Anda di halaman 1dari 4

KPKNL Ternate 

> Artikel

Program Penurunan Stunting, Apa Susahnya?


Wagino
Rabu, 24 Agustus 2022   |   30648 kali

     
77 Tahun Indonesia merdeka dari penjajahan baru saja kita peringati pada 17 Agustus 2022 yang lalu, tetapi bangsa
ini masih mempunyai 24,4 persen anak-anak yang mengalami stunting. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
atau World Health Organization (WHO) stunting adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan gizi
buruk, terserang infeksi yang berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai. Seorang anak
didefinisikan sebagai stunting jika tinggi badan menurut usianya lebih dari dua standar deviasi, di bawah ketetapan
Standar Pertumbuhan Anak WHO.
Penyebab Stunting pada Anak
Penyebab stunting menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ada dua, yakni faktor lingkungan dan
genetik. Lingkungan adalah aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga perawakan pendek
atau stunting dapat diatasi. Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek
antara lain status gizi ibu, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka
kejadian infeksi pada anak. Selain disebabkan oleh lingkungan, stunting dapat disebabkan oleh faktor
genetik dan hormonal. Namun sebagian besar stunting disebabkan oleh kekurangan gizi.
Dampak Stunting pada Anak
Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa masa usia anak-anak di bawah lima tahun adalah masa-masa
keemasan (golden age) bagi pertumbuhan anak. Pada masa tersebut anak-anak akan menyerapkan
informasi dari lingkungan sekitarnya dan akan terekam lama dalam memorinya. Hal ini akan menentukan
pola pikir dan perilakunya dimasa yang akan datang. Sehingga pada masa tersebut sangat penting untuk
diberikan asupan nutrisi yang cukup serta stimulus atau rangsangan komunikasi, dan perilaku yang benar
dari lingkungannya terutama orang tua dan keluarganya.
Apabila pemberian gizi dan stimulus komunikasi dan karakter tersebut tidak cukup, maka anak tersebut
bisa mengalami perlambatan pertumbuhan atau stunting, berat badan, tinggi badan, dan kemampuan
motorik dan sensoriknya lebih rendah dari anak-anak lain pada usianya.   
Sebuah artikel pada www.padamu.net mengatakan bahwa dampak stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak
jangka panjang dan juga ada jangka pendek. Jangka pendek kejadian stunting yaitu terganggunya perkembangan otak,
pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada tubuh. Sedangkan untuk jangka panjangnya yaitu
mudah sakit, munculnya penyakit diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke,
disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat produktivitas menjadi rendah.
Artikel tersebut juga mengutip laporan yang dirilis UNICEF pada tahun 2010, menyampaikan beberapa fakta terkait
dengan stunting dan pengaruhnya, yaitu:
1.   Anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat
menjelang usia dua tahun.
2.   Stunting yang parah pada anak, akan terjadi defisit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga
tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah dibandingkan anak dengan tinggi badan normal.
3.   Anak dengan stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan dalam kehidupannya dimasa yang
akan datang.
4.   Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunting
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual.
5.   Pengaruh gizi pada usia dini yang mengalami stunting dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif
yang kurang.
6.   Stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan usia dini berlanjut pada
masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan mempengaruhi secara langsung pada
kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
7.   Akibat lainnya kekurangan gizi/stunting terhadap perkembangan sangat merugikan performa anak. Jika kondisi
buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-2 tahun) maka tidak dapat berkembang dan kondisi
ini sulit untuk dapat pulih kembali.
8.   Penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian dan menghambat prestasi belajar serta
produktivitas menurun sebesar 20-30 persen, yang akan mengakibatkan terjadinya loss generation, artinya anak
tersebut hidup tetapi tidak bisa berbuat banyak baik dalam bidang pendidikan, ekonomi dan lainnya.
 
Pencegahan Stunting
Tindakan pencegahan stunting tentu lebih bijak dilaksanakan oleh semua orang di lingkungannya,
terutama yang terdapat anak balita dan pasangan usia muda terhadap kemungkinan terjadinya stunting,
daripada harus melakukan upaya penanganan setelah stunting itu terjadi. Biaya
pencegahan stunting tentu lebih murah dan dampaknya tentu akan lebih terkendali, daripada apabila
sudah terjadi stunting. Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting:
1.    Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi
sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar
ibu yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun suplemen atas
anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin
memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.   
2.    Beri Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, menyatakan ASI ternyata
berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena
itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati.
Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem
kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3.    Dampingi ASI Eksklusif dengan Makanan Pendaping Air Susu Ibu (MPASI) sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan makanan pendamping
atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro
yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan
fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan
menentukan produk tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
4.    Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama dari tinggi dan berat badan
anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih
mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5.    Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit, terutama kalau lingkungan
sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi
yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan
gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang
masuk ke dalam tubuh manusia.

