Anda di halaman 1dari 40

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

BARAT
RSUD CIKALONGWETAN

PANDUAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA


DI RSUD CIKALONGWETAN
TAHUN 2022

Alamat : Jl.Raya Padalarang-Purwakarta No.290 KM 11 Cikalongwetan (40556)


Telp. (022) 86866243 Email. rsudcikalongwetan@gmail.com
DAFTAR ISI

Cover ...........................................................................................................
.i

Daftar isi............................................................................................................

SK pemberlakuan panduan pelayanan KB.....................................................

Lembar pengesahan........................................................................................

BAB I DEFINISI................................................................................................

BAB II RUANG LINGKUP................................................................................

BAB III KEBIJAKAN.........................................................................................

BAB IV TATA LAKSANA................................................................................

BAB V DOKUMENTASI............................................................................................3
SK PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN KB

KEPUTUSAN DIREKTUR UPT BLUD RSUD CIKALONGWETAN

Nomor: 445/G.16/RSUD-CW/0001/VIII/2022

TENTANG

PEMBENTUKAN TIM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA


RUMAH SAKIT (PKBRS) DI UPT BLUD RSUD CIKALONGWETAN

DIREKTUR UPT BLUD RSUD CIKALONGWETAN

Menimbang: a. bahwa untuk dapat memberikan pelayanan yang


maksimal kepada masyarakat di Bidang pelayanan
Keluarga Berencana, maka dipandang perlu untuk
menetapkan Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit
(PKBRS)

b. bahwa Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit di


UPT BLUD RSUD Cikalongwetan yang dimaksud pada
huruf a diatas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
UPT BLUD RSUD Cikalongwetan.

Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5063);

2. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah


Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 Tentang


Pembagian urusan Pemerintah antara Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang


Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2016 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4609)

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


590/Menkes/SK/VII/2009 tanggal 28 Jli 2009 tentang
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit;
6. Keputusan Bupati Nomor … tentang Penunjukan UPT
BLUD RSUD Cikalongwetan tentang Pelayanan Keluarga
Berencana Rumah Sakit (PKBRS)

MEMUTUSKAN

Menetapkan

KESATU : Pembentukan Tim Pelayanan Keluarga Berencana Rumah


Sakit (PKBRS) di UPT BLUD RSUD Cikalongwetan
sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan ini

KEDUA : Tim sebagaimana dimaksud dalam Diktum kesatu dalam


melaksanakan tugasnya bertanggungjawab langsung
kepada Direktur.

KETIGA : Tim PKBRS sebagaimana dimaksud dalam Diktum kesatu


mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

1. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan


Kabupaten dan Kantor KB dan pemberdayaan
perempuan dan bagian atau instalasi lain yang terkait
dalam pelayanan KB di Rumah Sakit;
2. Membuat perencanaan kebutuhan, tanggungjawab
dalam penerimaan dan pendistribusian serta menajaga
mutu, keamanan, dan ketersediaan alat dan obat
kontrasepsi (Alokon);
3. Membuat laporan penyelenggaraan pelayanan KB di
Rumah Sakit;
4. Melakukan konseling, tindakan medis di Poli klinik KB
dan Tindakan operatif;
5. Memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan
prosedur (SOP) serta memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai standar profesi;
6. Melakukan promosi pada klien dan pengantar/keluarga
klien;
7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan pelayanan
KB di RS termasuk pencatatan dan pelaporan
penggunaan Alkon;
KEEMPAT : Segala biaya yang timbul sebagai
akibat ditetapkannya keputusan ini dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja UPT BLUD Rumah
Sakit Umum Daerah Cikalongwetan.
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan
Ditetapkan di : Cikalongwetan
Pada tanggal : 2022
Direktur Upt BLUD RSUD Cikalongwetan

dr. Hj. Maisara S.R.Hanif,MARS


NIP. 197411162005012002
KEPUTUSAN DIREKTUR
LAMPIRAN :
KEPUTUSAN DIREKTUR UPT BLUD RSUD CIKALONGWETAN
NOMOR:
TENTANG:
TIM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA RUMAH (PKBRS) UPT
BLUD RSUD CIKALONGWETAN

SUSUNAN TIM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT


(PKBRS) UPT BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
CIKALONGWETAN

Pelindung : Direktur
Penanggungjawab : dr. H. Tommy Alamsyah, Sp.OG., M.Kes
Koordinator : Rani Sukma Dahliani, S.Tr.Keb
Ketua : Sri Mulyati, Amd. Keb
Sekretaris : Fingki Nurjamilah, S.Tr.Keb
Anggota : Sari Siti Aidah Nurman, AMd.Keb
Septi Wahyuningtyas, AMd.Keb
Bestari Eka Putri, AMd.Keb
Ajeng Retno Kurniasari, AMd.Keb
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

UPT BLUD RSUD CIKALONGWETAN


Alamat : Jl.Raya Padalarang-Purwakarta No.290 KM 11 Cikalongwetan (40556)
Telp. (022) 86866243 Email. rsudcikalongwetan@gmail.com

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL DOKUMEN:

PANDUAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

DI UPT BLUD RSUD CIKALONGWETAN TAHUN 2022

Dalam rangka Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit


khususnya dalam Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit, maka
ditetapkan Panduan Pelayanan untuk dijadikan acuan dan pedoman kerja,
khususnya pelayanan Keluarga Berencana.
Disetujui: Cikalongwetan, 2022
Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Ketua Tim Pelayanan Keluarga
Keperawatan Berencana
Rumah Sakit

Sri WulanYuniati, S.kep., Ners,M.H.Kes Sri Mulyati, AMd.Keb


NIP.198006252010012009

Mengetahui:
Direktur,

dr. Hj. Maisara S.R. Hanif, Mars.


