Anda di halaman 1dari 9

Dampak Penyakit melalui Makanan terhadap Status Gizi , Produktivitas,

dan Status Ekonomi

Pertumbuhan anak-anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia ternyata selalu


tertinggal dibandingkan anak-anak di negara maju. Penyebabnya adalah pola makan yang
semakin tidak memenuhi syarat gizi dan kesehatan. Menurut data dari Dinas Kesehatan yang
jelaskan dalam Tempo (2014) pada september 2014 jumlah anak Indonesia yang kekurangan gizi
(malnutrisi) meningkat dari 15 persen menjadi 17 persen.

Meningkatnya angka malnutrisi bukan disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua


mendapatkan makanan bergizi tetapi juga banyak orang tua yang kurang peduli terhadap tumbuh
kembang anak. Masalah ini banyak terjadi pada warga kota besar yang sebenarnya tidak awam
soal gizi, biasanya karena ingin mudah memberi makan anak, tidak mau repot dan ibu yang
bekerja

Gizi kurang biasanya ditandai berat badan kurang, lesu atau anemia. Kekurangan gizi
pada anak disebabkan oleh karena anak tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh dalam jumlah yang cukup, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara konsumsi zat gizi
dengan kebutuhan.

Keadaan gizi buruk pada masa bayi dan anak-anak akan mengakibatkan terjadinya lost
generation. Terjadinya masalah gizi buruk sangat kompleks karena berkaitan dengan banyak
faktor penyebab diantaranya yaitu, pengetahuan gizi yang kurang, status sosial ekonomi keluarga
termasuk kemiskinan, masalah budaya dalam masyarakat dan kepercayaan yang ada di
masyarakat tersebut, cara pengolahan makanan yang dilakukan. Semua itu akan mempengaruhi
status gizi anak.

A. Dampak Penyakit Akibat Gizi Buruk yang Mungkin Terjadi

Gejala dari gizi buruk umumnya dapat dikenali dengan fisik yang semakin lemah, timbul
gangguan perkembangan fisik dan mental, serta yang paling umum adalah berkurangnya daya
tahan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit.
Beberapa gejala-gejala lain gizi buruk, yaitu:

 Lesu
 Kurang nafsu makan
 Napas lebih lambat
 Kulit kering
 Rambut rontok
 Suhu tubuh rendah
 Mati rasa pada tangan dan kaki.
 Diare.

Selain penting memahami gejala-gejala gizi buruk, perlu juga diketahui dua jenis gizi buruk yang
paling umum beserta tanda-tandanya, yaitu:

 Kwashiorkor
Bentuk malnutrisi yang disebabkan kekurangan protein dalam makanan. Kondisi ini
sering kali dialami oleh anak-anak. Beberapa gejalanya antara lain edema, atau bengkak
karena retensi cairan, perut tampak menonjol, dan ketidakmampuan untuk tumbuh atau
menambah berat badan.

 Marasmus
Bentuk malnutrisi yang sudah parah karena tidak hanya kekurangan protein, tetapi juga
kalori, karbohidrat, maupun nutrisi lainnya. Gejalanya dapat Anda kenali seperti
penurunan berat badan, dehidrasi, perut menyusut, dan diare kronis.

Ada dua makna gizi dalam kaitannya dengan pembangunan manusia.

1. Gizi sebagai bagian dari kebutuhan dasar yang menjadi dasar konsepsi penentuan
garis ke-miskinan dan upah minimum, dan
2. Gizi dalam arti status gizi dapat mempengaruhi kualitas manusia, produktivitas kerja
dan akhirnya pendapatan.
Kurang gizi pada masa fase cepat tumbuh otak (dibawah usia 18 bulan) akan bersifat
irreversible (tidak dapat pulih). Artinya kecerdasan anak tersebut tidak dapat lagi berkembang
secara optimal. Ini jelas akan semakin menurunkan kualitas bangsa Indonesia. Kurang energi
protein pada masa anak akan menurunkan IQ, menyebabkan kemampuan geometrik rendah, anak
tidak bisa berkonsentrasi secara maksimal. Salah satu indikator kualitas manusia adalah keadaan
gizi yang baik dimana kebutuhan dasarnya dapat tercukupi baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah pengetahuan pangan dan
gizi selain faktor ketersediaan pangan, produksi pangan, sehingga diperlukan pendidkan gizi
secara formal dan non formal .

Status sosial ekonomi keluarga misalnya penghasilan yang rendah dari kepala keluarga
dan pengetahuan tentang gizi yang rendah ditambah dengan budaya dalam keluarga antara lain
kebiasaan makan dan adat istiadat akan mem-pengaruhi dalam proses pemilihan dan pengolahan
makanan oleh ibu, karena pengolahan makanan yang baik akan mempengaruhi status gizi
seorang anak.

