LOGO RSUD
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Pasca International Conference on Population and Development (ICPD, 1994) telah disepakati
perubahan paradigma kesehatan reproduksi yang semula menempatkan manusia sebagai obyek
menjadi subyek dalam pengendalian kependudukan.
Salah satu ruang lingkup dalam kesehatan reproduksi adalah keluarga berencana. Pelayanan KB
di Rumah Sakit merupakan salah satu mata rantai pelayanan KB yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit.
Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan yang sangat potensial dalam pelayanan KB terutama
dalam penanganan kasus rujukan, pengayoman medis maupun pelayanan metode KB yang tidak dapat
dilakukan oleh fasilitas kesehatan lainnya/dibawahnya.
Sejalan dengan upaya rumah sakit dalam mewujudkan penyediaan pelayanan medik prima, maka
rumah sakit diharapkan lebih peka mengetahui kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan KB. Tentu
saja dalam penyediaan pelayanan tersebut harus sesuai perkembangan iptek dengan tarif terjangkau,
berkualitas dan aman.
Pelayanan KB di RS diselenggarakan secara terpadu dengan berorientasi pada keselamatan dan
keamanan pasien dan didukung oleh seluruh unit pelayanan dan tetap harus berkoordinasi dengan
pelayanan KB di tingkat masyarakat (Puskesmas).
Maka disusun sebuah panduan yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan
pelayanan KB di RSUD Kota Bukittinggi. Semoga dengan adanya panduan ini, kualitas pelayanan
KB di RSUD Kota Bukittinggi dapat dilakukan sesuai Motto RSUD Kota Bukittinggi yakni
Profesional, Bermutu dan Terjangkau..
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi permasalahan utama bidang kesehatan
serta masih jauh dari target global SDGs. Dari hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015
menyebutkan AKI 305/100.000 Kelahiran Hidup (KH), dan target Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2024 untuk AKI sebesar 183/100.000 Kelahiran Hidup. Angka
Kematian Neonatal (AKN) masih tinggi di Indonesia. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2017 menyebutkan AKN adalah 15/1.000 KH dengan target 2024 adalah 10 per 1.000
kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) 24/1.000 KH dengan target 2024 adalah 16/1.000 KH.
Sedangkan target 2030 secara global untuk AKI adalah 70/100.000 KH, AKB mencapai 12/1.000 KH
dan AKN 7/1.000 KH. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan adalah pendekatan Safe
motherhood, dimana terdapat empat pilar dalam menurunkan angka kematian ibu, yaitu keluarga
berencana, pemeriksaan kehamilan sesuai standar, persalinan bersih dan aman, serta PONED dan
PONEK. Pelayanan kontrasepsi atau keluarga berencana merupakan intervensi strategis dalam
menurunkan AKI dan AKB.
Penggunaan kontrasepsi bertujuan untuk memenuhi hak reproduksi setiap orang, membantu
merencanakan kapan dan berapa jumlah anak yang diinginkan, dan mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan. Penggunaan alat kontrasepsi secara tepat juga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan
bayi, oleh karena itu pemenuhan akan akses dan kualitas program Keluarga Berencana (KB) sudah
seharusnya menjadi prioritas dalam pelayanan Kesehatan. Dalam rangka meningkatkan akses dan
kualitas pelayanan KB sesuai rekomendasi International Conference on Population and Development
(ICPD) tahun 1994, upaya penguatan manajemen pelayanan KB menjadi salah satu upaya yang
sangat penting. Hal ini juga selaras dengan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, yaitu pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan KB yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh
masyarakat.
Buku Panduan Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit ini merupakan panduan
untuk menjabarkan kebijakan pelayanan KB di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bukittinggi
sehingga pelaksanaan pelayanan KB di RS dapat dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan.
B. Tujuan
1. Umum :
Meningkatkan akses, kualitas dan keamanan pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit.
2. Khusus :
a. Tersedianya tatalaksana administrasi dan manajemen pelayanan Keluarga
Berencana di Rumah Sakit.
b. Tersedianya sistem pelayanan dan rujukan KB termasuk Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE).
c. Terwujudnya koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan pelayanan KB
d. Tersedianya panduan dalam penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dalam pelayanan KB
e. Tersedianya panduan kebutuhan dan kompetensi tenaga pelayanan KB
f. Tersedianya panduan pola pembiayaan pelayanan KB
D. Sasaran
Sasaran program pelayanan KB di RS adalah :
1. Pasangan usia subur
2. Klien rujukan komplikasi dan efek samping
3. Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
4. Pasangan yang infertil
5. Masyarakat
E. Pengertian/Istilah
1. Keluarga Berencana
Adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat
perkawinan, penjarangan dan penghentian kehamilan dan pengobatan kemandulan yang
dilakukan secara sukarela.
