Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN GIZI TERKINI

ISU-ISU TERKINI TERKAIT


MASALAH GIZI DAN
TUMBUH KEMBANG BALITA

Marni Mendrofa
Lisbet Halawa
(1908011)
Yerniyanti lahagu Candra Hidayat Nazara (2109002
(1908001) (1908013)
Pengertian Masalah Gizi Dan Tumbuh Kembang Balita

Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap proses tumbuh kembang anak. Sebelum lahir,

anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam darah

ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya

bahan makanan dan kemampuan saluran cerna.

Masalah gizi lebih rentan dialami oleh anak-anak. Oleh sebab itu, mereka

membutuhkan asupan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang

dewasa. Anak-anak akan menderita kekurangan gizi jika mereka tidak dapat

mengakses gizi dalam jumlah yang cukup dan seimbang.


Malnutrisi adalah masalah kekurangan gizi dan kelebihan berat badan, yang

akan menyebabkan masalah kesehatan, seperti kesakitan, kematian, dan

kecacatan. Hal tersebut juga akan menurunkan tingkat produktivitas,

menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan ketidaktahuan

dan keterbelakangan mental. (Rahmawati, 2019)

Balita dengan gizi buruk mempunyai dampak jangka pendek dan panjang,

berupa gangguan tumbuh kembang, termasuk gangguan fungsi kognitif,

kesakitan, risiko penyakit degeneratif di kemudian hari, dan kematian.

Balita gizi buruk juga mimiliki 3 kali risiko mengalami stunting. (Kemenkes RI,

2020)
Kekurangan gizi memiliki konsekuensi jangka

pendek dan jangka panjang bagi kesehatan anak-

anak, dan berdampak buruk pada produktivitas

ekonomi suatu negara . Hal ini terkait dengan

kinerja pendidikan yang lebih rendah, defisit

kognitif dan dengan demikian produktivitas

ekonomi yang buruk di masa dewasa; dan

menciptakan tantangan sosial dan ekonomi di

masyarakat yang kurang beruntung .


Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan, dan

berkesinambungan dimulai sejak pembuahan sampai dewasa.

Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan. Masa ini

dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa fetus.

Masa postnatal atau masa setelah lahir. Masa ini dimulai sejak manusia

dilahirkan yang kemudian akan mengalami pertumbuhan dalam jangka

waktu yang lama mulai dari bayi, balita, anak-anak. Remaja, dewasa, hingga

berujung pada lansia.


Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat

dilakukan sedini mungkin sejak anak dilahirkan.

Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang

dilaksanakan secara komprehensif untuk

menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan

mengetahui serta mengenal faktor resiko pada

balita, yang disebut juga anak usia dini.

Penilaian pertumbuhan dan perkembangan

meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian

pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan.


Faktor-Faktor Yang menyebabkan Masalah Gizi Dan Tumbuh Kembang Balita

Faktor-faktor yang terkait dengan masalah kurang gizi

sangatlah kompleks baik langsung maupun tidak

langsung. Faktor-faktor tersebut diantaranya sosial

ekonomi, kemiskinan, praktek pemberian makanan pada

anak serta faktor partisipasi masyarakat dalam upaya

perbaikan gizi melalui Pos pelayanan terpadu (Posyandu),

kemampuan teknis kader yang masih kurang dimana

menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat

dalam upaya perbaikan gizi masih belum optimal.


Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan antara bayi yang mendapat

ASI eksklusif dengan tumbuh kembang bayi. ASI merupakan makanan terbaik

untuk bayi.ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan m endukung

pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal.

Pengetahuan ibu juga berhubungan sebab dengan tumbuh kembang bayi.

Pengetahuan atau kognitif adalah hal yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang, salah satunya kurang memadai pengetahuan ibu

mengenai ASI yang menjadi penyebab atau masalah tumbuh kembang bayi.

Pengetahuan ibu yang kurang akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang

bayi dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik (Roesli, 2008)


Lingkungan pengasuhan yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang

bayi. Bayi dengan lingkungan pengasuhan yang baik akan mengalami tumbuh

kembang yang normal bila dibandingkan dengan bayi yang lingkungan

pengasuhannya kurang akan mengalami gangguan tumbuh kembang bayi.

Konsumsi makanan berhubungan sebab akibat dengan tumbuh kembang

bayi. Pemberian makanan pendamping selain ASI (MPASI) mulai dilakukan

setelah bayi berusia 6 bulan. MPASI dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

pangan bayi yang semakin meningkat sesuai dengan umur.