Cara Mengatasi dan Mencegah Gizi Buruk

Secara garis besar, setiap negara bertanggung jawab dalam memenuhi kecukupan gizi
penduduknya, terutama balita dan anak-anak. Di Indonesia, upaya perbaikan gizi untuk
perseorangan maupun masyarakat dilakukan melalui beberapa program, antara lain:

 Perbaikan pola konsumsi makanan


 Perbaikan perilaku sadar gizi
 Peningkatan akses dan mutu pelayanan.

Cara untuk mencegah gizi buruk adalah mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Mulai
dari konsumsi buah dan sayuran, juga roti, nasi, atau kentang sebagai sumber karbohidrat.
Kemudian, konsumsi sumber protein secara teratur, seperti susu dan produk olahan susu, daging,
ikan, telur dan kacang-kacangan.

Dalam masalah gizi buruk , obesitas juga merupakan salah satu akibat mengkonsumsi
makanan mengandung gizi yang buruk.
B. Pengertian obesitas

Kegemukan alias obesitas adalah penumpukkan lemak yang tidak normal atau berlebihan
di dalam tubuh. Kondisi ini jika dibiarkan terus menerus dapat berpengaruh pada kesehatan
pengidapnya. Faktanya, penyakit ini tidak hanya berdampak pada penampilan fisik pengidapnya,
tetapi juga meningkatkan risiko penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah
tinggi. Selain itu, pengidapnya dapat mengalami gangguan psikologis seperti stres dan depresi.

Penyebab Obesitas

Obesitas disebabkan oleh banyak sekali faktor. Namun, yang pasti seseorang mengalami
obesitas saat ia konsumsi makanan dengan kadar kalori yang berlebihan dalam tubuh.
Penumpukkan kadar kalori ini pun akhirnya disimpan oleh tubuh sebagai lemak, apalagi jika
seseorang cenderung tidak aktif bergerak, jarang olahraga, risiko obesitas semakin tinggi.

Kaitan Antara Tingkat Ekonomi dengan Obesitas

Selain itu, tingkat kesejahteraan akan diyakini dapat membuat seseorang mengalami
obesitas. Saat pendapatan seseorang semakin besar, maka ia cenderung untuk dapat menuruti
kemauannya seperti membeli makanan yang mengandung banyak kalori, manis, atau berlemak.
Apalagi jika sedang stres akibat pekerjaan, seseorang cenderung untuk lebih banyak
mengonsumsi makanan dan jika tidak dikontrol hal ini akan menyebabkan seseorang mengalami
obesitas.

Selain itu, orang yang hidup dalam kelompok sosial ekonomi rendah menghadapi resiko
obesitas yang lebih besar karena kendali yang lebih kecil atas lingkungan, makanan sehat,
maupun latihan olahraga. Makanan sehat di pasaran kini memiliki harga yang mahal sehingga
banyak orang yang beralih ke makanan tidak sehat yang memiliki harga lebih  murah.
C. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap Produktivitas Kerja

Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan
produktivitas kerja. Sejalan dengan itu perlu perhatian terhadap masalah-masalah yang
berhubungan dengan kesehatan kerja serta faktor-faktor yang erat hubungannya seperti keadaan
gizi golongan pekerja serta cara-cara untuk memperbaiki status golongan ini semakin penting
untuk diteliti. Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan
baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat
tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi (Marsetyo
dan Kartasapoetra, 1991).

Energi dalam tubuh manusia dapat dihasilkan dari pembakaran karbohidrat, protein, dan
lemak, dengan demikian agar manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat
makanan yang cukup pula ke dalam tubuhnya. Manusia yang kurang makan akan lemah, baik
daya kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik, maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat
makanan yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi.

Contoh kasus

Anak-anak dipacu oleh orang tuanya agar rajin bekerja, rajin belajar agar kelak menjadi
orang yang berguna. Akan tetapi, kurang diperhatikan makannya yang bergizi, maka harapan
orang tua tersebut besar kemungkinannya tidak akan tercapai, bahkan anak tersebut selain
pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya akan terganggu, juga akan menjadi anak yang lemah,
tidak periang dan tidak bergairah.

Maka dari itu kekurangan dan kelebihan zat gizi yang diterima tubuh seseorang akan
sama mempunyai dampak yang negatif, perbaikan konsumsi pangan dan peningkatan status gizi
sesuai atau seimbang dengan yang diperlukan tubuh jelas merupakan unsur penting yang
berdampak positif bagi peningkatan kualitas hidup manusia, sehat, kreatif dan produktif.
1. Pengaruh Langsung Positif Pengetahuan Gizi terhadap Status
Gizi Anak

Hasil analisis pertama menghasilkan temuan bahwa pengetahuan gizi berpengaruh secara
langsung positif terhadap status gizi anak usia dini. Berdasarkan hasil temuan tersebut dapat
disimpulkan bahwa status gizi anak usia dini dipengaruhi secara langsung positif oleh
pengetahuan gizi. Meningkatnya pengetahuan gizi akan mengakibatkan peningkatan status gizi
anak usia dini. Hasil penelitian ini senada dengan pendapat beberapa ahli di antaranya adalah
status gizi anak usia dini dipengaruhi oleh pengetahuan gizi seorang ibu, hal itu dijelaskan oleh
(Yabunci, Kaisac: 2003). Ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan memberikan
makanan yang sesuai dengan syarat menu gizi yang seimbang. Ibu yang mempunyai
pengetahuan gizi yang tinggi akan berusaha memberikan makanan yang tepat untuk keluarganya
khususnya untuk anaknya mulai dari pranatal, kehamilan sampai usia tumbung kembang anak.

