PONEK 24 JAM
1
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa
bahwa atas rahmat dan karuniahnya akhirnya buku pedoman program Rumah Sakit
Sayang Ibu dan Bayi RSUD Pesanggrahan dapat diterbitkan.
Tidak lupa pula kami mengucapkan terimaksih kepada seluruh tim penyusun
yang telah membantu sehingga buku pedoman ini dapat di selesaikan.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Dasar Hukum........................................................................................2
A. DEFINISI..............................................................................................3
B. TUJUAN...............................................................................................4
C. SASARAN............................................................................................4
D. TAHAPAN PELAKSANAAN..................................................................4
A. UMUM................................................................................................12
D. MEKANISME RUJUKAN....................................................................14
A. KEMENTRIAN KESEHATAN..............................................................17
ii
BAB VI PENCATATAN DAN PELAPORAN RSSIB................................................20
B. MEKANISME......................................................................................20
C. TUJUAN.............................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang
menjadi indikator kualitas kesehatan masyarakat di suatu negara, ternyata
masih tergolong tinggi di Indonesia, yaitu AKI : 307/100.000 KH (SDKI
2002/2003) dan AKB : 35/100.000 KH (SDKI 2002/2003). Sedangkan target
RPJMN Depkes 2004-2009 AKI : 226/100.000 KH dan AKB : 26/100.000 KH.
Pemerintah telah bertekad untuk menurunkan AKI pada tahun 2010 menjadi
125/100.000 KH dan AKB menjadi 25/100.000 KH. Untuk mencapai target
tersebut diperlukan suatu strategi yang handal dan peran serta seluruh
lapisan masyarakat.
Berbagai program telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan AKI
dan AKB di Indonesia, seperti Safe Motherhood, Program Rumah Sakit
Sayang Ibu dan Bayi, Making Pregnancy Safer, dll. Pelayanan kesehatan ibu
dan bayi merupakan pelayanan yang berkesinambungan dan saling terkait.
Kesehatan bayi ditentukan sejak bayi dalam kandungan. Di sisi lain
kesehatan ibu dapat berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang
dikandungnya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka upaya penurunan AKI
dan AKB merupakan kegiatan yang saling terkait. Oleh karena itu program
Rumah Sakit Sayang Bayi tidak dapat dipisahkan dengan Program Rumah
Sakit Sayang Ibu, menjadi satu program yaitu Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi (RSSIB).
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingginya AKI dan AKB
adalah proses rujukan yang masih belum mantap, antara lain karena rujukan
yang terlambat dan ketidaksiapan fasilitas kesehatan terutama di tingkat
rujukan primer (Puskesmas) untuk melakukan Pelayanan Obstetrik Neonatal
Esensial Dasar (PONED) dan ditingkat rujukan sekunder (RS
kabupaten/kota) untuk melakukan Pelayanan Obstetrik Neonatus Emergensi
Komprehensif (PONEK). Keadaan ini antara lain disebabkan kurang jelasnya
tugas dan wewenang masing-masing pihak yang terkait di perbagai tingkat
pelayanan, serta tidak meratanya kemampuan teknis untuk melakukan
fungsi kedaruratan obstetrik dan neonatal. Padahal kalau ditinjau dari segi
penyediaan fasilitas kesehatan, Indonesia sebenarnya telah mengalami
peningkatan, misalnya cakupan pelayanan kesehatan umum telah
mencakup rata-rata sekitar 70%. Akan tetapi cakupan pelayanan yang
berkualitas bagi ibu hamil, begitu juga cakupan pertolongan persalinan yang
aman masih belum mencapai 50%.
1
Diharapkan bahwa dengan diterapkannya program RSSIB maka
upaya penurunan AKI dan AKB khususnya Angka Kematian Perinatal di DKI
Jakarta dapat dipercepat melalui kesiapan RSSIB RSUD Pesanggrahan.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang RI nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
(Lembaran Negara nomor 4431 tahun 2004).