2. Rumah Sakit
Adalah semua sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
gawat darurat, tindakan medik yang dilaksanakan selama 24 jam melalui upaya kesehatan
perorangan.
3. Instalasi
Adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan
kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian rumah sakit.
4. Pelayanan medik
Adalah upaya kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang diberikan kepada pasien oleh tenaga medis sesuai dengan standar pelayanan
medis dengan memanfaatkan sumberdaya dan fasilitas secara optimal.
5. Peralatan medis
Adalah peralatan utama yang harus dimiliki RS untuk dapat melaksanakan pelayanan KB
sesuai dengan metode kontrasepsi yang diberikan.
7. Pelayanan Kontrasepsi
Merupakan upaya kesehatan dengan menggunakan metode tertentu untuk mengatur jarak
kehamilan atau menghentikan kehamilan.
8. Kontrasepsi mantap
Suatu tindakan untuk membatasi kelahiran dalam jangka waktu yang tidak terbatas melalui
suatu tindakan operasi kecil dengan cara mengikat dan memotong saluran telur pada istri
(tubektomi) atau mengikat dan memotong saluran sperma pada suami (vasektomi) atas
permintaan yang bersangkutan secara sukarela.
14. Klien
Adalah salah satu Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan calon atau pesertaKB.
A. Struktur Organisasi
Dengan bervariasinya kepemilikan RS makan bernegaruh terhadap struktur organisasi
PKBRS tersebut. Untuk RS vertikal milik Depkes mengacu pada Kepmenkes No. 1045 tahun
2006 tentang Pedoman Organisasi RS di lingkungan Depkes, sedangkan untuk RS daerah,
TNI/POLRI dan swasta maka strukturnya mengikuti kebijakan/aturan kepemilikan RS tersebut.
Dalam pelaksanaan pelayanan KB di RS dilakukan secara terpadu oleh suatu tim/pokja
yang terdiri dari berbagai unsur/unit dalam RS seperti bagian kebidanan & kandungan, bedah,
penyakit dalam, farmasi dan sebagainya yang ditetapkan dengan SK Direktur RS.
1.
Distribusi
Tim/Pokja
Alokon/obat
PKBRS
Garis instruksi
2.
Ket :
Garis instruksi
B. Tugas Pokok dan Fungsi
1. Direktur Utama
- Merupakan penanggung jawab utama dalam PKBRS
- Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Provinsi/Kabupaten/Kota) dan istitusi KB
setempat untuk kegiatan yang berkaitan dengan layanan KB.
7. Unit/Bagian lain
- Berperan dalam kegiatan KIE/motivasi calon akseptor potensial.
BAB III
PELAYANAN KB DI RUMAH SAKIT
A. Klasifikasi Pelayanan KB di RS
Rawat inap
unit
tidak
Setuju KIE Ulang
ya
Informed Consent
Pemeriksaan penunjang
tidak
Setuju
ya
Dilakukan pelayanan KB
Persediaan Alokon
1 Kondom √ √ √
2 Pil KB √ √ √
3 Suntikan √ √ √
4 IUD √ √ √
5 Implant √ √ √
Gudang
BKKBN PROVINSI
F/V/KB
Gudang
Gudang
RS
Pemerintahan/sw asta/TNI- POLRI/LSM
PUSTU
Klinik swasta
PUSKESDES/ POLINDES
AKESPTOR
G. Pencatatan dan Pelaporan
RS wajib melaksanakan pencatatan kegiatan pelayanan PKBRS dilaporkan secara berkala ke
Departemen Kesehatan dan disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pencatatan pelaksanaan layanan KB di RS memiliki 2 mekanisme yaitu :
1. Pencatatan dan pelaporan dengan menggunakan formulir dari BKKBN yang terdiri
dari :
Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/O/KB/08) yang digunakan oleh klinik KB untuk
melakukan pendaftaran pertama bagi klinik KB baru pada saat didirikan dan untuk
pendaftaran ulang bagi semua klinik KB lama, yang dilakukan pada setiap awal tahun
anggaran (bulan Januari).
