Anda di halaman 1dari 6

Nama : Annisa Aulia Afifah

NPM : 119170017s

Stunting

Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat
pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi
badan. Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan
menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan
pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi
yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk
mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit
infeksi .

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang
stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan
terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan
fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu. Hal ini juga didukung oleh
Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan
gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko kematian.

Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini


berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia
masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting
tinggi .Hasil Riskesdas 2010, secara 2 nasional prevalensi kependekan pada anak
umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek
dan 20 % pendek.
Secara umum gizi buruk disebabkan karena asupan makanan yang tidak
mencukupi dan penyakit infeksi. Terdapat dua kelompok utama zat gizi yaitu zat
gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro merupakan zat gizi yang
menyediakan energi bagi tubuh dan diperlukan dalam pertumbuhan, termasuk di
dalamnya adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan zat gizi mikro
merupakan zat gizi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi tubuh lainnya,
misalnya dalam memproduksi sel darah merah, tubuh memerlukan zat besi.
Termasuk di dalamnya adalah vitamin dan mineral. Stunting tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana
faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Ada tiga
faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makan tidak seimbang (berkaitan
dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak,
mineral, vitamin, dan air) riwayat berat lahir badan rendah (BBLR) dan riwayat
penyakit.

Secara garis besar penyebab stunting dapat dikelompokkan ke dalam tiga


tingkatan yaitu tingkatan masyarakat, rumah tangga (keluarga) dan individu. Pada
tingkat rumah tangga (keluarga), kualitas dan kuantitas 3 makanan yang tidak
memadai, tingkat pendapatan, pola asuh makan anak yang tidak memadai,
pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai menjadi faktor penyebab stunting,
dimana faktor-faktor ini terjadi akibat faktor pada tingkat masyarakat.

Konsekuensi defisiensi zat gizi makro selama masa anak-anak sangat


berbahaya. Kekurangan protein murni pada stadium berat dapat menyebabkan
kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun. Kekurangan protein juga sering
ditemukan secara bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan
kondisi yang dinamakan marasmus. Protein sendiri memiliki banyak fungsi,
diantaranya membentuk jaringan tubuh baru dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan tubuh, memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti
jaringan yang rusak atau mati, menyediakan asam amino yang diperlukan untuk
membentuk enzim pencernaan dan metabolism.

Pangan dan gizi merupakan salah satu faktor yang terkait erat dengan upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat yang terpenuhi kebutuhan
dengan mutu gizi seimbang lebih mampu berpartisipasi dalam pembangunan.
Masalah pangan dan gizi merupakan masalah yang kompleks dan saling berkaitan
satu dengan yang lainnya. Beberapa metode pendekatan yang dilakukan dalam
menentukan penilaian keadaan pangan dan gizi dapat dilakukan dengan cara
menilai konsumsi dan kebiasaan makan serta menilai status gizi pada suatu daerah
atau kelompok tertentu. Tiap daerah mempunyai masalah pangan dan gizi yang
berbeda dengan daerah lainnya. Wilayah tempat penduduk bermukim turut
menentukan pola konsumsi masyarakat tersebut.

Kelurahan kebon baru memiliki upaya penanganan stunting yang cukup


memadai. Mulai dari diadakannya kegiatan posyandu rutin setiap bulan hingga
dilaksanakannya kegiatan visit antar rumah ke rumah yang dilaksanakan oleh
petugas posyandu setempat untuk dapat melakukan evaluasi yang pemantauan
terhadap balita kurang gizi. Hal tersebut berdampak pada angka stunting pada
kelurahan kebon baru yang berada dibawah rata-rata angka stunting di kota
Cirebon dengan perbandingan 60:1000 anak. Hal ini menunjukan bahwa kelurahan
kebon baru mampu menekan angka stunting, sehingga anak-anak balita di kebon
baru memiliki nilai gizi yang cukup baik.

Pemerintah terus berupaya untuk menurunkan angka penduduk yang


mengalami stunting di Indonesia. Hal ini agar bonus demografi yang akan
didapatkan Indonesia bisa lebih optimal. Plt. Direktur Jenderal Informasi dan
Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosarita
Niken Widiastuti mengatakan, pada 2030 diperkirakan Indonesia akan mengalami
bonus demografi, di mana angkatan usia produktif akan mendominasi populasi
penduduk dan menjadi penyangga perekonomian."Bonus demografi yang akan
dimiliki Indonesia yaitu Angkatan usia produktif yaitu 15-64 tahun yang diprediksi
mencapai 68 persen dari total

Bonus demografi tidak akan berarti apa-apa tanpa generasi muda yang
sehat jiwa dan raga. Dengan sehat jiwa dan raga, mereka akan mampu
memaksimalkan potensi mereka dalam berbagai hal, bahwa melimpahnya jumlah
penduduk usia produktif tentu merupakan hal yang harus dimanfaatkan untuk
meningkatkan capaian-capaian positif di berbagai bidang. Hal itu harus dimulai
dengan menciptakan generasi muda yang sehat, baik jiwa maupun raga.
Pemenuhan gizi seimbang dapat dilakukan sebagai awal yang baik untuk tumbuh
kembang anak.