NIP. 197411162005012002
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR UPT BLUD
RSUD CIKALONGWETAN
NOMOR:
445/G.16/RSUD-CW/0001/VIII/2022
TENTANG PANDUAN PELAYANAN
KELUARGA BERENCANA DI UPT
BLUD RSUD CIKALONGWETAN

BAB I
DEFINISI

A. Daftar Istilah

1 Panduan pelayanan keluarga berencana (KB) adalah petunjuk

praktis dalam memberikan pelayanan KB di fasilitas pelayanan

kesehatan

2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,

baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan

oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat

3 Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) adalah

Fasilitas Kesehatan pelayanan komprehensif spesialistik atau sub

spesialistik. FKRTL dalam JKN adalah klinik utama atau yang

setara, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

4 Informed consent adalah Persetujuan tertulis tentang tindakan

medis yang diberikan kepada klien atau keluarganya atas dasar

informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan

dilakukan terhadap klien tersebut.

1
5 KB Pasca Persalinan (KBPP) adalah penggunaan suatu metode

kontrasepsi sesudah melahirkan sampai 6 minggu/42 hari

melahirkan

6 Komplikasi Kontrasepsi adalah Gangguan kesehatan ringan sampai

berat bagi klien yang terjadi akibat penggunaan metode

kontrasepsi.

7 Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan yang istrinya

berumur antara 15-49 tahun.

8 Peserta KB Aktif adalah Akseptor yang pada saat ini sedang

memakai alat atau obat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan

atau yang mengakhiri kesuburan, dan masih terlindungi oleh

kontrasepsi.

9 Peserta KB Baru adalah peserta yang baru pertama kali

menggunakan metode kontrasepsi termasuk mereka yang pasca

keguguran dan sesudah melahirkan.

10 Tubektomi adalah Metode Sterilisasi Perempuan

11 Vasektomi adalah Metode Sterilisasi Pria

B. Daftar Singkatan

1 ABPK-KB : Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB

2 AKI : Angka Kematian Ibu

3 AKB : Angka Kematian Bayi

4 AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

5 Alokon : Alat dan Obat Kontrasepsi

6 BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

2
7 BPJS : Badan Penyelengggara Jaminan Sosial

8 BPM : Bidan Praktek Mandiri

9 FKRTL : Fasilitas kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

10 IMS : Infeksi Menular Seksual


11 JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

12 KIE : Komunikasi Informasi Edukasi

13 KSK : Kontrasepsi Suntik Kombinasi

14 KPK : Kontrasepsi Pil Kombinasi

15 KSP : Kontrasepsi Suntik Progestin

16 KPP : Kontrasepsi Pil Progestin

17 MAL : Metode Amenore Laktasi

18 MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

19 MOP : Metode Operasi Pria

20 MOW : Metode Operasi Wanita

21 Nakes : Tenaga Kesehatan

22 PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

23 PUS : Pasangan Usia Subur

24 VTP : Vasektomi Tanpa Pisau

3
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penyusunan Panduan Pelayanan Kontrasepsi dan

Keluarga Berencana meliputi kebijakan KB, manajemen pelayanan KB

dan metode kontrasepsi. Ruang lingkup tersebut meliputi:

A. Kebijakan Keluarga Berencana

Tujuan kebijakan keluarga berencana berdasarkan Undang-Undang

Nomor 52 tahun 2009, meliputi :

1 Mengatur kehamilan yang diinginkan

2 Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan


anak

3 Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan

pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

4 Meningkatkan partisipasi dan kepesertaan laki-laki dalam praktek

keluarga berencana

5 Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan

jarak kehamilan.

Sehubungan dengan hal tersebut, tujuan reproduksi yang


direkomendasikan antara

lain:

1 Menunda kehamilan pada pasangan muda, ibu yang belum berusia 20

(dua puluh) tahun, atau klien yang memiliki masalah kesehatan

2 Mengatur jarak kehamilan pada klien yang berusia antara 20 (dua


puluh) sampai

35 (tiga puluh lima) tahun

4
3 Pada klien yang berusia lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun

diharapkan tidak hamil lagi.

4 Mengatur jumlah anak yaitu klien yang telah menikah anak > 2,

diharapkan tidak hamil lagi

B. Manajemen Pelayanan KB dan Metode Kontrasepsi

Salah satu sasaran kebijakan yang tertuang dalam dokumen rencana


strategis

BKKBN 2020-2024 yaitu meningkatnya kesertaan keluarga dalam

Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Indikator yang

digunakan untuk mencapai sasaran tersebut diantaranya adalah :

1 Meningkatkan persentase angka prevalensi kontrasepsi modern


(Modern

Contraceptive Prevelance Rate/mcpr) dengan target 63,41 persen pada


tahun 2024

2 Menurunkan persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi

(Unmet need) dengan target 7, 40 persen pada tahun 2024

3 Meningkatkan Persentase Peserta KB Aktif (PA) Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) dengan target 28, 9 persen pada tahun 2024

4 Menurunkan Angka Kelahiran Remaja Umur 15-19 tahun/Age Specific

Fertility Rate (ASFR) 15-19 tahun dengan target 18 kelahiran per 1000

WUS usia 15-19 tahun pada tahun 2024.

Untuk mencapai tujuan tersebut diatas sangat diperlukan koordinasi dan

sinkronisasi semua lini dalam upaya peningkatan akses dan kualitas

pelayanan keluarga berencana. Untuk itu pelayanan wajib :

5
1. Menyediakan metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan pasangan

suami istri dengan mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak,

kondisi kesehatan dan norma agama.

2. Menyeimbangkan kebutuhan laki-laki dan perempuan

3. Menyediakan informasi yang lengkap, akurat dan mudah diperoleh

tentang efek samping, komplikasi dan kegagalan kontrasepsi,

termasuk manfaatnya dalam pencegahan penyebaran virus penyebab

penyakit penurunan daya tahan tubuh dan infeksi menular karena

berhubungan seksual

4. Meningkatkan keamanan, keterjangkauan jaminan kerahasiaan serta

ketersediaan alat, obat dan cara kontrasepsi yang bermutu tinggi.

5. Meningkatkan kualitas sumber daya manuasia petugas keluarga


berencana

6. Menyediakan pelayanan ulang dan penanganan efek samping dan

komplikasi pemakaian alat kontrasepsi

7. Menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif

8. Melakukan promosi pentingnya air susu ibu serta menyusui secara

ekslusif untuk mencegah kehamilan enam bulan pasca persalinan

9. Melalui pemberian informasi tentang pencegahan terjadinya

ketidakmampuan pasangan untuk mempunyai anak setelah 12 bulan

tanpa menggunakan alat pengaturan kehamilan bagi pasangan suami

istri.