2. Pengaruh Langsung Positif Status Sosial Ekonomi terhadap


Status Gizi Anak

Hasil analisis menghasilkan temuan bahwa status sosial ekonomi berpengaruh secara
langsung positif terhadap status gizi anak usia dini. Berdasarkan hasil temuan tersebut dapat
disimpulkan bahwa status gizi anak usia dini dipengaruhi secara langsung positif oleh status
sosial ekonomi. Meningkatnya status sosial ekonomi akan mengakibatkan peningkatan status
gizi anak usia dini. Hasil penelitian ini senada dengan pendapat beberapa ahli di antaranya
adalah terdapat pengaruh langsung status sosial ekonomi terhadap status gizi anak usia dini.
Status sosial ekonomi keluarga termasuk pendapatan, pendidikan serta pekerjaan keluarga akan
berdampak langsung pada status gizi anak. Diduga anak yang status gizinya buruk lebih banyak
berasal dari anak yang berasal dari keluarga miskin dan orang tua yang pendidikannya rendah.
Faktor sosial ekonomi yang berkaitan dengan gizi kurang dijelaskan juga oleh Wardlaw (2009)
3. Pengaruh Langsung Positif Status Sosial Ekonomi terhadap Pola
Makan

Hasil analisis menghasilkan temuan bahwa status sosial ekonomi berpengaruh secara
langsung positif terhadap pola makan. Berdasarkan hasil temuan tersebut dapat disimpulkan
bahwa pola makan dipengaruhi secara langsung positif oleh status sosial ekonomi. Meningkatnya
status sosial ekonomi akan mengakibatkan peningkatan pola makan. Hasil penelitian ini senada
dengan pendapat beberapa ahli di antaranya adalah banyak masalah gizi terjadi didalam
kelompok masyarakat di daerah pedesaan atau masyarakat dengan status ekonomi rendah yang
mengkonsumsi makanan dengan kurang baik, baik jumlah maupun mutunya. Namun demikian
tidak dapat dipungkiri bahwa faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi secara nyata gambaran
menyeluruh mengenai masalah gizi di daerah miskin, hal ini jelaskan oleh Winarno (2001).
KESIMPULAN

1. Pengetahuan gizi keluarga berpengaruh langsung positif terhadap status gizi anak usia
dini, artinya perbaikan kualitas pengetahuan gizi yang dimiliki mengakibatkan peningkatan
status gizi anak.

2. Status sosial ekonomi keluarga berpengaruh langsung positif terhadap status gizi anak
usia dini, artinya peningkatan status sosial ekonomi mengakibatkan peningkatan status gizi anak.

3. Pola makan keluarga berpengaruh langsung positif terhadap status gizi anak usia dini,
artinya perbaikan kualitas pola makan keluarga akan mengakibatkan peningkatan status gizi
anak.

4. Pengetahuan gizi yang dimiliki keluarga berpengaruh langsung positif terhadap pola
makan, artinya perbaikan kualitas pengetahuan gizi keluarga akan mengakibatkan peningkatan
kualitas pola makan.

5. Status sosial ekonomi keluarga berpengaruh langsung positif terhadap pola makanan
keluarga, artinya perubahan Status sosial ekonomi keluarga akan mengakibatkan peningkatan
kualitas pola makan keluarga.

6. Gaya hidup keluarga berpengaruh langsung positif terhadap pola makan keluarga,
artinya perubahan gaya hidup keluarga akan mengakibatkan perubahan terhadap pola makan
keluarga.

7. Pengetahuan gizi keluarga berpengaruh langsung positif terhadap gaya hidup keluarga
artinya peningkatan pengetahuan gizi keluarga akan mengakibatkan perubahan gaya hidup
keluarga.
Sumber-sumber

https://media.neliti.com/media/publications/118502-ID-pengaruh-pengetahuan-gizi-status-
sosial.pdf

https://www.alodokter.com/dampak-gizi-buruk-terhadap-kesehatan-dan-daya-tahan-tubuh

https://www.halodoc.com/ekonomi-bisa-pengaruhi-obesitas

http://www.ojs.unud.ac.id/pengaruh-perbaikan-gizi-kesehatan-terhadap-prodiktivitas-kerja

file:///C:/Users/suci%20astuti/Downloads/2973-1-4123-1-10-20121115.pdf

Almaitser, Sunita, Susirah Soetarjo dan Moesijanti Soekatri. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002

Gibney J. Michael, Vorste H. Hester, dan Kok J. Frans. Introduction to Human Nutrition. USA:
Blackwell Science, 2002

Anda mungkin juga menyukai