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 33 tahun 2012 Tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1333/Menkes/Per/SK/II/1988
tentang Standar pelayanan rumah sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 450/MENKES/SK/IV/2004
tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di
Indonesia.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 237/MENKES/SK/IV/1997
tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu.
2
BAB II
RUMAH SAKIT SAYANG IBU & BAYI (RSSIB)
A. DEFINISI
1. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu akibat proses
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup
pada masa tertentu.
2. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi di bawah umur 1
tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun.
3. Pelayanan antenatal (Antenatal care) adalah Pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga profesional kepada ibu selama masa kehamilannya
sesuai dengan standar pelayanan antenatal.
4. Rumah sakit mampu PONEK adalah Rumah sakit sayang ibu dan bayi yang
menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara
komprehensif dan terintegrasi. Hal ini harus dapat terukur melalui Penilaian
Kinerja Manajemen. Standard kinerja harus terpenuhi.
5. ASI Eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu saja tanpa makanan atau
minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan.
6. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah segera meletakkan bayi di dada ibunya,
kontak kulit dengan kulit (skin to skin contact) segera setelah lahir setidaknya
satu jam atau lebih sampai bayi menyusu sendiri.
7. Angka Menyusui Eksklusif adalah proporsi bayi di bawah 6 bulan yang
menyusui secara eksklusif.
8. Audit Maternal Perinatal (AMP) adalah suatu kegiatan untuk menelusuri
sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah
kematian dan kesakitan di masa yang akan datang.
9. Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah Perawatan untuk bayi baru lahir
yang menggunakan badan ibu (skin to skin contact) untuk menghangatkan
bayinya terutama untuk Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
10. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram, yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama
setelah lahir.
11. Kelompok pendukung ASI (KP ASI) adalah kelompok binaan RS untuk ibu
hamil dan ibu baru melahirkan dimana ibu bisa berkumpul bersama-sama
untuk saling memberi informasi dan saling membantu seputar masalah hamil
dan menyusui.
3
12. Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit pemerintah
maupun swasta, umum maupun khusus yang telah melaksanakan 10
Langkah Menuju Perlindungan Ibu dan Bayi secara terpadu dan paripurna.
B. TUJUAN
1. UMUM
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam
upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB).
2. KHUSUS
a. Melaksanakan dan mengembangkan standar pelayanan perlindungan
ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk
kepedulian terhadap ibu dan bayi
c. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi
pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan
kegawatdaruratan (RS mampu PONEK)
d. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya
e. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis
dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, Rawat Gabung dan
pemberian ASI Eksklusif
f. Meningkatkan fungsi RS dalam perawatan Metode Kanguru (PMK) pada
BBL
g. Melaksanakan sistem monitoring & Evaluasi pelaksanaan program
RSSIB yang meliputi 10 langkah.
C. SASARAN
1. Pelayanan Obstetri Gynekologi.
2. Pelayanan anak.
3. Instalasi Gawat Darurat.
D. TAHAPAN PELAKSANAAN
1. Langkah 1
Ada kebijaksanaan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan
kesehatan ibu dan bayi termasuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Pemberian
ASI eksklusif dan indikasi yang tepat untuk pemberian susu formula serta
4
Perawatan Metode Kanguru (PMK) untuk Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
a. Pelaksanaan
1) Direktur rumah sakit membuat kebijakan tertulis tentang:
5
f. Ogie Pretyana Yulia, Amd. Kep
g. Yuli, Amd. Kep
h. Lilik Sulistyo Rini, Amd. Kep
c. Format pelaporan/ protab-protab RSUD Pesanggrahan dalam
pelaksanaan program RSSIB sebagai berikut:
1) Kegawatdarurat kebidanan
2) Kegawatdaruratan neonatal
3) Pelayanan antenatal
4) Persalinan bersih dan aman (APN) termasuk persalinan yang
ditunggu oleh suami dan keluarga
5) Perawatan bayi baru lahir (perinatologi) termasuk pemberian vitamin
K1 injeksi (untuk bayi normal setelah IMD, bayi sakit setelah
resusitasi) dan salep/tetes mata
6) Perawatan nifas dan rawat gabung
7) Perawatan PMK untuk bayi BBLR dan prematur
8) Pencegahan infeksi nosokomial
9) Pelaksanaan 10 langkah keberhasilan menyusui (termasuk IMD,
membantu ibu dalam masalah pelekatan dan cara menyusui yang
benar, on demand, ASI Eksklusif)
10) Tindakan medis dan operasi sesar
11) Hygiene perineum
12) Pelayanan kebutuhan darah, obat dan cairan untuk pasien
13) Pelayanan penunjang laboratorium dan radiologi
14) Keluarga berencana
15) Imunisasi
16) Audit Maternal Perinata
d. Adanya pertemuan berkala untuk melakukan evaluasi program RSSIB
pada RSUD Pesanggrahan.