Karena stunting bisa terjadi ketika anak mengalami kekurangan asupan


gizi dalam waktu yang lama dan terus menerus, Akibatnya adalah anak tidak
mengalami pertumbuhan fisik yang maksimal. Tinggi badan anak stunting
biasanya lebih pendek dari rata-rata tinggi anak seusianya,Tidak hanya berdampak
pada fisik, kecerdasan anak stunting biasanya juga tidak lebih baik daripada anak
yang tidak mengalaminya. Selain itu anak yang menderita malnutrisi juga
cenderung lebih mudah sakit dan mengalami masalah kesehatan, seperti kanker,
diabetes, dan jantung. Anak mengalami pertumbuhan yang pesat pada usia 0-6
tahun. Pada fase itu, pertumbuhan otaknya mencapai 95 persen, sedangkan pada
fase usia berikutnya (6-12 tahun) pertumbuhannya dapat dikatakan stabil. Setelah
usianya 6 tahun atau lebih, pertumbuhan otaknya adalah lima persen.
"Stunting bisa berdampak hingga anak dewasa. Hal ini akan membuat
anak tidak bisa maksimal dalam mengembangkan potensinya. Anak stunting juga
akan memiliki potensi kerugian waktu dan tenaga karena memiliki tubuh yang
rentan terkena penyakit. Belum lagi potensi kerugian ekonomi karena harus terus
mendapatkan perawatan kesehatan akibat sakit yang diderita karena stunting.Untuk
itu, gizi seimbang adalah asupan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, dan mineral.Pemenuhan gizi pada anak dilakukan sejak anak masih dalam
kandungan. Setelah anak dilahirkan pemenuhan gizi yang seimbang berguna untuk
mengoptimalkan pertumbuhan otak dan fisik anak.

Pernikahan dini memiliki kontribusi terjadinya stunting. Perempuan yang


masih usia remaja secara psikologis juga memiliki pengetahuan yang cukup untuk
menjalani kehamilan yang sehat serta merawat anak . Praktik pernikahan dini
masih kerap terjadi di Indonesia. Ada sejumlah alasan yang melatari. Paling
banyak karena alasan ekonomi. Namun perlu diketahui menikah di bawah umum
memiliki banyak resiko, selain beresiko pada perceraian, juga bisa mempengaruhi
pertumbuhan bagi anak yang dilahirkan.

Pernikahan dini salah satu penyebab terjadinya stunting (memiliki


perawakan tubuh pendek pada seusianya) Ibu yang menikah dibawah 18 tahun
sangat beresiko terhadap perawan balita, karena seluruh sistem tubuhnya belum
siap untuk memberikan suplai kepada anak yang bakal dilahirkan.

Rendahnya pengetahuan soal memilih sumber pangan yang baik dan cara
pengolahannya, seringkali membuat anak kurang gizi.Selain itu, pemahaman orang
tua terhadap pola makanan yang cocok untuk tumbuh kembang anak.
Terdapat bukti-bukti ilmiah yang kuat tentang intervensi yang cost
effective untuk pencegahan stunting. Intervensi tersebut adalah intervensi spesifik
atau intervensi langsung dan intervensi sensitif atau intervensi tidak langsung.
Intervensi spesifik dilakukan melalui peningkatan asupan gizi melalui perbaikan
konsumsi makanan baik kuantitas dan kualitas. Jumlah dan komposisi asupan zat
gizi harus sesuai dengan kebutuhan untuk tumbuh kembang optimal dan harus
menjaga kebersihan dan keamanan terutama makanan untuk bayi berumur 0-6
bulan ( ASI Eksklusif) dan usia 6-23 bulan (makanan pendamping ASI), dan
makanan bergizi seimbang untuk ibu hamil dan ibu menyusui.

Selanjutnya Intervensi sensitif merupakan intervensi tidak langsung yang


sangat berpengaruh untuk mencegah stunting yaitu upaya peningkatan akses dan
kualitas air bersih dan sanitasi, termasuk fasilitasi kebiasaan hidup bersih dan sehat
seperti cuci tangan pakai sabun dan buang air besar di jamban. Termasuk
intervensi sensitif antara lain pemberdayaan perempuan, meningkatkan ketahanan
pangan keluarga, keluarga berencana dan peningkatan pendapatan keluarga,
jaminan kesehatan dan jaminan soial

Anda mungkin juga menyukai