Apabila dilihat dari penyebab dan ciri-ciri terjadinya stunting, maka hal tersebut adalah berkaitan dengan masalah
mendasar yang bisa terjadi pada masyarakat atau negara berkembang. Berkaitan dengan kecukupan gizi atau nutrisi
pada masyarakat, terutama pada ibu hamil dan balita, serta ada kaitannya dengan pola hidup sehat, seperti tersedianya
sanitasi yang layak (sarana mandi, cuci, kakus atau toilet) dan ketersediaan air bersih. 
Setelah 77 tahun merdeka, sepertinya agak ironis apabila Indonesia masih berkutat dengan permasalahan yang sangat
mendasar tersebut. Namun faktanya berkata demikian, besarnya wilayah dan jumlah penduduk Indonesia dengan
beragam kondisi geografisnya, membuat permasalahan yang mendasar tersebut tidak mudah untuk diselesaikan.
Bahkan sesuai dengan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan dan BPS, data anak-anak
yang mengalami stunting terdapat pada seluruh wilayah di 34 provinsi di Indonesia. Kasus stunting tidak hanya
berada pada wilayah yang terluar, terdepan dan tertinggal, tetapi juga terdapat pada wilayah perkotaan yang tingkat
pendidikan dan pendapatannya relatif tinggi.  
Dengan demikian maka tentu ada permasalahan lainnya yang menyebabkan masih tinggi kasus stunting di Indonesia.
Pendidikan atau pengetahuan mengenai cara hidup sehat, sanitasi yang baik, ataupun mengenai makanan bergizi
sudah diajarkan pada pendidikan tingkat dasar yaitu sejak Sekolah Dasar. Namun sudah menjadi hal yang jamak pada
masyarakat bahwa terdapat jarak antara pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seseorang dengan penerapan dari
pengetahuan oleh orang tersebut, belum tentu sejalan.
Kegiatan Posyandu di desa atau kelurahan yang dilakukan oleh ibu-ibu kader PKK menurut penulis sebenarnya telah
memenuhi sebagian besar usaha yang diperlukan untuk melakukan pencegahan stunting. Dibawah bimbingan petugas
kesehatan dari Puskesmas ibu-ibu kader PKK telah melakukan pendataan dan perkembangan balita, mencatat berat
badan balita memberikan makanan tambahan dan sebagainya. Sehingga apabila kegiatan Posyandu ini rutin berjalan
di setiap desa atau kelurahan, pencegahan stunting mungkin akan berjalan lebih cepat.  Tetapi apakah kegiatan
Posyandu ini telah berjalan dengan efektif atau tidak hal ini perlu dikaji lagi. Sebagaian masyarakat mungkin justru
ada yang menyepelekan kegiatan Posyandu.
Orang yang mengetahui cara hidup sehat atau mengetahui jenis makanan bergizi yang baik bagi tubuh belum tentu
akan melakukan cara hidup sehat atau akan mengkonkumsi makanan yang sehat. Sebagian besar orang mengetahui
bahaya atau keburukan merokok, namun mereka tetap mengkonsumsi rokok. Membangun kesadaran dan perubahan
perilaku yang sehat memang tidak mudah. Maka diperlukan semacam gerakan atau kampanye kepada masyarakat
untuk merubah sikap dan perilaku masyarakat tersebut terkait dengan hidup sehat, pemenuhan kecukupan gizi bagi
ibu hamil dan anak-anak, sistem sanitasi yang baik serta ketersediaan air bersih.
Adapun yang menjadi kendala dalam percepatan pencegahan stunting menurut Strategi Nasional Percepatan
Pencegahan Stunting yang dikeluarkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan adalah:
1.    Belum efektifnya program-program pencegahan stunting.
2.    Belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif di semua tingkatan terkait
dengan perencanaan dan penganggaran, penyelenggaraan, dan pemantauan dan evaluasi.
3.    Belum efektif dan efisiennya pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya dan sumber dana.
4.    Keterbatasan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan program.
5.    Masih minimnya advokasi, kampanye, dan diseminasi terkait stunting, dan berbagai upaya pencegahannya.
Kegiatan atau usaha untuk merubah perilaku masyarakat dari sikap gaya hidup yang tidak sehat menuju gaya hidup
sehat merupakan pekerjaan yang besar. Tidak cukup hanya dengan diberikan ceramah atau sosialisasi, tetapi juga
harus sampai kepada tingkat kesadaran diri untuk menerima dan menjalankan perilaku hidup sehat. Perlu ada contoh
atau keteladanan dari tokoh masyarakat, dan perlu adanya orang terdekat yang bisa mengingatkan apabila tidak
dilaksanakan. Hal ini tentu tidak bisa dilaksanakan dalam waktu singkat. Maka sudah sewajarnya apabila upaya
percepatan pencegahan stunting menjadi program nasional yang digerakan oleh pimpinan nasional dari Presiden,
Pimpinan Daerah hingga pemimpin tingkat Kepala Desa atau kelurahan. Menurut penulis sendiri, mengingat kegiatan
ini menggunakan dana yang tidak sedikit, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap setiap tahapan pelaksanaannya,
agar dapat terlaksana secara akuntabel dan tepat guna. Jangan sampai ada penyelewengan atau korupsi terhadap
anggaran pencegahan stunting.
Daftar Referensi:
1. Penjelasan Stunting Menurut WHO dan Cara Mengatasinya | Popmama.com
2.https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5334137/apa-itu-stunting-ini-arti-penyebab-dan-
pencegahannya-pada-anak.
3. Pengertian Stunting, Penyebab dan Dampaknya (padamu.net)
4. Pencegahan Stunting Pada Anak (kemkes.go.id)
5. Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024, Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). 

Anda mungkin juga menyukai