Memahami penyebab stunting adalah hal yang dapat dilakukan sejak janin di dalam
kandungan. Berikut adalah penyebab stunting yang harus Anda tahu, di antaranya:
World Health Organization atau WHO menyebutkan bahwa sekitar hampir 20% yang terjadi
pada anak terjadi pada saat anak masi dalam kandungan. Hal ini disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang didapatkan selama kehamilan si ibu dan kualitas yang diterima janin cenderung
sedikit. Sehingga, pertumbungan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut hingga
kelahiran datang. Oleh karena itu, ibu hamil harus mengonsumsi makanan dengan gizi yang baik
seperti asam folat, protein, kalsium, zat besi, dan omega-3 cenderung
Selanjutnya, kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi saat anak berada dibawah 2 tahun. Anak yang
gizinya tidak tercukupi entah itu kurangnya ASI ekslusif dari sang ibu atau kurangnya gizi dari
makanan pendamping ASI dapat berpengaruh dengan kondisi pertumbuhan anak. Melansir dari
buku Gizi Anak dan Remaja, kejadian ini umumnya sudah mulai berkembang saat anak berusia 3
bulan. Proses perkembangan tersebut lambat laun mulai melambat ketika anak berusia 3 tahun. Oleh
karena itu, sangat dibutuhkan ASI ekslusif saat usia anak dibawah 2 tahun dan makanan
pendamping ASI yang mengandung zink, zat besi dan protein.
3. Kebersihan Lingkungan
Penyebab ketiga yaitu berkaitan dengan LSPB ramah lingkungan yaitu kebersihan lingkungan.
Kontaminasi dari bakteri yang banyak dari tangan yang mengarah ke mulut kemudian
berdampak pada infeksi usus. kondisi ini memengaruhi status gizi anak dengan cara mengurangi
nafsu makan (2), mengurangi penyerapan nutrisi (3), dan meningkatkan kehilangan nutrisi
(1).Kondisi lingkungan yang buruk seperti air yang kotor,sanitasi yang buruk dan maraknya
BAB sembarangan telah terbukti berkontribusi terhadap pertumbuhan anak. Solusi untuk
mengatasi hal ini sangat dibutuhkan sosialisasi cara mengajarka masyarakat agar selalu menjaga
kebersihan
Stunting dapat diartikan sebagai pertumbuhan yang terhambat yang disebabkan karena kualitas
gizi buruk maupun terjadinya infeksi berulang. Dalam hal ini, manfaat imunisasi adalah untuk
menstimulasi sistem imun dalam membentuk antibodi yang dapat mengurangi anak dari resiko
infeksi. Yang dimana dari peran imunisasi membentuk hubungan yang signifikan terhadap
kejadian stunting. Apabila sejak kecil mereka melewatkan jadwal imunisasi, maka ketika anak
terkena penyakit ia pun mengalami perubahan seperti tidak nafsu makan.Ketika kebutuhan zat
gizi anak tidak terpenuhi dengan baik, kemungkinan besar akan menghambat pertumbuhan dan
kecerdasannya yang mengakibatkan stunting.
Dampak stunting terhadap anak
Pada saat yang sama, generasi yang tumbuh dengan kondisi kurang gizi dan mengalami stunting,
tidak dapat diharapkan untuk berprestasi dalam bidang olah raga dan kemampuan fisik. Dengan
demikian, proporsi kurang gizi dan stunting pada anak adalah ancaman bagi prestasi dan kualitas
bangsa di masa depan dari segala sisi.
Seseorang yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya mengalami kekurangan gizi
dapat mengalami masalah pada perkembangan sistem hormonal insulin dan glukagon pada
pankreas yang mengatur keseimbangan dan metabolisme glukosa. Sehingga, pada saat usia
dewasa jika terjadi kelebihan intake kalori, keseimbangan gula darah lebih cepat terganggu, dan
pembentukan jaringan lemak tubuh (lipogenesis) juga lebih mudah. Dengan demikian,
kondisi stunting juga berperan dalam meningkatkan beban gizi ganda terhadap peningkatan
penyakit kronis di masa depan.
4. Sumber daya manusia berkualitas rendah
Kurang gizi dan stunting saat ini, menyebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia usia
produktif. Masalah ini selanjutnya juga berperan dalam meningkatkan penyakit kronis
degeneratif saat dewasa.
Karena itu, Januari merupakan momen yang tepat bagi semua pihak (para orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah dan parlemen) untuk ikut berperan dalam menyelesaikan permasalahan
gizi anak dan stunting tersebut. Perhatian terhadap Hari Gizi Nasional bukan semata seremonial,
tapi merupakan sebuah bentuk kewaspadaan terhadap kondisi yang terjadi saat ini, dan
kepedulian masa depan bangsa.
Akademisi, peneliti, dan pemerhati kesehatan masyarakat di lapangan dapat melakukan riset,
mengedukasi masyarakat, dan mengadvokasi untuk melahirkan kebijakan sesuai dengan
rekomendasi riset.
Anggota parlemen dan pemerintah punya peran penting untuk mempercepat mengurangi jumlah
penderita gizi buruk dengan kebijakan dan anggaran yang memadai. Pada masa kampanye, para
calon anggota parlemen semestinya melihat ini sebagai sebuah permasalahan yang penting yang
harus diselesaikan. Kepedulian para caleg terhadap masalah stunting di daerah-daerah mereka
menjadi indikator bahwa mereka memahami persoalan daerahnya dan peduli membangun
generasi masa depan.
Kita berharap, perbaikan masalah gizi anak dan masyarakat merupakan bagian dari visi dan
perjuangan mereka.