Anda di halaman 1dari 4

Bab I

PENDAHULUAN
a. Latar belakang
kondisi ekonomi keluarga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, termasuk
status gizi balita. Keluarga dengan ekonomi yang mapan akan lebih mampu memenuhi
kebutuhan pangan anak. Gizi merupakan masalah yang umum dibeberapa negara yang
sedang berkembang termasuk indonesia terutama masalah kekurangan gizi. Status gizi
memiliki pengaruh yang besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
dimasa yang akan datang. Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang
rawan terhadap masalah gizi. Balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan
memadai. Kekurangan gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan
dan gangguan perkembangan mental.
Keadaan gizi pada balita dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor
ekonomi yang meliputi pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan jumlah anggota
keluarga. Faktor ekonomi merupakan faktor penyebab sering terjadinya masalah gizi.
Pendidikan orang tua merupakan faktor yang penting karena dengan pendidikan yang baik,
maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar dengan baik. Pendapatan
keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita, ditemukan
bahwa dalam rumah tangga atau keluarga yang mampu dapat dikatakan tidak ada balita
yang mempunyai gizi kurang, sebaliknya banyak balita dari keluarga kurang mampu yang
terkena gizi kurang. Hal ini berpengaruh juga pada jumlah anggota didalam keluarga,
banyaknya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Faktor lain yang
mempengaruhi gizi balita yaitu faktor pengetahuan ibu, pengetahuan mempunyai peranan
yang sangat besar dalam mendukung seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka akan semakin mudah bagi orang itu untuk menerima dan memahami
informasi. Misalnya pengetahuan ibu tentang memasak, kesulitan yang sering dihadapi para
ibu dalam memberikan makanan pada anak-anaknya, pengetahuan ibu tentang pemilihan
bahan makanan yang bernilai gizi baik.
b. Rumusan masalah
Bagaimana pengaruh status ekonomi keluarga terhadap gizi balita?
c. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui pengaruh status ekonomi keluarga terhadap gizi balita


Bab II
PEMBAHASAN
Penanganan masalah gizi sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam menciptakan SDM
yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan SDM yang berkualitas dimulai dengan cara
penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan
yang baik.Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun penyakit
masyarakat lainnya dapat dihindari. Di tingkat masyarakat seperti faktor lingkungan yang higenis,
asupan makanan, pola asuh terhadap anak, dan pelayanan kesehatan seperti imunisasi sangat
menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi buruk.

Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Namun, berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi buruk akibat tidak baiknya
mutu makanan maupun jumlah makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing
orang masih sering ditemukan diberbagai tempat di Indonesia. Rendahnya status gizi jelas
berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena status gizi memengaruhi kecerdasan,
daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu dan produktivitas kerja.Masalah
gizi di Indonesia yang terbanyak adalah gizi kurang. Anak balita (0-5 tahun) merupakan kelompok
umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi atau termasuk salah satu kelompok
masyarakat yang rentan gizi.Di negara berkembang anak-anak umur 0–5 tahun merupakan golongan
yang paling rawan terhadap gizi. Anak-anak biasanya menderita bermacam-macam infeksi serta
berada dalam status gizi rendah.

Anak usia 12-23 bulan merupakan anak yang masuk dalam kategori usia 6–24 bulan dimana
kelompok umur tersebut merupakan saat periode pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh
(growth failure) mulai terlihat. Underweight dapat diartikan sebagai berat badan rendah akibat gizi
kurang. Underweight adalah kegagalan bayi untuk mencapai berat badan ideal, yang kemudian juga
bisa mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, sesuai usianya, dalam jangka waktu tertentu.
Gangguan ini bisa disebabkan karena bayi kekurangan energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan sesuai
usianya. Status gizi anak dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu asupan makanan yang kurang dan
penyakit infeksi. Asupan energi yang kurang dapat menyebabkan ketidakseimbangan negatif
akibatnya berat badan lebih rendah dari normal atau ideal.

Protein yang juga merupakan zat gizi makro mempunyai fungsi sebagai bagian kunci semua
pembentukan jaringan tubuh. Pertumbuhan dan pertahanan hidup terjadi pada manusia bila protein
cukup dikonsumsi.

Masalah gizi sebenarnya bukan masalah yang hanya disebakan oleh kemiskinan saja. Juga karena
aspek sosial-budaya (kepercayaan, pendidikan, dan pekerjaan) yang ada di masyarakat kita, sehingga
menyebabkan tindakan yang tidak menunjang tercapainya gizi yang memadai untuk balita. Keadaan
sosial ekonomi suatu keluarga sangat memengaruhi tercukupi atau tidaknya kebutuhan primer,
sekunder, serta perhatian dan kasih sayang yang akan diperoleh anak. Hal tersebut tentu berkaitan
erat dengan pendapatan keluarga, jumlah saudara dan pendidikan orang tua. Status ekonomi
rendah akan lebih banyak membelanjakan pendapatanya untuk makan. Bila pendapatannya
bertambah biasanya mereka akan menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk menambah
makanan. Dengan demikian, pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan
kualitas makanan.Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat
kesehatan, atau sering disebut status gizi. Apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan optimum,
di mana jaringan jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimum. Dalam kondisi
demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang setingi-tingginya.

Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan
terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrisi ini mencakup kelebihan gizi disebut gizi lebih
(overnutrition), dan kekurangan gizi atau gizi kurang (undernutrition).

Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan
dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan
juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan.Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui
penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif. Status gizi
merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada
kategori dan indikatoryang digunakan.Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu. Oleh sebab itu, dalam rangka membina dan
meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi yang ditunjukan kepada faktor perilaku ini sangat
strategis.

Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat
merupakan aset pembangunan dimasa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi
kesehatannya. Semua anggota keluarga dapat menjadi rawan terkena penyakit infeksi, salah satunya
adalah balita. Infeksi dapat menyebabkan kurang gizi atau sebaliknya.Berdasarkan baku WHO –
NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan
dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang
mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi buruk
untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkor.

Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi yang cukup
serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan
tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi
tersebut.Status gizi masyarakat merupakan salah satu indikator kemajuan program pembangunan
kesehatan. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan dan kesehatan
manusia.Status gizi dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu langsung dan tidak langsung. Faktor langsung
yaitu penyakit infeksi, jenis pangan yang yang dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas.

Faktor tidak langsung antara lain: sosial ekonomi, pendidikan, pengetahuan, pendapatan, pola asuh
yang kurang memadai, sanitasi lingkungan yang kurang baik, rendahnya ketahanan pangan tingkat
rumah tangga dan perilaku terhadap pelayanan kesehatan.

Sebagai masalah pokok yang terdapat di masyarakat adalah rendahnya pengetahuan, pendidikan,
ketrampilan dan pendapatan serta status ekonomi. Status sosial ekonomi merupakan faktor yang
banyak dihubungkan dengan status gizi dan kesehatan. Faktor ini menggambarkan tingkat
kehidupan seseorang. Status sosial ekonomi ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pengetahuan, pekerjaan, pendapatan, sosial budaya.

Faktor sosial ekonomi dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk status gizi dan
pemeliharaan kesehatan. Keterbatasan sosial ekonomi juga berpengaruh langsung terhadap
pendapatan daya beli dan pemenuhan kebutuhan akan makanan, berpengaruh pada praktek
pemberian makanan pada balita, berpengaruh pula pada praktek pemeliharaan kesehatan dan
sanitasi lingkungan yang akhirnya mempengaruhi asupan zat gizi yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan tubuh serta pencegahan terhadap penyakit infeksi yang kesemuanya berakibat pada
gangguan pertumbuhan.Status sosial khususnya di kalangan perempuan akan berpengaruh besar
terhadap derajat kesehatan anak dan keluarga. Kualitas penduduk yang masih rendah yang terlihat
dari tingkat pendidikan, status ekonomi, pendapatan per kapita yang mengakibatkan kemampuan
untuk sehat masih rendah, banyak sikap hidup yang mendorong timbulnya penyakit infeksi,
kekurangan dan kelebihan gizi. Perilaku gizi yang terjadi ditingkat keluarga, erat kaitannya dengan
status sosial ekonomi keluarga

Secara umum, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang gizi balita dengan status
gizi balita. Ibu yang memiliki pengetahuan baik/cukup memiliki balita dengan status gizi baik,
sedangkan Ibu dengan pengetahuan kurang memiliki balita dengan status gizi kurang pula.
Pendapatan suatu keluarga merupakan salah satu unsur yang dapat memperngaruhi status gizi. Hal
ini menyangkut daya beli keluarga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makan. Masa balita sangat
tergantung pada Ibu atau pengasuhnya sehingga pertumbuhan dan perkembangannya sangat
tergantung pada pola asuh gizinya.

Kemiskinan salah satu determinan social-ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat
mukim yang berjejalan, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan.
Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak. Kurang kalori protein
sesungguhnya berpeluang menyerap siapa saja, terutama bayi dan anak yang tengah tumbuh-
kembang. Gizi buruk cenderung menyerang setelah mereka berusia 18 bulan. Penilaian status gizi
masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat mendapatkan
makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi
makanan setiap hari. Kecukupan zat gizi berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak.Kasus
gizi buruk bukanlah jenis penyakit yang datang tiba-tiba begitu saja. Tetapi karena proses yang
menahun terus bertumpuk dan menjadi kronik saat mencapai puncaknya. Masalah defisiensi gizi
khususnya menjadi perhatian karena berbagai penelitian menunjukan adanya efek jangka panjang
terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak manusia.

Anda mungkin juga menyukai