Anda di halaman 1dari 21

Lampiran

Surat Keputusan Direktur


RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
Pedoman Pelayanan Penurunan Prevalensi Stunting & Wasting ini dapat selesai dan menjadi
Pedoman di Rumah Sakit.
Saat ini kebutuhan akan standar pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting,
khususnya di Ruang Rawat Inap. Pedoman ini akan menjadi acuan bagi petugas untuk
menjalankan pelayanan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai
dengan batasan dan tanggung jawab masing-masing. Disamping itu, dengan adanya
pedoman ini agar senantiasa dapat menjaga mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran dari
berbagai pihak sangat kami harapkan untuk revisi dikemudian hari.
Akhir kata kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
terwujudnya Pedoman Pelayanan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Harapan Mulia.

Bekasi, 01 Agustus 2022


Penyusun,

Tim Penurunan Prevalensi Stunting & Wasting

i
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Tujuan pedoman.............................................................................................................. 1
C. Ruang Lingkup Pelayanan ................................................................................................ 2
D. Batasan operasional ........................................................................................................ 2
E. Landasan hukum.............................................................................................................. 2
BAB II STANDAR KETENAGAAN................................................................................................... 3
A. Kualifikasi SDM ................................................................................................................ 3
B. Distribusi ketenagaan ...................................................................................................... 3
C. Pengaturan jaga ............................................................................................................... 3
BAB III STANDAR FASILITAS ........................................................................................................ 4
A. Denah Ruang.................................................................................................................... 4
B. Standar Fasilitas Rawat Inap............................................................................................ 4
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ........................................................................................... 7
BAB V LOGISTIK ........................................................................................................................... 8
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ................................................................................................. 10
BAB VII KESELAMATAN KERJA .................................................................................................. 13
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ............................................................................................... 15
BAB IX PENUTUP ....................................................................................................................... 16

ii
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seribu hari pertama kehidupan merupakan masa kritis dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pada masa ini, anak rentan terkena masalah gizi. Salah satu
masalah gizi yang dihadapi masyarakat yaitu undernutrition, yang terdiri dari
underweight, kurus (wasting) dan stunting. Berdasarkan hasil Riskesdas, pada tahun
2018 prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30,8%. Sedangkan menurut WHO,
rata-rata prevalensi stunting pada tahun 2005-2017 mencapai 36,4% yang
merupakan tiga tertinggi di asia tenggara. Sedangkan prevalensi wasting pada tahun
2018 mencapai 10,2%(Riskesdas, 2018). Berdasarkan PHI, apabila prevalensi stunting
berada diantara 30-39% maka termasuk ke dalam high prevalence. Karenanya
prevalensi stunting di Indonesia termasuk ke dalam high prevalence dan merupakan
masalah kesehatan yang harus segera ditangani (WHO, 1995).
Stunting atau yang biasa disebut dengan balita pendek merupakan salah satu
masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat dunia termasuk Indonesia. Menurut
Kemenkes (2018), stunting adalah suatu kondisi dimana anak-anak, khususnya balita
memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang menurut umurnya. Sedangkan
wasting merupakan suatu kondisi dimana berat badan anak mengalami penurunan
dibawah rentang normal. Apabila kondisi ini berlangsung lama dan terus berlanjut
maka akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan motorik, kognitif, dan
verbal (Kemenkes, 2018). Gangguan perkembangan ini akan berdampak pada
kapasitas belajar sehingga prestasi anak menjadi kurang optimal, dan berdampak
pada proporsi kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Oleh karena
itu, rumah sakit perlu melakukan pelayanan gizi untuk pasien stunting dan wasting
sesuai dengan yang dicanangkan oleh pemerintah melalui program nasional. Program
kerja ini disusun sebagai acuan dalam memberikan pelayanan gizi untuk pasien
stunting dan wasting di RS Harapan Mulia tahun 2022 agar tetap dapat berjalan
dengan baik.

B. Tujuan pedoman
1. Adanya regulasi mengenai pelaksanaan pelayanan program penurunan prevalensi
stunting dan wasting di rumah sakit
2. Terbentuknya tim program penurunan prevalensi stunting dan wasting
3. Tercapainya kemampuan teknis Tim program penurunan prevalensi stunting dan
wasting sesuai standar

1
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1) Pelayanan intervensi spesifik stunting seperti infeksi, penyakit menular, status
gizi, dan lain-lain
2) Pelayanan Gizi Kurang dan atau Gizi Buruk
3) Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan wasting
4) Rumah sakit sebagai pendamping klinis dan manajemen serta jejaring rujukan
5) Program pemantauan dan evaluasi anak stunting (stunted)

D. Batasan operasional
1) Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting untuk memastikan kasus,
penyebab, dan tata laksana lanjut oleh dokter spesialis anak
2) Rumah sakit sebagai pusat rujukan balita gizi buruk dengan komplikasi medis
3) Rumah sakit melakukan pendampingan klinis dan manajemen serta penguatan
jejaring rujukan kepada rumah sakit dengan kelas di bawahnya dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di wilayahnya dalam tata laksana stunting dan
gizi buruk

E. Landasan hukum
1. Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 78 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Upaya Perbaikan Gizi
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 29 Tahun 2019 Tentang
Penanggulangan Masalah Gizi BagiAnak Akibat Penyakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik lndonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Standar Antropometri Anak
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 Tentang
Percepatan Penurunan Stunting

