STUNTING
Disusun Oleh
dr. Wiji Mulyaningsih
Pembimbing
dr. M. Rehulina, M. Kes (Epid)
Pendahuluan
• Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan menentukan
keberhasilan pembangunan suatu bangsa.
• SDM yang berkualitas yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan
yang prima, serta cerdas. Hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, makanan yang
diberikan sehari-hari harus mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang
pertumbuhan yang optimal dan dapat mencegah penyakit defisiensi, mencegah keracunan dan
juga mencegah timbulnya penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan hidup anak (Soekirman,
2006).
• Permasalahan gizi pada balita merupakan masalah ganda, yaitu masih ditemukannya masalah gizi
kurang dan gizi lebih (Sulistyoningsih, 2011). Di Indonesia salah satu masalah gizi kurang yang
menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek (Stunting)
(Kemendesa, 2017).
• Kekurangan gizi pada balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang
apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh
dan berkembang secara optimal. Sehingga diperlukan upaya serius dan strategi perbaikan status
gizi (Santoso dan Lies, 2004)
Pendahuluan
• Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi balita pendek di
Indonesia mencapai 37,2 %.
• Berdasarkan standar WHO, prevalensi balita pendek menjadi masalah
kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih.
• Di Jawa Tengah prevalensi stunting mencapai lebih dari 35 %, angka tersebut
menunjukkan bahwa Di Jawa Tengah stunting menjadi masalah kesehatan
masyarakat (Riskesdas, 2013).
• Selain kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Chagué F, dkk. (2013) mengidentifikasi
beberapa faktor lain yang mungkin mempengaruhi status gizi yaitu perlunya
program pendidikan gizi dan sanitasi
• Dalam gizi seimbang tidak hanya mendidik soal makanan dan keseimbangan
komposisi zat gizi dan kebutuhan tubuh akan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral, dan air), tetapi juga kesimbangan dengan pola hidup bersih
untuk mencegah kontaminasi makanan dan infeksi (Depkes RI, 2012).
DEFINISI
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun (TNP2K,
2017).
Stunting menurut Kementerian Kesehatan adalah anak balita dengan indeks PB/U
atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil
pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3
SD (pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat pendek / severely stunted) (Kemenkes,
2010)
Pendekatan Epidemiologi pada Masalah Gizi
Stunting
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi nasional anak
stunting sebesar 37,2%, dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%)
tidak menunjukkan penurunan/ perbaikan.
Persentase tertinggi pada tahun 2013 adalah di Provinsi Nusa Tenggara Timur
(51,7%), Sulawesi Barat (48,0%) dan Nusa Tenggara Barat (45,3%) sedangkan
persentase terendah adalah Provinsi Kepulauan Riau (26,3%), DI Yogyakarta (27,2%)
dan DKI Jakarta (27,5%).
Prevalensi stunting di Provinsi Jawa Tengah sendiri sebesar >35% (Kemenkes, 2016).
Menurut WHO, prevalensi balita pendek menjadi masalah kesehatan masyarakat jika
prevalensinya 20% atau lebih
Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia termasuk dalam 17
negara, diantara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting,
wasting dan overweight pada balita (Kemenkes, 2016).
Faktor Penyebab Stunting
Faktor Tidak
Faktor Langsung
Langsung
Pelayanan
ASI Ekslusif Pola Asuh
Kesehatan
Riwayat Gizi
ASI : Diberikan sejak lahir sampai umur 2 tahun.
MP-ASI : Diberikan sejak anak usia 6 bulan
Sekarang pada usia 3 tahun 3 bulan pasien masih
minum susu formula dan makan makanan sesuai menu
keluarga. Menu gizi seimbang jarang dapat dipenuhi di
keluarga. Ibu pasien mengatakan anak tidak suka
makan sayur.
Status Gizi (Z-score)
Jenis Kelamin :
Perempuan
Berat Badan : 10 kg
Tinggi badan: 87 cm
Usia :
3 tahun 3 bulan = 39
bulan
Pemeriksaan Fisik
Status Present :
Keadan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 3 tahun 3 bulan
Berat badan : 10 kg
Tinggi badan : 87 cm
Tanda Vital
Nadi : 100 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
RR : 28 x/menit, reguler, thoracoabdominal
Suhu : 36,5o C (aksila)
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephali, oedem Telinga : Simetris, sekret (-/-), nyeri
wajah (-), rambut hitam tidak tekan tragus (-/-),nyeri tarik
mudah dicabut. auricula (-/-), hiperemis (-/-)
Pelatihan cuci
Pengukuran Berat
Tangan
Badan