Kartu Peserta KB (K/I/KB/08) yang digunakan sebagai tanda pengenal dan bukti diri
sebagai peserta KB.
Register Hasil Pelayanan KB di Klinik KB (R/I/KB/08)
Register Alat Kontrasepsi di Klinik KB (R/II/KB/08) yang digunakan untuk mencatat
penerimanaan dan pengeluaran, serta persediaan semua jenis alokon di Klinik KB.
Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/08) yang digunakan untuk melaporkan kegiatan
dan hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi baik untuk peserta KB baru maupun ulang.
Laporan bulanan hasil pelayanan KB di RS di kirim ke Dinkes Kab/Kota selambat-
lambatnya tanggal 10 setiap bulan.
Institusi KB di Kab/Kota dapat mengambil laporan tersebut berkooridinasi dengan
Dinkes Kab/Kota apabila diperlukan.
Untuk contoh kartu/formulir yang digunakan dalam sistim pencatatan dan pelaporan
pelayanan kontrasepsi terdapat dalam lampiran.
H. Sistim Rujukan
Rujukan pelayanan kesehatan adalah upaya pelimpahan tanggung jawab dan
wewenang secara timbal balik dalam pelayanan kesehatan untuk penyelenggaraan kesehatan
paripurna. Rujukan penyelenggaraan pelayanan KB dapat dilakukan dari unit pelayanan KB
di luar RS (RSIA/RB/Puskesmas) ke RS atau unit pelayanan KB di RS ke RS lain dengan
kemampuan pelayanan KB lebih tinggi.
Rujukan dapat berlangsung secara vertikal dan horizontal, rujukan balik, rujukan
eksternal dan internal sesuai dengan fungsi koordinasi dan jenis kemampuan yang dimiliki.
Rujukan internal berpedoman pada prosedur rujukan di dalam RS dan mekanisme kerja di
bagian terkait.
Ruang lingkup rujukan mencakup :
- Rujukan kesehatan (rujukan tenaga ahli dan rujukan sarana/logistik).
- Rujukan medis/kasus (rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan teknologi termasuk rujukan
spesimen, radiologi dan laboratorium).
Konseling merupakan suatu bentuk komunikasi interpersonal yang khusus, yaitu suatu proses
pemberian bantuan yang dilakukan kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap klien meliputi fakta-fakta, harapan,
kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Pelayanan konseling dimaksud merupakan proses informed choice, dimana klien telah
menentukan pilihan kontrasepsi berdasarkan informasi yang telah diterima secara lengkap.
Konseling lebih diutamakan untuk pasien baru serta dapat diberikan pra dan pasca pelayanan KB
oleh petugas medis dan paramedik terlatih yaitu dokter, bidan, perawat.
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu :
Pembinaan hubungan baik (rapport)
Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dsb) dan
pemberian informasi (sesuai kebutuhan).
Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan.
Menindaklanjuti pertemuan.
Dalam ketrampilan konseling, hal-hal yang harus dilakukan oleh petugas yaitu :
Bertanya dengan pertanyaan terbuka
Mendorong klien untuk bertanya
Memperlakukan klien dengan hormat
Melayani klien secara pribadi
Mendiskusikan kunjungan berikutnya
Menanyakan kekhawatiran klien
Menggunakan alat bantu visual
Menggunakan rekam medis klien
Meyakinkan kerahasiaan klien.
Dalam menjalankan tugas konseling ini Departemen Kesehatan sudah menyusun alat bantu pengambilan
keputusan (ABPK).
BAB V
HUBUNGAN KERJA DALAM PELAYANAN KB RUMAH
SAKIT
- Organisasi profesi
- Institusi pendidikan Kes
- Klinik KBB di luar RS
Teknis Medis - RB
- Puskesmas
- Bidan/dokter praktek swasta
BAB VI
PEMBIAYAAN
A. Monitoring/pemantauan
Pemantauan PKBRS dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas/memperbaiki pelayanan kontrasepsi
di Rumah Sakit, yang mencakup :
Pelayanan
SDM
Pembiayaan
Pelaporan
Fasilitas
Pemantauan dilakukan melalui :
1. Analisis hasil pencatatan dan pelaporan
2. Pertemuan /rapat koordinasi
Pemantauan internal dilakukan oleh Tim Jaga Mutu RS yang bersangkutan dengan cara
self assessment yang dapat dilakukan 4 kali setahun.