10.

6
BAB III
KEBIJAKAN

Dasar hukum dan kebijakan dalam penyusunan panduan pelayanan KB di

Rumah Sakit adalah:

1. Undang-undang RepubIik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran

2. Undang-undang RepubIik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang


Sistem

Jaminan Sosial Nasional

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

6. Undang-undang RepubIik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang


Tenaga

Kesehatan

7. Undang-undang RepubIik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang


Kebidanan

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2014

tentang Sistim Infomasi Kesehatan

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2014

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,

Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga

7
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014
tentang

Kesehatan Reproduksi
11. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional

12. Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 Tentang Jaminan

Kesehatan

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 Tahun 2008 tentang

Persetujuan Tindakan Kedokteran

14. Peraturan Menteri Kesehatan 1464/PER/X/ 2010 tentang Ijin dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan

15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan

16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi

dan Perijinan RS

17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 21 Tahun

2021, Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum

Sebelum Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan,

Pelayanan Kontrasepsi, dan pelayanan kesehatan Seksual

18. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional Nomor: 316/PER/G4/2015 tentang Panduan Tata Cara

Pengelolaan Data Rutin Program Kependudukan, Keluarga Berencana

dan Pembangunan Keluarga.

8
19. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional Nomor: 481/PER/G4/2016 tentang Sistem Informasi

Keluarga.

20. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Nomor 9

Tahun 2019 tentang Pemenuhan Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi


Bagi

Pasangan Usia Subur dalam Pelayanan Keluarga Berencana


21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 320 Tahun 2020 tentang
Standar Profesi Bidan

BAB IV

TATA LAKSANA

9
A. Standarisasi Pelayanan Keluarga Berencana

Standarisasi pelayanan Keluarga Berencana adalah langkah-

langkah yang digunakan untuk memberikan pelayanan kontrasepsi,

adapun langkah-langkah

tersebut meliputi :

1 Pra pelayanan yang meliputi KIE, konseling, penapisan, dan

persetujuan tindakan tenaga kesehatan.

2 Pelayanan kontrasepsi yang meliputi waktu pelaksanaannya dan

tindakan pemberian pelayanan. Waktu pelaksanaan pelayanan

kontrasepsi dilakukan pada :

a. masa interval, yaitu pelayanan kontrasepsi yang dilakukan selain

pada masa pascapersalinan dan pascakeguguran

b. pascapersalinan yaitu pada 0 - 42 hari sesudah melahirkan

c. pascakeguguran, yaitu pada 0 - 14 hari sesudah keguguran

d. pelayanan kontrasepsi darurat, yaitu dalam 3 hari sampai dengan 5

hari pascasenggama yang tidak terlindung dengan kontrasepsi

yang tepat dan konsisten.

Tindakan pemberian pelayanan kontrasepsi meliputi pemasangan

atau pencabutan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR),

pemasangan atau pencabutan Implan, pemberian Suntik, Pil,

Kondom, pelayanan Tubektomi dan

Vasektomi serta pemberian konseling Metode Amenore Laktasi (MAL).

3 Pasca pelayanan

10
Konseling pasca pelayananan dari tiap metode kontrasepsi sangat

dibutuhkan.Konseling ini bertujuan agar klien dapat mengetahui

berbagai efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi.Klien

diharapkan juga dapat membedakan masalah yang dapat ditangani

sendiri di rumah dan efek samping atau komplikasi yang harus

mendapat pelayanan medis. Pemberian informasi yang baik akan

membuat klien lebih memahami tentang metode kontrasepsi

pilihannya dan konsisten dalam penggunaannya.

B. Manajemen Pelayanan KB

1 Perencanaan

Perencanaan pelayanan KB sebagai bagian integral dari pelayanan

kesehatan perlu diupayakan mulai dari tingkat fasilitas pelayanan

tingkat pertama sampai dengan fasilitas pelayanan tingkat lanjutan

yang difokuskan pada analisis situasi dengan memanfaatkan data/

informasi pelayanan KB yang ada, baik data rutin maupun survei.

Dalam perencanaan pelayanan KB dibutuhkan beberapa komponen

sebagai berikut:

a. Penentuan sasaran

Penentuan sasaran pelayanan KB disesuaikan dengan data yang

telah dikumpulkan sebelumnya untuk menentukan jumlah akseptor

yang akan dilayani terkait perencanaan jumlah alat dan obat yang

akan diberikan. Untuk jenis layanan KB yang akan diberikan,

penentuan sasaran disesuaikan dengan jenis fasilitas pelayanan

11
KB itu sendiri. Jenis pelayanan yang diberikan termasuk pelayanan

yang paripurna sehingga semua layanan KB dapat

diberikan.

b. Sumber daya manusia

Sumber daya Manusia terkait dengan jumlah tenaga kesehatan

yang melayani pelayanan KB dan jumlah tenaga kesehatan yang

sudah mendapatkan pelatihan KB. Tenaga kesehatan yang

berperan dalam pemberian diantaranya adalah dokter spesialis

kebidanan dan kandungan, dokter spesialis urologi, dokter spesialis

bedah umum, dokter umum dan perawat. Dalam praktiknya,

kompetensi dan kewenangan masing-masing tenaga kesehatan

tersebut dalam pelayanan KB diatur oleh pemerintah melalui

beberapa peraturan. Menurut penjelasan Undang-undang Tenaga

kesehatan pasal 62 ayat (1) huruf c, yang dimaksud dengan

kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan secara

mandiri sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya. Tenaga

kesehatan yang diperlukan termasuk kewenangan dan kompetensi

untuk pelayanan

kontrasepsi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Kompetensi dan kewenangan klinis tenaga kesehatan dalam


pelayanan KB

n Metode Kompetensi Kewenangan


o kontrasepsi
Dokter Dokter Bid Dokter Dokter Bid
spesiali spesialis an spesialis spesialis an
s obgin urologi obgin urologi
1 AKDR Copper √ √* √ √**