Efek ganda dari asupan makanan yang tidak memadai dan lingkungan yang

tidak sehat meningkatkan kerentanan anak terhadap episode diare, infeksi

dan demam, yang pada gilirannya menekan nafsu makan, menghambat

penyerapan nutrisi dalam makanan, dan meningkatkan kebutuhan akan

ketersediaan kalori.
Penanggulangan Masalah Gizi Dan Tumbuh Kembang Balita

Disamping itu penanganan masalah pertumbuhan pada

balita tidak cukup dengan hanya melalui upaya perbaikan

kesehatan ibu hamil dan perbaikan gizi balita selama

masa kritis tumbuh-kembang pada 2 tahun pertama

kehidupan setelah lahir tetapi juga memerlukan upaya-

upaya lain seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan

pengetahuan, meningkatkan perilaku hidup bersih dan

sehat dan kesadaran gizi masyarakat, serta perbaikan

lingkungan hidup. (Profil Kesehatan Sukoharjo, 2019)


Pada situasi pandemi Covid-19, pemantauan pertumbuhan balita harus tetap

dilaksanakan melalui berbagai upaya alternatif untuk memastikan balita tetap

dapat dipantau tumbuh kembangnya. Pemantauan pertumbuhan di posyandu

tetap dilaksanakan dengan mematuhi prinsip pencegahan infeksi dan physical

distancing.

Penyakit Covid-19 akan menjadi lebih berisiko ketika anak memiliki penyakit

penyerta, seperti pneumonia. Oleh karena itu, penting untuk mempertahankan

dan memperbaiki status gizi anak karena asupan makanan bergizi sangat

penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh guna mencegah dan melawan

Covid-19 khususnya pada anak usia dini. (Kemenkes RI, 2020)


WHO telah merekomendasikan menu gizi seimbang

ditengah pandemi Covid-19. Artinya, disetiap menu

makanan harus mencakup nutrisi lengkap, baik itu

makronutrien seperti karbohidrat, protein, lemak, serta

mikronutrien dari vitamin dan mineral.

Masyarakat harus membiasakan mengonsumsi aneka

ragam makanan pokok. Batasi konsumsi makanan

yang manis, asin, dan berlemak. Perbanyak aktivitas

fisik yang cukup dan pertahankan berat badan ideal.


Dalam rangka menerapkan upaya gizi seimbang, setiap

keluarga harus mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi

masalah gizi setiap anggota keluarganya. Hal ini sesuai

dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014

tentang Upaya Perbaikan Gizi. Adapun upaya yang dilakukan

untuk mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi

yaitu dengan cara menimbang berat badan secara teratur,

memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6

bulan, menu makanan yang bervariasi, menggunakan garam

beryodium, dan pemberian suplemen gizi sesuai anjuran

petugas kesehatan.
Suplemen gizi yang diberikan menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 51 tahun 2016 tentang Standar Produk

Suplementasi Gizi, meliputi kapsul vitamin A, tablet tambah

darah (TTD), makanan tambahan untuk ibu hamil, anak balita,

dan anak usia sekolah, makanan pendamping ASI, dan bubuk

multivitamin dan mineral. (Profil Kesehatan Indonesia, 2019)

Program peningkatan gizi di tingkat provinsi terdiri dari 3

kegiatan yaitu penyelenggaraan dan pengembangan

surveilans gizi, penanggulangan masalah kurang energi

protein (KEP), dan pendidikan gizi.


Tingkat Puskesmas melaksanakan kegiatan berupa

penyuluhan yang merupakan bagian dari PMT dalam bentuk

demo masak dan konseling gizi tatap muka saat monitoring

pertumbuhan di posyandu-posyandu setiap bulannya.

Pendekatan mencakup sesi konseling untuk ibu dengan tujuan

meningkatkan praktik menyusui dan nutrisi ibu, kampanye

kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran

tentang pentingnya praktik sanitasi dan kebersihan yang

layak.
Intervensi lebih lanjut untuk memperbaiki kekurangan gizi

anak juga harus fokus pada inisiatif bantuan tunai untuk

mengatasi kemiskinan dan meningkatkan akses ke makanan.

Strategi-strategi ini akan menghasilkan peningkatan yang

lebih berkelanjutan dalam nutrisi anak di negara-negara

berkembang, sehingga menetapkan kawasan di jalur untuk

mencapai target nutrisi global WHO pada tahun 2025.


Terima Kasih

Pertemuan 6
Selamat Membaca

Anda mungkin juga menyukai