Gizi, RD
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
SYAHRUL Z (200304501026)
SILVIA DEWI SAPUTRI (200304501029)
FUTRIANI (200304502022)
SRI SINTA RESKY (200304502045)
TIARA PANGALINGAN (200304502048)
D. Rencana Penanganan
Dalam penanganan stunting, pemerintah mengambil kebijakan
penanggulangan masalah gizi berdasarkan pada Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis
Pangan dan Gizi. Kebijakan ini berhubungan dengan ketersediaan pangan,
keterjangkauan pangan, pemanfaatan pangan, perbaikan gizi masyarakat,
serta penguatan kelembagaan dan gizi.
1. Program Kesehatan yang Dicanangkan
Melihat dari penyebab terjadinya stunting, ada beberapa program
yang dapat dijalankan dengan melihat beberapa sasarannya. Sasaran
yang dimaksud disini adalah para ibu rumah tangga, tenaga kesehatan,
kader, maupun balita itu secara langsung. Beberapa program itu
adalah:
a. Aceting (Ayo Cegah Stunting)
Program ini berorientasi pada pemberian edukasi untuk menambah
wawasan, yang sasarannya adalah para ibu dan tenaga kesehatan.
Aceting ini akan memberikan pemahaman terkait bahaya stunting,
gejala-gejala stunting, cara pencegahannya, serta langkah
penanganan yang dapat dilakukan jika sudah terjadi.
b. Sehari dengan makanan seimbang
Program ini berorientasi pada pemberian makanan dengan gizi
yang seimbang yang telah di konsultasikan dengan pakar gizi
anak. Sasaran langsung dari program ini adalah balita yang ada di
sebuah keluarga pada suatu desa. Sedangkan sasaran tidak
langsung dari program ini adalah ibu dari balita itu sendiri. Hal ini
dapat terjadi ketika sang ibu membawa anaknya untuk mengikuti
program ini, secara tidak langsung dapat memberikan pemahaman
kepada ibu terkait apa saja makanan yang seimbang itu, apa
makanan yang bisa dan tidak bisa dikonsumsi di usia anaknya,
serta mengetahui porsi makanan untuk anaknya.
2. Pengorganisasian Pelaksanaan Program
Berdasarkan program yang telah ditetapkan, hal pertama yang
dapat dilakukan sebagai bentuk pengoraganisasian pelaksanaan
program adalah membentuk tim untuk turun langsung menjalankan
program yang ada. Contohnya untuk program aceting yang telah
dicanangkan, kita membutuhkan sekitar 5 orang sebagai penggerak
utama yang didapatkan dari suka relawan yang memang relevan
dengan kasus gizi untuk memberikan edukasi terkait stunting. Dari 5
orang penggerak utama ini dapat ditambah lagi melalui pemberdaayan
masyarakat, remaja, atau mahasiswa yang ada di daerah itu untuk ikut
andil dalam menyukseskan program ini. Program aceting ini dapat
dilaksanakan dua kali sebulan untuk mengetahui perkembangan yang
terjadi pada balita dan keluarga. Pemateri untuk pemberian edukasi ini
tidak hanya dari sukarelawan, kita juga dapat mengundang ahli gizi
dari rumah sakit luar untuk memberikan edukasi serta menambah
semangat para ibu agar mau mengikuti program ini, yang tentunya
melalui kerja sama antar puskemas yang ada dan pemerintah.
Pelaksanaan program yang selanjutnya yaitu sehari dengan
makanan seimbang ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah tim
masak. Karena program ini berorientasi pada pemberian makanan
yang dilakukan pada sebuah tempat berkumpul, maka program ini
dapat dilaksanakan sekali seminggu. Konsep dari program ini adalah
pemberian makanan pada satu hari yang telah ditentukan, yang mana
dari satu hari itu diharapkan ibu dapat menerapkan dan melanjutkan
pemberian makanan seimbang dirumah pada hari-hari selanjutnya.
Pelaksanaan program ini diharapkan dapat dikoordinir langsung oleh
tim dari puskesmas serta bantuan dari pemerintah untuk menghadirkan
masyarakatnya.
3. Monitoring serta Evaluasi Program
Monitoring program berjalan dapat dilaksanakan per 2 minggu
sekali setelah pelaksanaan perdana program, agar dapat menilai
jalannya program berjalan serta langsung dapat memperbaiki jika
terjadi penyimpangan dari perencanaan awal program. Monitoring
dapat dilakukan dengan cara mewawancarai sasaran yaitu ibu dan
balita yang mengikuti program atau dapat dilakukan dengan observasi
lapangan untuk melihat langsung perkembangan yang terjadi pada
masyarakat.
Untuk evaluasi program ini dapat dilakukan setiap sebulan sekali
setelah pelaksanaan perdana program. Karena program ini merupakan
program jangka panjang, maka untuk mengetahui perkembangan yang
terjadi pada masyarakat diperlukan adanya pemeriksaan di awal
sebelum program dijalankan atau dalam kata lain perlu dilakukannya
pra test untuk mengetahui seberapa banyak yang telah dipahami serta
sebagai tolak ukura pengukuran status gizi diakhir nanti. Setelah 5-6
kali pelaksanaan, dapat dilakukan post test untuk mengetahui
keberhasilan dari program yang telah dilakukan. Apakah terdapat
perkembangan atau perubahan yang berarti untuk mengatasi masalah
stunting pada balita dan untuk menentukan keberlanjutan program.