12
(Cu)
2 AKDR √ √* √ √**
levonogestrel
(LNG)
3 Implan √ √* √ √**

4 Suntik, pil, √ √ √ √ √ √
Kondom
5 Tubektomi √ √
minilaparatomi
6 Tubektomi √ √
laparaskopi
7 vasektomi - √ - √

8 Pemberian √ √ √ √
konseling
Keterangan :

(*) bagi bidan lulusan profesi (S1) atau vokasi (D3) yang mendapat
pelatihan

(**) Kewenangan diberikan berdasarkan pendelegasian sesuai


regulasi

c. Sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai merupakan

komponen penting dalam mendukung lancaranya pelaksanaan

pelayanan KB. Sarana dan prasarana yang dibutukan untuk

memberikan pelayanan KB disiapkan sesuai dengan jenis fasilitas

pelayanan KB itu sendiri. Jenis pelayanan yang diberikan termasuk

pelayanan yang paripurna sehingga semua layanan KB dapat

diberikan termasuk layanan metode operatif dan rekanalisasi.

d. Alat dan obat kontrasepsi

Perencanaan di Rumah Sakit pada dasarnya sama dengan

Puskesmas. Perbedaaannya bahwa Rumah Sakit tidak mempunyai

data sasaran PUS karena RS tidak mempunyai wilayah. Untuk

13
perencanaan kebutuhan alokon dan sarana prasarana, didasarkan

pada rata-rata tren penggunaan metode kontrasepsi dalam 3 bulan

dengan menambahkan perhitungan perkiraan peningkatan

kunjungan, lead time, dst. Setelah Rumah Sakit bersama

PLKB/PPLKB menghitung kebutuhan alokon RS untuk 1 tahun

kedepan pada triwulan pertama tahun berjalan, data tersebut

diteruskan ke SKPD KB

Kab/kota setempat dan ditembuskan kepada Dinas Kesehatan

Kab/kota. Terkait dengan stok alokon di RS maka permintaan

alokon ke SKPD KB melalui PLKB/PPLKB untuk masing-masing

metode kontrasepsi minimal 3 bulan dan maksimal 6 bulan dan

dikelola dengan sistem satu pintu untuk memfasilitasi alokon di Poli

Kebidanan/KB dan Kamar Bersalin. Rumah Sakit juga

merencanakan dan mengusulkan kebutuhan dan pengembangan

SDM sesuai dengan kompetensinya yang diteruskan kepada Dinas

Kesehatan

Kab/kota

e. Jaringan pelayanan

UPT BLUD Rumah Sakit Umum Daerah Cikalongwetan adalah

rumah sakit rujukan yang memberikan pelayanan kesehatan di

wilayah Cikalongwetan. Pelayanan KB akan diberikan bagi siapa

saja yang membutuhkan layanan KB di UPT BLUD Rumah Sakit

Umum Daerah Cikalongwetan baik yang datang langsung, maupun

rujukan dari jejaring fasilitas kesehatan lainnya.

f. Pembiayaan

14
Pembiayaan pelayanan KB meliputi komponen pembiayaan untuk
pelayanan

KB, ketersediaan tenaga dan logistik. Dalam Penyelenggaraan

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan yang

dimulai tahun 2014, pelayanan keluarga berencana merupakan

salah satu pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas

Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang dijamin

pembiayaannya oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dengan

pola permbiayaan dengan sistem paket INACBGgs. Sementara

untuk penyediaan alokon dibiayai oleh dana program dari BKKBN.

Bagi klien yang bukan peserta JKN untuk jasa pelayanan

menggunakan dana mandiri, sementara klien yang menggunakan

alokon non program dari pemerintah maka jasa pelayanan dan

alokon menggunakan dana mandiri.

2 Pelaksanaan

a. Pencegahan infeksi

Pelaksanaan pelayanan KB tentu berhubungan dengan kontak

cairan tubuh calon akseptor itu sendiri, baik saat memberikan obat,

pemasangan alat dan pembedahan. Oleh karena itu, infeksi bisa

menjadi salah satu komplikasi yang dapat timbul pasca pelayanan

KB. Tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan kontrasepsi

adalah :

1) Mencegah infeksi pada waktu memberikan pelayanan metoda

kontrasepsi yang menggunakan alat-alat jarum suntik, tindakan

pemasangan implant, AKDR, Tubektomi dan vasektomi.

15
2) Mengurangi resiko penularan penyakit infeksi Hepatitis B dan

HIV/AIDS tidak hanya pada klien tetapi juga pada petugas

kesehatan dan staf termasuk petugas pembersihan.

3) Memenuhi prasyarat pelayanan KB yang sesuai standar

4) Perlindungan dari infeksi dikalangan petugas.

b. Klasifikasi fasilitas pelayanan

Sesuai dengan Permenkes Nomor 71 tahun 2013, tentang

pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional

dinyatakan bahwa penyelenggara kesehatan meliputi semua

fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Berdasarkan cara pembayaran dalam JKN, Rumah Sakit

Universitas Udayana termasuk Fasilitas Kesehatan Rujukan

Tingkat Lanjutan (FKRTL). Pelayanan di FKRTL meliputi :

1) Pelayanan Konseling

2) Pelayanan kontrasepsi AKDR dan Implant

3) Tubektomi atau Metode Operasi Wanita (MOW)

4) Vasektomi atau Metode Operasi Pria (MOP)

5) Penanganan efek samping dan komplikasi

c. Sistem rujukan

Tujuan sistem rujukan di sini adalah untuk meningkatkan mutu,

cakupan dan efesiensi pelayanan kontrasepsi secara terpadu.

Perhatian khusus ditujukan untuk menunjang upaya penurunan

angka kejadian efek samping, komplikasi dan kegagalan

16
penggunaan kontrasepsi. Dalam pelayanan KB pelaksanaan

rujukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.