2. Langkah 2
Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan
maternal dan neonatal, serta konseling pemberian ASI.
Pelaksanaan
a. Adanya pelayanan antenatal sesuai standar di poliklinik kebidanan
RSUD Pesanggrahan.
b. Melakukan penapisan dan pengenalan dini kehamilan risiko tinggi dan
komplikasi kehamilan.
c. Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai keuntungan
pemberian ASI, manajemen laktasi termasuk IMD dan rawat gabung,
6
penyuluhan gizi dan penyuluhan “perubahan pada ibu dan janin serta
kebutuhan setiap trimester kehamilan, persiapan persalinan, tanda-
tanda bahaya” di poliklinik dan ruangan-ruangan perawatan RSUD
Pesanggrahan dengan menggunakan multimedia dan media cetak
berupa leafleat.
d. Diterapkannya upaya pencegahan infeksi dalam pelayanan antenatal
seperti pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
e. Melibatkan suami saat pemeriksaan & penyuluhan konseling
f. Memberikan konseling kepada ibu hamil yang terinfeksi HIV
g. Semua petugas di bagian kebidanan dan anak dapat memberikan
informasi kepada ibu-ibu paska persalinan mengenai cara menyusui
yang benar dan pentingnya ASI.
3. Langkah 3
Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada
bayi baru lahir dengan Inisiasi Menyusu Dini dan kontak kulit ibu-bayi.
Pelaksanaan
a. Melakukan penapisan risiko persalinan dan pemantauan persalinan
b. Diterapkannya standar pelayanan kebidanan pada persalinan
c. Adanya fasilitas kamar bersalin sesuai standar
d. Adanya fasilitas pencegahan infeksi sesuai standar
e. Adanya fasilitas peralatan resusitasi dan perawatan bayi baru lahir
f. Adanya fasilitas kamar operasi sesuai standar
g. Inisiasi Menyusu Dini : skin to skin contact, perhatikan tanda-tanda
bayi siap menyusui, bayi mulai menghisap.
h. Perawatan bayi baru lahir termasuk pemberian vitamin K1 injeksi &
tetes/salep mata (tetrasiklin/eritromisin) setelah selesai IMD
i. Adanya pelatihan berkala bagi dokter, bidan dan perawat (in house
training) dalam penanganan persalinan aman dan penanganan pada
bayi baru lahir
j. Adanya pelatihan IMD neonatus
k. Adanya pelatihan Manajemen laktasi
l. Penanggung jawab program perinatal risiko tinggi dan program
RSSIB berkoordinasi melalui pertemuan lintas sektor maupun lintas
program secara rutin.
4. Langkah 4
7
Menyelenggarakan Pelayanan mampu PONEK (Pelayanan Obstetrik dan
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) sesuai dengan standar
minimal RSUD Pesanggrahan.
