dan iodium pada garam ataupun fortifikasi besi
pada tepung.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2003). Gizi dalam Daur Kehidupan: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
The Journal of Indonesian Community Nutrition (Vol 9 No. 1 2020) Asupan Zat Gizi
dan Status Gizi Remaja
 

Anda mungkin juga menyukai