3 Pemantauan dan evaluasi

a. Peran dan tanggung jawab

Dalam pelaksanaan pelayanan KB ada beberapa pihak yang

terlibat, antara lain sector kesehatan, BKKBN dan organisasi

profesi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengaturan peran dan

tanggung jawab pelayanan KB ini antara lain terkait pengembangan

kebijakan mengenai program pelayanan KB ataupun penetapan

peran dan tanggung jawab dari berbagai pihak yang terkait dengan

pelayanan KB tersebut. Tujuan kebijakan pemberian pelayanan KB

adalah :

1) Memberikan informasi tentang adanya pilihan metode

kontrasepsi dalam program KB yang sudah tersedia secara

luas, sehingga menumbuhkan peminatan masyarakat

2) Memberikan pelayanan yang berkualitas yang menempatkan

keselamatan klien sebagai prioritas

Kebijakan tersebut dilaksankan melalui penyediaan tenaga pemberi

layanan yang kompeten serta patuh terhadap standar pelayanan

yang sudah ditetapkan, penenuhan sarana pelayanan yang

memadai, pemberian layanan konseling yang berkualitas,

penapisan klien, pelayanan pasca tindakan dan pelayanan rujukan

yang optimal.

17
b. Pencatatan dan pelaporan

Kegiatan pencatatan dan pelaporan merupakan suatu proses untuk

mendapatkan data dan informasi yang merupakan substansi pokok

dalam sistem informasi program KB Nasional dan dibutuhkan untuk

kepentingan operasional program. Data dan informasi juga

merupakan bahan pengambilan keputusan, perencanaan,

pemantauan dan penilaian serta pengendalian program. Oleh

karena itu data dan informasi yang dihasilkan harus akurat, tepat

waktu dan dapat dipercaya. Pencatatan dan pelaporan pelayanan

kontrasepsi program KB ditujukan kepada kegiatan dan hasil

kegiatan operasional yang meliputi :

1) Kegiatan pelayanan kontrasepsi

2) Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi

Mekanisme dan arus pencatatan dan pelaporan pelayanan

kontrasepsi yang dilakukan meliputi :

1) Setiap peserta KB baru dan peserta KB ganti cara dibuatkan

kartu peserta KB (K/I/KB), disimpan oleh peserta KB dan

dibawa ke faskes setiap kali sewaktu peserta KB melakukan

kunjungan ulang.

2) Setiap peserta KB baru dan peserta KB ganti cara dibuatkan

kartu peserta KB (K/IV/KB), disimpan di faskes yang

bersangkutandan digunakan kembali sewaktu peserta KB

melakukan kunjungan ulang di faskes

tersebut

18
3) Setiap pelayanan KB yang dilakukan harus dicatat dalam

register pelayanan KB

4) Setiap penerimaan dan pengeluaran jenis alat/obat kontrasepsi

oleh faskes dicatat dalam register alat dan obat kontrasepsi

pelayanan KB, dilakukan rekapitulasi pada akhir bulan dan

merupakan sumber data untuk pengisisan laporan bulanan.

c. Indikator keberhasilan program

Pemantauan (monitoring) dapat diartikan sebagai upaya

pengumpulan, pencatatan, dan analisis data secara periodik dalam

rangka mengetahui kemajuan program dan memastikan kegiatan

program terlaksana sesuai rencana yang berkualitas. Penilaian

(evaluasi) adalah suatu proses pengumpulan data dan analisis

informasi mengenai efektivitas dan dampak suatu program. Dalam

melakukan pemantauan dan evaluasi perlu ditentukan indikator

keberhasilan program. Indicator dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

1) Indikator Input mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional,


meliputi :

a) data sasaran : sasaran pasangan usia subur, sasaran ibu


bersalin

b) data alat dan obat kontrasepsi memenuhi kecukupan jumlah


dan jenis

c) data ketenagaan memenuhi kecukupan jumlah, distribusi

dan pelatihan yang telah didapat dan kompetensi petugas

d) data sarana prasarana memenuhi kecukupan jumlah dan

jenis sarana prasarana pelayanan KB

19
e) data sumber pembiayaan

2) Indikator proses

a) Persentase peserta KB baru

b) Persentase kesertaan metode kontrasepsi jangka panjang

c) Persentase KB pasca persalinan permetode kontrasepsi

d) Persentase kasus efek samping per metode

3) Indikator Outcome merupakan hasil atau dampak terkait

pelayanan KB, antara lain :

a) Angka Kematian Ibu (AKI)

b) Unmet Need pasangan usia subur yang tidak ingin punya

anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilan, tetapi tidak

menggunakan

kontrasepsi

c) Angka kelahiran total/ Total Fertility Rate (rata-rata

banyaknya anak yang dilahirkan hidup oleh seorang

perempuan selama masa reproduksinya)

C. Metode Kontrasepsi

Metode kontrasepsi yang digunakan dalam program pemerintah

adalah berdasarkan masa perlindungan yaitu Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang

(MKJP) dan non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (non-MKJP).

1 Jenis kontrasepsi MKJP diantaranya adalah:

a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

20
AKDR Copper adalah suatu rangka plastik yang lentur dan kecil

dengan lengan atau kawat Copper (tembaga) di sekitarnya. AKDR Cu

T 380 A merupakan AKDR yang disediakan oleh Pemerintah

(Program). Cara kerjanya adalah dengan menghambat kemampuan

sperma untuk masuk ke saluran telur karena tembaga pada AKDR

menyebabkan reaksi inflamasi steril yang toksik buat sperma. Jangka

waktu pemakaian berjangka panjang dapat hingga 10 tahun, serta

sangat efektif dan bersifat reversibel. Waktu pemasangan AKDR

yaitu : 1) Segera setelah melahirkan kapanpun dalam 48 jam setelah

melahirkan, termasuk persalinan sesar. (Penyedia layanan

memerlukan pelatihan khusus untuk pemasangan paska persalinan

dengan tangan atau dengan forsep), Jika lebih dari 48 jam, tunda

hingga setidaknya 4 minggu setelah melahirkan.

2) Segera, jika AKDR dipasang dalam 12 hari setelah keguguran atau

aborsi trimester 1 atau trimester 2 dan jika tidak terjadi infeksi. Tidak

perlu metode kontrasepsi tambahan.