Pelaksanaan
a. Ada dokter jaga yang terlatih di IGD untuk mengatasi kasus
emergensi baik secara umum maupun emergency obstetrik-neonatal
b. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di
rumah sakit meliputi resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik
dan neonatus
c. Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan
penanganan pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal
d. Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan
obstetrik dan neonatal
e. Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu
f. Mempunyai standar respon time di IGD selama 5 menit, di kamar
bersalin kurang dari 30 menit, pelayanan darah kurang dari 1 jam
g. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan
operasi, bila ada kasus emergensi obstetrik atau umum
h. Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau melaksanakan
tugas sewaktu-waktu, meskipun on call
i. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara
lain dokter kebidanan, dokter anak, dokter/petugas anestesi, dokter
penyakit dalam, dokter spesialis lain serta dokter umum, bidan dan
perawat
j. Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam
k. Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK,
seperti Laboratorium dan Radiologi selama 24 jam, obat dan alat
penunjang yang selalu siap tersedia
l. Perlengkapan
1) Semua perlengkapan bersih (bebas debu, kotoran, bercak,
cairan dll).
2) Permukaan metal bebas karat atau bercak.
3) Semua perlengkapan kokoh (tidak ada bagian yang longgar atau
tidak stabil).
4) Permukaan yang dicat utuh dan bebas dari goresan besar
5) Roda perlengkapan lengkap dan berfungsi dengan baik
6) Instrumen yang sudah disterilisasi
7) Semua perlengkapan listrik berfungsi baik (saklar, kabel dan
steker menempel kokoh)
8
5. Langkah 5
Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk
membantu ibu menyusui yang benar, termasuk mengajarkan ibu cara
memerah ASI bagi bayi yang tidak bisa menyusu langsung dari ibu dan
tidak memberikan ASI perah melalui botol serta pelayanan neonatus sakit.
Pelaksanaan
a. Praktekkan rawat gabung-ibu dan bayi bersama 24 jam sehari
b. Adanya pemantauan infeksi nosokomial pada bayi yang dirawat
gabung
c. Melakukan manajemen laktasi dan perawatan bayi
d. Adanya tata tertib/jam kunjungan ibu dan bayi
e. Adanya larangan promosi susu formula di RS dan lingkungannya
f. Melaksanakan pemberian ASI sesuai kebutuhan bayi atau sesering
semau bayi
g. Tidak memberikan minuman dan makanan kepada bayi baru lahir
selain ASI kecuali ada indikasi medis
h. Melaksanakan Perawatan Metode Kanguru untuk bayi kurang
bulan/BBLR (Kangaroo Mother Care)
i. Memberitahu ibu bagaimana cara menyusui yang benar
j. Tidak memberikan dot/kempeng pada bayi
k. Tetap mempertahankan laktasi walaupun harus terpisah dari bayinya
dengan memerah ASI
l. Adanya fasilitas ruang nifas sesuai standar
m. Melakukan Perawatan nifas
n. Melakukan Hygiene perineum
o. Pencegahan infeksi nosokomial pada ibu yang dirawat
6. Langkah 6
Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring
rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana lain.
Pelaksanaan
a. RS sebagai pembina wilayah rujukan
b. Menyediakan pelayanan ambulan 24 jam
c. Melaksanakan umpan balik rujukan
d. Menyelenggarakan pelatihan PONEK atau pelatihan YanKes ibu bayi
lainnya bagi semua petugas yang terkait dan bagi petugas
9
Puskesmas/Rumah Bersalin dan Bidan praktek swasta di wilayah
lingkup rujukan
e. Membina jejaring rujukan ibu-bayi dengan sarana kesehatan lain di
wilayah binaannya.
7. Langkah 7
Menyelenggarakan pelayanan Imunisasi bayi dan tumbuh kembang
Pelaksanaan
a. Menyelenggarakan konseling dan pelayanan imunisasi bayi di RS
sesuai dengan usia
b. Memantau tumbuh kembang bayi sejak lahir (stimulasi, deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang)
c. Memantau dan mengusahakan pemberian ASI eksklusif pada bayi
d. Penanganan penyakit bayi sesuai standar
8. Langkah 8
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan Keluarga Berencana termasuk
pencegahan dan penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta
kesehatan reproduksi lainnya.