4. Output Program
Melalui program aceting dan sehari dengan makanan seimbang ini
diharapkan dapat menjadi kerangka acuan untuk perbaikan status gizi
masyarakat, terutamanya untuk kebutuhan gizi balita. Beberapa output
yang diharapkan melalui program ini antara lain adalah:
a. Meningkatnya pemahaman ibu dan tenaga kesehatan terkait
makanan bergizi dan seimbang yang diperlukan untuk tumbuh
kembang balitanya.
b. Meningkatnya kesadaran ibu untuk memberikan makanan yang
bergizi.
c. Terpenuhinya kebutuhan gizi untuk membantu tumbuh kembang
balita.
d. Adanya sebuah percontohan yang dapat ditiru oleh ibu dalam
memberikan porsi makanan kepada anak balitanya.
e. Menurunnya angka stunting melalui penerapan kedua program ini.
E. Kesimpulan
Status gizi balita ini dipengaruhi langsung oleh asupan makanan
dan penyakit infeksi. Asupan zat gizi pada makanan yang tidak optimal
dapat menimbulkan masalah gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi pada
balita antara lain kekurangan energi protein (KEP), kekurangan vitamin A
(KVA), anemia gizi besi (AGB), gangguan akibat kekurangan yodium
(GAKY) dan gizi lebih serta masalah gizi lain pada balita adalah stunting.
Stunting didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana keadaan tubuh pendek
atau sangat pendek yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut
umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan ambang
batas (z-score) antara -3 SD dari median standar pertumbuhan anak
menurut WHO untuk kategori usia dan jenis kelamin yang sama.
Cara untuk mendeteksi stunting pada balita diantaranya dengan
pengukuran klinis atau antropometri. Kedua cara pengukuran ini dapat
dilakukan dengan melibatkan jaringan epitel (kulit, rambut, atau mata) dan
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot,
dan jumlah air dalam tubuh.
Adapun langkah pencegahan dan penanganan yang dapat dilakukan
adalah dengan melaksanakan program aceting dan sehari dengan makanan
seimbang. Aceting yang merupakan program yang berorientasi pada
pemberi ediukasi terkait stunting yang dapat dilaksanakan setiap 2 kali
sebulan. Sedangkan program sehari dengan makanan seimbang merupakan
program yang berorientasi pada pemberian makanan seimbang untuk
setiap seminggu sekali yang sasarannya merupakan anak balita. Untuk
monitoring serta evaluasi program dapat dilaksanakan setiap sebulan
sekali dengan menggunakan metode pra test dan post test pada
penilaiannya. Dari program ini diharapkan dapat meningkatnya
pemahaman ibu dan tenaga kesehatan terkait makanan bergizi dan
seimbang yang diperlukan untuk tumbuh kembang balitanya,
meningkatnya kesadaran ibu untuk memberikan makanan yang bergizi,
terpenuhinya kebutuhan gizi untuk membantu tumbuh kembang balita,
adanya sebuah percontohan yang dapat ditiru oleh ibu dalam memberikan
porsi makanan kepada anak balitanya dan menurunnya angka stunting
melalui penerapan kedua program ini.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R., Utami, T.N. and Asriwati, A., 2020. Hubungan Perilaku Keluarga
Sadar Gizi dengan Kejadian Stunting Balita dan Evaluasi Program. Jurnal
Keperawatan Priority, 3(2), pp.42-52. Dilihat pada 16 April 2022,
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/jukep/article/view/948/8.
Ariani, M., 2020. Determinan Penyebab Kejadian Stunting Pada Balita: Tinjauan
Literatur. DINAMIKA KESEHATAN: JURNAL KEBIDANAN DAN
KEPERAWATAN, 11(1), pp.172-186. Dilihat pada 15 April 2022, doi:
http://10.33859/dksm.v11i1.559.
Ernawati, A., 2019. Analisis implementasi program penanggulangan gizi buruk
pada anak balita di Puskesmas Jakenan Kabupaten Pati. Jurnal Litbang:
Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, 15(1), pp.39-50.
Dilihat pada 15 April 2022,
https://ejurnal-litbang.patikab.go.id/index.php/jl/article/view/131/118.
Utami, N.H. and Mubasyiroh, R., 2019. Masalah gizi balita dan hubungannya
dengan indeks pembangunan kesehatan masyarakat. Penelitian Gizi dan
Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research), 42(1), pp.1-10.
Dilihat pada 16 April 2022, doi: http://10.22435/pgm.v42i1.2416.
Yanti, Nova Dwi, Feni Betriana dan Imelda Rahmayunia Kartika, 2020. Faktor
penyebab stunting pada anak: Tinjauan literatur. REAL in Nursing Journal
(RNJ), 3(1), pp. 1-10.
NOTULENSI PRESENTASI
3. (AINUN GHITZA)
Sebutkan contoh gizi buruk tidak langsung.
DIJAWAB OLEH: SRI SINTA RESKY