3) Untuk kontrasepsi darurat yaitu dalam 5 hari setelah hubungan

seksual tanpa pengaman terutama pada kasus visum akibat

pelecehan atau perkosaan.

b. Implan

Merupakan batang plastik berukuran kecil yang lentur, seukuran

batang korek api, yang melepaskan progestin yang menyerupai

hormon progesteron alami di tubuh perempuan. Terdapat dua jenis

yaitu implant 2 batang dengan masa efektif 4 sampai 5 tahun atau

implant 1 batang yang efektif selama 3 tahun. Cara kerja implant

21
mencegah pelepasan telur dari ovarium (menekan ovulasi) serta

mengentalkan lendir serviks (menghambat bertemunya sperma dan

telur). Waktu pemasangan implant adalah:

1) Kapan pun dalam 7 hari setelah permulaan menstruasinya,, tidak

perlu metode kontrasepsi tambahan

2) Kapan pun bila klien ingin ganti cara/metode kontrasepsi

3) Jika belum menstruasi, implan dapat dipasang pada klien kapan

saja di antara waktu melahirkan sampai dengan 6 bulan. Tidak

perlu metode kontrasepsi tambahan. Jika belum menstruasi setelah

6 bulan pasca melahirkan implan dapat dipasang pada klien kapan

saja jika yakin tidak hamil. Perlu metode kontrasepsi tambahan

untuk 7 hari pertama setelah pemasangan

4) Segera dipasang dalam 7 hari setelah keguguran atau aborsi

trimester 1 atau trimester 2, tidak perlu metode kontrasepsi

tambahan. Apabila lebih dari 7 hari pasca keguguran implan dapat

dipasang kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu metode

kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama setelah pemasangan

5) Pada pasca pemakain kondar, implan dapat dipasang kapan saja

jika yakin tidak hamil. Perlu metode kontrasepsi tambahan untuk 7

hari pertama setelah pemasangan

c. Metode Operatif Wanita (MOW)

MOW adalah Prosedur bedah sukarela untuk menghentikan

kesuburan secara permanen pada perempuan yang tidak ingin

anak lagi. Jenisnya adalah:

22
1) Minilaparotomi dengan membuat insisi kecil pada perut dimana

tuba fallopi ditarik ke irisan untuk dipotong dan diikat. Terdiri dari

Minilaparotomi Suprapubik pada masa interval dan

Minilaparotomi Subumbilikus pada pasca persalinan

2) Laparoskopi dengan memasukkan pipa kecil panjang dengan

lensa di dalamnya ke dalam perut melalui insisi kecil. Laparoskop

memungkinkan dokter untuk mencapai dan memblok atau

memotong tuba falopi di dalam

perut.

Cara Kerja metode ini adalah mengoklusi tuba falopii (mengikat dan

memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat

bertemu dengan ovum. Waktu pelaksanaan MOW adalah :

1) Dalam 48 jam setelah keguguran atau aborsi tanpa komplikasi,

jika sebelumnya klien telah memberikan informed choice secara

sukarela 2) Segera atau dalam 48 jam pascapersalinan, jika

sebelumnya klien telah memberikan informed choice secara

sukarela atau kapanpun 6 minggu atau lebih pascapersalinan jika

yakin klien tidak hamil.

3) Kapan pun dalam 7 hari setelah permulaan menstruasi. Tidak

perlu menggunakan metode kontrasepsi tambahan sebelum

prosedur. Jika lebih dari 7 hari setelah permulaan menstruasi,

klien dapat menjalani prosedur kapanpun selama yakin ia tidak

hamil. Jika klien berganti dari pil, ia dapat melanjutkan

penggunaan pil hingga menyelesaikan paket pil untuk menjaga

23
siklus regulernya. Jika klien berganti dari AKDR, ia dapat segera

menjalani prosedur.

2 Jenis kontrasepsi non MKJP diantaranya adalah

a. Suntik

1) Kontrasepsi Suntik Kombinasi (KSK)

Mengandung 2 hormon yaitu progestin dan estrogen

(Medroxyprogesterone Acetate (MPA) / Estradiol Cypionate) seperti

hormon progesteron dan estrogen alami pada tubuh perempuan.

Dengan jenis yang tersedia adalah:

a) Suntikan 1 bulan sekali mengandung medroxyprogesterone acetate

50 mg/ml, dan estradiol cypionate 10 mg/ml.

b) Suntikan 2 bulan sekali mengandung medroxyprogesterone acetate

60 mg/ml, dan estradiol cypionate 7,5 mg/ml.

c) Suntikan 3 bulan sekali mengandung medroxyprogesterone acetate

120 mg/ml, dan estradiol cypionate 10 mg/ml.

Cara kerjanya adalah mencegah pelepasan telur dari ovarium

(menekan ovulasi).Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga

penetrasi sperma terganggu.Perubahan pada endometrium (atrofi)

sehingga implantasi terganggu.Menghambat transportasi gamet oleh

tuba. Waktu pemakaiannya adalah:

a) Kapan pun dalam 7 hari setelah permulaan menstruasinya, tidak

perlu kontrasepsi tambahan. Jika mulai lebih dari 7 hari setelah

permulaan menstruasinya, klien .dapat mulai menggunakan KSK

kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu kontrasepsi tambahan untuk

24
7 hari pertama setelah suntikan. Jika berganti dari AKDR, ia dapat

segera mulai menggunakan KSK.

b) Segera, jika telah memakai kontrasepsi hormonal secara konsisten

dan benar atau yakin tidak hamil. Tidak perlu menunggu menstruasi

bulan berikutnya. Tidak perlu metode kontrasepsi tambahan.

c) Bila menyusui eklusif tunda suntik pertama sampai dengan 6 bulan

setelah melahirkan atau ketika ASI tidak lagi menjadi sumber nutrisi

utama bayi.