Pelaksanaan
a. Menyelenggarakan konseling mengenai KB dan kontrasepsi termasuk
Metode Amenorhea Laktasi (LAM) untuk pasien dan suami sebelum
meninggalkan RS.
b. Menyelenggarakan pelayanan KB paripurna termasuk kontrasepsi baik
untuk perempuan maupun pria.
c. Menyelenggarakan konseling mengenai kesehatan reproduksi
termasuk konseling pranikah.
9. Langkah 9
Melaksanakan Audit Maternal dan Perinatal rumah sakit secara periodik dan
tindak lanjut.
Pelaksanaan
a. Menyelenggarakan pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh
RS dan direktur memimpin acara dan moderator pembahasan klinisnya
adalah dokter ahli.
b. Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal di RS di audit dengan
mengkaji riwayat penanganan kasus sejak: timbulnya gejala pertama
dan penanganan oleh keluarga/tenaga kesehatan di rumah, proses
10
rujukan yang terjadi, siapa yang memberi pertolongan dan apa saja
yang telah dilakukan, sampai kemudian meninggal atau dapat
dipertahankan hidup.
c. Masing-masing tim membuat rencana pertemuaan dan menyiapakan
bahan/data sesuai bidang tugasnya dan melaporkan hasil pertemuan
pelaksanaan audit untuk menyelesaikan masalah dan rencana tindak
lanjut kepada direktur RSUD Pesanggrahan.
10. Langkah 10
Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti
pemberian ASI eksklusif dan PMK
Pelaksanaan
a. Adanya kelompok binaan rumah sakit sebagai pendukung ASI dan
PMK, dimana angota kelompok ini akan saling membantu dan
mendukung pemberian ASI eksklusif termasuk pelaksanaan PMK
b. Adanya fasilitas tempat penitipan anak dan bayi bagi pegawai RS dan
lingkungannya
c. Adanya ruang menyusui
d. Mendokumentasikan kegiatan kelompok pendukung ASI
11
BAB III
SISTEM DAN PROSEDUR PROGRAM RSSIB
A. UMUM
RSSIB adalah program pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi yang
merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung berbagai
kegiatan profesi (multi disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan
perlindungan Ibu dan Bayi secara terpadu dan paripurna utamanya di RSUD
Pesanggrahan.
12
8. Penunjung diagnostik dan penunjang dalam pengobatan merupakan
pendukung dalam pelaksanaan program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi.
13
14
D. MEKANISME RUJUKAN
Sistem rujukan ialah sistem jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya pelimpahan tanggung jawab atas problem yang
timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih mampu.
Pelimpahan tanggung jawab tersebut meliputi berbagai jenis rujukan yang
dapat dibedakan sebagai berikut:
9. RUJUKAN MEDIS
a. Rujukan Pasien :
Adalah pengiriman pasien (dalam hal ini Maternal dan Perinatal)
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan yang kurang mampu kepada
unit kesehatan yang lebih mampu. Sebaliknya unit kesehatan yang
lebih mampu akan mengembalikan pasien ke unit yang mengirim
untuk pengawasan/melanjutkan yang diperlukan.
1) Persiapan Rujukan Pasien :
a) Menyiapkan petugas yang terampil dan terlatih dalam
penanganan maternal dan perinatal.
b) Bila Sarana Prasarana tidak memungkinkan dilakukan
pertolongan segera buat surat rujukan.
c) Penjelasan kepada pihak keluarga alasan pasien dirujuk ke
rumah sakit.
d) Alur PONED, bila tidak bisa ditangani dirujuk ke rumah sakit.
e) Mencatat hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilaksanakan
di dalam penanganan Maternal dan Perinatal.
f) Pasien didampingi oleh petugas kesehatan berangkat ke
rumah sakit rujukan.
15
10. RUJUKAN KESEHATAN
a. Rujukan Iptek dan Keterampilan:
Yaitu pengalihan pengetahuan dan ketrampilan, misalnya:
1) Penugasan dokter terutama Bedah, Penyakit Kebidanan dan
Kandungan, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak dari RS kelas A, B,
ke RS kelas C (terutama untuk melakukan tindakan) diatur dengan
MOU antar RS dan memerlukan SIP tersendiri. Kunjungan tersebut,
digunakan untuk konsultasi, observasi, pengobatan, diskusi dan
ceramah.