Pemantauan eksternal oleh Tim Jaga Mutu dilakukan di fasilitas pelayanan KB di wilayah kerja
tim jaga mutu tersebut yang meliputi :
Monitoring kualitas (4 kali/tahun)
Supervise fasilitatif (4 kali/tahun)
Audit medik pelayanan KB (berdasarkan kasus khusus dalam pelayanan KB)
Pertemuan koordinasi tim jaga mutu (2 kali/tahun)
B. Evaluasi
1. Evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan KB melalui pertemuan berkala atau sewaktu-waktu
bila diperlukan (Audit Medik Teknis, Rapat Program, Rapat Kerja) dan melalui feed back
pelaporan.
2. Tolak ukur adalah kualitas pelayanan
BAB IX
PENGEMBANGAN PELAYANAN
Dalam rangka peningkatan cakupan dan kualitas layanan KB di RS, dilakukan berbagai upaya
pengembangan layanan yang meliputi :
A. Pengembangan SDM
1. Pendidikan dan pelatihan petugas KB baik di dalam maupun diluar Rumah Sakit, meliputi
teknis medis dan kontrasepsi sesuai dengan kemampuan Rumah Sakit sebagai upaya
peningkatan mutu pelayanan KB.
2. Dalam pelaksanaan pelatihan berkoordinasi dengan organisasi profesi (POGI,IBI), PKMI,
JNPK Depkes/Dinkes dan BKKBN.
3. Sertifikasi
C. Pengembangan Layanan
1. Riset operasional
Riset operasional dilakukan oleh suatu pokja yang anggotanya terdiri dari dokter spesialis,
dokter umum dan bidan. Hasil riset tersebut dapat diimplementasikan dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan.
3. Mobil Service
Definisi dan Jenis Layanan :
- Mobil services merupakan perluasan jaringan pelayanan KB melalui pemanfaatan unit
mobil pelayanan KB. Pelayanan ini akan berkeliling menjangkau masyarakat di pelosok
tanah air yang secara sosial ekonomi dan geografis sulit memperoleh
pelayanan, dilakukan secara terjadwal atau momental untuk mendukung pelayanan
kontrasepsi. Jenis pelayanan yang diberikan adalah pemasangan dan pencabutan KB
susuk, pemasangan dan pencabutan IUD dan MOP (vasektomi). Khusus pelayanan
kontrasepsi Metode Operatif Wanita /MOW (tubektomi) hanya dapat dilakukan di rumah
sakit (SK Menkes No.8/Menkes/SK/I/2000).
Pengembangan layanan ini secara keseluruhan juga dalam rangka membangun networking (jejaring)
dalam melakukan layanan KB di luar RS namun tetap dalam pengawasan tin PKBRS.
BAB X
PENUTUPAN
PKBRS harus dipandang sebagai prioritas dalam pelaksanaan program KB Nasional serta
perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Pelayanan KB di RS mengikuti sistem manajemen
pelayanan yang ada di RS setempat dengan tetap berorientasi pada keselamatan dan keamanan pasien.
Pelaksanaan PKBRS harus berkoordinasi dengan lintas program maupun lintas sektor terkait.
Lampiran 1.
KB Mantap
Standar 100%
DEPKES PUSAT
GUBERNUR
DINKES POPINSI
BKKB
N
BUPATI /
WALIKO
POLINDES PLKB
Keterangan
Lampiran 4.
Kartu Status Peserta KB
Lampiran 5.
Lembar Persetujuan Tindakan Medik (informed Consent) Pelayanan Kontrasepsi
Lampiran 6.
Formulir RL 1 : Data Kegiatan Rumah Sakit
Lampiran 7.
JENIS PELAYANAN SESUAI KOMPETENSI
Cat :
*) DU terlatih : dimana yang tidak ada SpOG dan SpU dan bidan terlatih
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Pelaporan dan Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Pedoman
Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB Nasional. BKKBN:
2008.
2. Saifuddin AB, Affandi B, Baharuddin M, Soekir S, ed. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi.Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.
3. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Jakarta; 2005
4. Ditjen Bina Pelayanan Medik, Depkes RI. Himpunan Perundang-Undangan di Bidang
Pelayanan Medik. Bagian Hukum, Organisasi dan Humas. Depkes RI; 2006.
5. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Petunjuk Pelaksanaan Mobil Unit Pelayanan
KB BKKBN Seluruh Indonesia. BKKBN. 2008.
6. Departemen Pelaporan & Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Pedoman Tata cara Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB Nasional.
BKKBN;2008.
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit. 2009.