d) Bila tidak menyusui eklusif tunda suntik pertama sampai dengan

setidaknya 6 minggu setelah melahirkan. Jika belum menstruasi,

klien dapat memulai KSK kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu

kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama setelah suntikan. Jika

telah mentruasi, klien dapat memulai KSB seperti dianjurkan pada

klien yang memiliki siklus menstruasi normal.

e) Bila tidak menyusui klien dapat mulai menggunakan KSK kapan

pun antara hari ke 21-28 setelah melahirkan. Tidak perlu

kontrasepsi tambahan.

f) Segera. klien bisa mulai menggunakan dalam 7 hari setelah

keguguran trimester 1 atau trimester 2 atau aborsi, tidak perlu

metode kontrasepsi tambahan. Jika klien memulainya lebih dari 7

hari setelah keguguran trimester 1 atau trimester 2 atau aborsi, ia

dapat memulai KSK kapan pun jika yakin tidak hamil. Perlu

kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama setelah suntikan

25
g) Setelah pemakaian Pil Kontrasepsi Darurat (PKD) ulipristal asetat

(UPA), Klien dapat mulai suntikan pada hari ke-6 setelah minum

PKD UPA. Tidak perlu menunggu menstruasi bulan berikutnya.

Perlu kontrasepsi tambahan dari saat ia minum PKD UPA sampai 7

hari sesudah suntikan

2) Kontrasepsi Suntik Progestin (KSP)

Kontrasepsi suntik yang mengandung Progestin saja yaitu Depo

Medroxyprogesterone Acetate (DMPA), 150 mg/vial (1 ml)

merupakan suntikan intra muskuler.Cara kerja adalah mencegah

pelepasan telur dari ovarium (menekan ovulasi).Mengentalkan

lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi

sperma.Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi. Waktu

pemberiannya adalah:

a) Kapan pun klien bisa mulai dalam 7 hari setelah permulaan

menstruasi, tidak perlu metode kontrasepsi tambahan. Jika klien

mulai lebih 7 hari setelah permulaan menstruasinya, ia dapat mulai

menggunakan KSP kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu metode

kontrasepsi tambahan untuk 2 hari pertama minum pil.

b) Segera, jika telah memakai kontrasepsi hormonal secara konsisten

dan benar atau yakin tidak hamil. Tidak perlu menunggu menstruasi

bulan berikutnya. Tidak perlu metode kontrasepsi tambahan.

c) Jika melahirkan kurang dari 6 minggu, tunda suntikan pertama

sampai dengan setidaknya 6 minggu setelah melahirkan. Jika

belum menstruasi, klien dapat mulai menggunakan KSP kapan saja

antara 6 minggu dan 6 bulan. Tidak perlu metode kontrasepsi

26
tambahan. Jika telah mentruasi, klien dapat mulai menggunakan

KSP seperti yang dianjurkan pada klien yang memiliki siklus

menstruasi

d) Untuk yang tidak menyusui klien dapat mulai menggunakan KSP

kapan saja. tidak perlu metode kontrasepsi tambahan.

e) Segera, klien dapat mulai menggunakan dalam 7 hari setelah

keguguran atau aborsi trimester 1 atau 2, tidak perlu metode

kontrasepsi tambahan. Jika klien mulai menggunakan KSP lebih

dari 7 hari setelah keguguran atau aborsi, ia dapat mulai

menggunakan KSP kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu metode

kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama setelah suntik

f) Dapat mulai menggunakan KSP pada hari yang sama dengan

minum kondar, tidak perlu menunggu menstruasi untuk mendapat

suntikan. Perlu metode kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama

setelah suntikan.

b. Pil

1) Kontrasepsi Pil Kombinasi (KPK)

Pil yang mengandung 2 macam hormon berdosis rendah yaitu

progestin dan estrogen. seperti hormon progesteron dan estrogen

alami pada tubuh perempuan yang harus diminum setiap hari.

Kontrasepsi Pil Kombinasi (KPK) yang disediakan Pemerintah

adalah Pil Monofasik yang mengandung hormon aktif estrogen/

progestin dalam dosis yang sama yaitu 21 pil mengandung 30 µg

Ethynil Estradiol (EE)/150 µg Levonorgestrel (LNG) dan 7 pil tanpa

27
hormon. Cara Kerja: adalah mencegah pelepasan telur dari

ovarium (menekan ovulasi). Mengentalkan lendir serviks sehingga

sulit dilalui oleh sperma. Pergerakan tuba terganggu sehingga

transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu.waktu

pemberiannya adalah :

a) Kapan saja mulai dalam 5 hari setelah permulaan menstruasi, tidak

perlu metode kontrasepsi tambahan. Jika mulai lebih dari 5 hari

setelah permulaan menstruasinya, klien dapat mulai menggunakan

KPK kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu metode kontrasepsi

tambahan untuk 7 hari pertama minum

pil.

b) Segera, jika telah memakai kontrasepsi hormonal secara konsisten

dan benar atau yakin tidak hamil. Tidak perlu menunggu menstruasi

bulan berikutnya. Tidak perlu metode kontrasepsi tambahan.

c) Berikan KPK dan beri tahu klien untuk mulai menggunakannya 6

bulan setelah melahirkan atau ketika ASI tidak lagi menjadi sumber

nutrisi utama bayi Jika belum menstruasi, klien dapat mulai

menggunakan KPK kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu metode

kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama minum pil.

d) Berikan KPK untuk klien yang menyusui tidak eklusif setelah 6

minggu pasca melahirkan bila belum menstruasi berikan metode

tambahan selama 7 hari.

e) Pada klien yang tidak menyusui dapat mulai menggunakan KPK

kapan saja antara hari ke 21-28 setelah melahirkan. Berikan KPK

28
kapan saja untuk mulai digunakan dalam 7 hari ini. Tidak perlu

metode kontrasepsi tambahan. Jika klien belum menstruasi, klien

dapat mulai menggunakan KPK kapan saja jika yakin tidak hamil.

Perlu metode kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama minum

pil.

f) Segera Jika klien mulai menggunakan KPK dalam 7 hari setelah

keguguran atau aborsi trimester 1 atau 2, tidak perlu metode

kontrasepsi tambahan. Jika klien mulai menggunakan KPK lebih

dari 7 hari setelah keguguran atau aborsi, ia dapat mulai

menggunakan KPK kapan saja jika yakin tidak hamil.