2) Pengiriman asisten ahli senior (yang hampir lulus) ke RS kelas B, C
yang belum ada dokter ahlinya untuk jangka waktu tertentu dalam
rangka penyelesaian spesialisasinya.
3) Pengiriman tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat, dll), dari RS
kelas C dan kelas B ke RS kelas A untuk mengikuti latihan
keterampilan dan tambahan pengetahuan dalam satu bidang
keahlian terutama bedah, kebidanan dan penyakit kandungan,
penyakit dalam dan kesehatan anak.
4) Alih pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan dibidang klinik,
managemen dan pengoperasian peralatan.
16
SKEMA RUJUKAN DAN JENJANG PELAYANAN
17
BAB IV
PERAN PUSAT DAN DAERAH
A. KEMENTRIAN KESEHATAN
1. Menyusun buku Pedoman Pelaksanaan Program RSSIB disahkan melalui
permenkes
2. Menyusun instrumen Monev RSSIB
3. Melakukan advokasi dan sosialisasi program kepada pemegang kebijakan di
tingkat nasional
4. Melakukan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan program RSSIB
secara berkala
5. Melakukan kerja sama koordinasi lintas sektor dan lintas program dalam
rangka optimalisasi program RSSIB
6. Mengadakan pelatihan program RSSIB
7. Melakukan penilaian RSSIB tingkat nasional
8. Melakukan pembinaan pelaksanaan program RSSIB di tingkat provinsi
9. Melakukan promosi RSSIB melalui berbagai media
18
4. Melakukan kerjasama/koordinasi lintas sektor dan lintas program dalam
rangka optimalisasi program RSSIB di tingkat kabupaten/kota
5. Bersama Dinkes Provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan program RSSIB se-wilayah kabupaten/kota secara berkala
6. Melakukan penilaian RSSIB tingkat kabupaten/kota
19
BAB V
PEMETAAN PELAKSANAAN PROGRAM RSSIB
1 SPESIALIS ANAK 1
2 PERAWAT PERITANOLOGI 4
3 DOKTER UMUM 8
5 BIDAN 9
20
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN RSSIB
B. MEKANISME
Pencatatan dan pelaporan RSSIB menggunakan format laporan
tersendiri yang diambil dari sistem pelaporan rumah sakit yang ada yaitu RL 1-
6. Rumah sakit diminta untuk mengisi format laporan RSSIB dari data RL
rumah sakit. Data kemudian dikirim ke dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
diteruskan ke dinas ksehatan provinsi.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna
2. Identifikasi masalah dalam pelaksanaan perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna
3. Sebagai dasar pembinaan RS tersebut menuju rumah sakit sayang ibu dan
bayi dan mempertahankan serta mengembangkannya
21
BAB VII
PENUTUP
Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB)
dengan 10 Langkah Menuju Perlindungan Ibu Bayi Secara Terpadu dan Paripurna
merupakan acuan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Pesanggrahan dalam
melaksanakan program RSSIB dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan
Angka Kematian Bayi di Indonesia.
Dua Indikator tersebut merupakan daya ungkit yang besar terhadap derajat
kesehatan secara menyeluruh. Sesuai dengan konsep dasar RSSIB yang bersifat
dinamis maka diharapkan setiap rumah sakit dapat melaksanakan terobosan baru
sehingga tidak hanya terbatas keberhasilan pelaksanaan 10 Langkah Menuju
Perlindungan Ibu Bayi Secara Terpadu dan Paripurna khususnya Rumah Sakit
Umum Daerah Pesanggrahan.
Diharapkan dengan diterapkannya buku Pedoman Pelaksanaan RSSIB ini
dapat memacu rumah sakit-rumah sakit di Indonesia agar semakin meningkatkan
mutu pelayanannya terutama pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
22
23