Perlu metode kontrasepsi tambahan untuk 7 hari pertama minum pil

g) Setelah selesai menggunakan kondar, klien dapat segera mulai

atau memulai Kembali pengguna KPK. Tidak perlu menunggu

menstruasi berikutnya. Pengguna rutin KPK yang membutuhkan

kondar karena keliru memakai KPK, dapat melanjutkan pil yang

tersisa dari kemasan yang sekarang.

2) Kontrasepsi Pil Progestin (KPP)

Pil yang mengandung progestin saja dengan dosis yang sangat

rendah seperti hormon progesteron alami pada tubuh perempuan.

Jenisnya adalah Kemasan 28 pil berisi Lynestrenol 0,5 mg

(Kontrasepsi Pil Progestin yang disediakan Pemerintah). Sangat

dianjurkan untuk ibu menyusui karena tidak mengganggu produksi

ASI.Cara Kerjanya adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lendir

serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma serta

29
menjadikan endometrium tipis dan atrofi. Waktu penggunaannya

adalah :

a) Jika belum menstruasi, klien dapat mulai menggunakan KPP

kapan saja antara sesudah melahirkan dan 6 bulan. Tidak perlu

metode kontrasepsi tambahan bila setelah 6 bulan pasac

melahirka perlu metode tambahan selama 2 hari pertama.

b) Jika telah menggunakan metode hormonal secara konsisten dan

benar atau jika yakin tidak hamil, KPP dapat segera digunakan.

Tidak perlu menunggu menstruasi bulan berikutnya. Tidak perlu

metode kontrasepsi tambahan

c) Jika klien mulai dalam 5 hari setelah permulaan menstruasi, tidak

perlu metode kontrasepsi tambahan. Jika mulai lebih 5 hari

setelah permulaan menstruasi, ia dapat mulai menggunakan

KPP kapan saja jika yakin tidak hamil. Perlu metode kontrasepsi

tambahan untuk 2 hari pertama minum pil.

d) Segera. Jika klien mulai menggunakan dalam 7 hari setelah

keguguran atau aborsi trimester 1 atau 2, tidak perlu metode

kontrasepsi tambahan. Jika klien mulai menggunakan KPP lebih

dari 7 hari setelah keguguran/aborsi trimester 1 atau trimester 2,

ia dapat mulai menggunakan KPP kapan saja jika yakin tidak

hamil. Perlu metode kontrasepsi tambahan untuk 2 hari pertama

minum pil.

e) Setelah selesai menggunakan kondar perempuan dapat segera

mulai atau memulai kembali penggunaan KPP. Tidak perlu

menunggu menstruasi berikutnya. Pengguna rutin KPP yang

30
membutuhkan kondar karena keliru memakai KPK, dapat

melanjutkan pil yang tersisa dari kemasan saat ini.

c. Kondom

Merupakan selubung/sarung karet yang berbentuk silinder dengan

muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau

mempunyai bentuk seperti putting susu yang dipasang pada penis

saat hubungan seksual Terbuat dari berbagai bahan diantaranya

lateks (karet), polyurethane, polyisoprene, kulit domba, dan nitrile.

Cara kerjanya adalah dengan menghalangi terjadinya pertemuan

sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung

selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut

tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Khusus untuk

kondom yang terbuat dari lateks dan vinil dapat mencegah penularan

mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu

pasangan kepada pasangan yang lain. Waktu Pemakaian adalah

kapan saja laki-laki atau pasangan menginginkan perlindungan

terhadap kehamilan atau IMS.

31
BAB V DOKUMENTASI

Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB adalah suatu kegiatan

mencatat dan melaporkan berbagai aspek yang berkaitan dengan

pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh klinik KB, BPS maupun

fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Kegiatan pencatatan dan

pelaporan merupakan suatu proses untuk mendapatkan data dan

informasi yang merupakan substansi pokok dalam sistem informasi

program KB Nasional dan dibutuhkan untuk kepentingan operasional

program. Data dan informasi juga merupakan bahan pengambilan

keputusan, perencanaan, pemantauan dan penilaian serta pengendalian

program. Oleh karena itu data dan informasi yang dihasilkan harus

akurat, tepat waktu dan dapat dipercaya. Pencatatan dan pelaporan

pelayanan kontrasepsi program KB ditujukan kepada kegiatan dan hasil

kegiatan operasional yang meliputi :

A. Kegiatan pelayanan kontrasepsi

Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi yang dimaksud adalah pelayanan

kontrasepsi yang meliputi pelayanan peserta KB baru dan pelayanan

ulang kepada peserta KB yang meliputi kegiatan pemberian kontrasepsi

ulang, pencabutan dan pemasangan ulang IUD dan Implant, pelayanan

ganti cara, penanganan kasus komplikasi berat, dan penanganan kasus

kegagalan. Selanjutnya hasil dari pelayanan kontrasepsi tersebut dicatat

dalam blanko R/I/KB.

32
B. Hasil kegiatan pelayanan kontrasepsi

Khusus untuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelayanan

kontrasepsi, terkait dengan keburuhan yang berbeda, dilakukan dalam

dua versi yakni :

1. Sesuai dengan format dari BKKBN

2. Sesuai dengan format dari Kementrian Kesehatan

C. Pencatatan keadaan alat-alat kontrasepsi

Kegiatan pencatatan jumlah persediaan alat kontrsepsi dilakukan

kurun waktu satu bulan. Setiap penerimaan dan pengeluaran jenis

alat/obat kontrasepsi dicatat dan hasil pencatatan tersebut dibuat

rekapitulasi dan merupakan sumber data untuk pengisisan laporan

bulanan dalam Formulir R/II/KB.

DITETAPKAN DI : CIKALONGWETAN
PADA TANGGAL : 22 Agustus 2022
DIREKTUR,

dr. Hj. Maisara S.R.Hanif,MARS


NIP. 197411162005012002

33

Anda mungkin juga menyukai