2
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu komponen penting untuk mendukung
terlaksananya pelayanan program penurunan stunting dan wasting. Tim pelaksana
pelayanan program penurunan stunting dan wasting terdiri dari berbagai bidang disipilin
ilmu baik dari kedokteran maupun penunjangnya dengan kualifikasi sebagai berikut :
a. Ketua : Dokter spesialis anak
b. Sekretaris : Ahli Gizi
c. Anggota : Perawat, Staf Instalasi Farmasi, Staf Rekam Medik

B. Distribusi ketenagaan
a. Ketua : 1 orang
b. Sekretaris : 1 orang
c. Anggota : Masing-masing 1 orang dari yang disebutkan pada poin kualifikasi
SDM

C. Pengaturan jaga
Dokter spesialis anak yang menjabat sebagai ketua bertugas mulai pukul 08.00-16.00.
untuk petugas lainnya mengikuti shift yang dibuat pada masing-masing unit pada shift 1
jam 07.00-14.00, shift 2 14.00-21.00, shift 3 21.00-07.00.

3
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Keterangan:
Rawat Inap di Rumah Sakit Harapan Mulia berada di lantai 3 dengan 1 nurse station dan
8 ruang perawatan terdiri dari:
1) Ruang Firdaus (VIP) 1 kamar 3003
2) Ruang Asyifa (kelas 1) 3 kamar 3101, 3102, 3103
3) Ruang As salam (kelas 2) 2 kamar 3201, 3202
4) Ruang Al hakim (kelas 3) 2 kamar 3301, 3302

B. Standar Fasilitas Rawat Inap


1) Sarana Fisik
Untuk mendukung pelayanan keperawatan di seluruh ruang perawatan RS
Harapan Mulia penyediaan fasilitas dan sarana disesuaikan dengan kapasitas
operasional tempat tidur.

No Nama Alat Standar Total Kekurangan


1. Stetoskop Dewasa 2 2
2. Bed Paramount 23 23
3. Thermometer Digital 4 2 2
4. Timbangan Dewasa 3 1 2
5. Tensimeter 3 2 1

4
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

6. CTG 1 1
7. Doppler 2 2
8 Lampu Sorot 3 2 1
9 Infus Pump 1 1
10 Flow Meter 16 16
11 Ambubag 1 1
12 Minor Set 4 4
13 Partus Set 1 1
14 X-Ray Viewer 1 1
15 Nebulizer 1 1
16 Meja Mayo 23 12 11
17 Bak Instrumen 1 1
18 Meja Suntik 1 1
19 Timbangan Bayi 1 1
20 Monitor 1 1
21 Waskom Besar 2 2
22 Nierbeken 4 4
23 Kursi Roda 2 2
24 Gelas Ukur 1 1
25 Oxygen Portable 1 1
26 Box Bayi 20 20
27 Pinset Anatomis 4 4
28 Pinset Cururgis 4 4
29 Arteri Klem 4 4
30 Pispot 2 2
31 Tiang Infus 23 23
32 Alat GDS 1
33 Trolly Emergency 1
34 Komputer 1
35 CPU 1
36 Keyboard 1
37 Mouse 1

5
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

38 Telephone 1
39 Kulkas Obat 1
40 Kulkas Minum 4
41 TV 1
42 Kipas Angin 1
43 AC 9
44 Meja Obat 1
45 Laci Obat
46 Loker 2
47 Tempat Sampah Besar 5
48 Tempat Sampah Kecil 8
49 Ember Besar 2
50 Ember Kecil 1
51 Gayung 1
52 Sofabed 1
53 Bak Mandi Bayi 1

Untuk memenuhi kebutuhan fasilitas dan peralatan di atas harus dilakukan


perencanaan secara periodik tiap semester atau tahunan yang menyangkut
penambahan, pergantian dan pemeliharan.
Pengelolaan peralatan di ruangan diserahkan kepada ruangan masing-masing,
dimana kepala ruangan menunjuk salah satu perawat sebagai penanggung jawab
alat yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk membantu kepala ruangan dalam
hal:
 Pengecekan alat
 Merekap frekuensi pemakaian alat
 Membuat laporan inventarisasi alat
 Membuat program pemeliharaan
Seluruh perawat mempunyai tanggung jawab terhadap keberadaan fasilitas
dan peralatan di ruangan sehingga salah satu mekanisme yang dilaksanakan
adalah serah terima alat setiap pergantian shift.

6
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Penyelenggaraan pelayanan dalam program penurunan prevalensi stunting dan wasting


di Rumah Sakit meliputi berbagai pelayanan dalam upaya mengatasi masalah gizi akibat
penyakit seperti Stunting, Gizi Kurang, Gizi Buruk. Adapun tata laksananya meliputi :

1. Skrining masalah gizi untuk menemukan permasalahan gizi dan pelayanan yang
diperlukan, meliputi pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan klinis. Penentuan
layanan yang diperlukan berdasarkan :
A) Rawat jalan untuk balita usia 6-59 bulan dengan gizi buruk tanpa komplikasi,
biasanya layanan ini dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama/Puskesmas
B) Rawat inap untuk bayi <6 bulan dengan gizi buruk (dengan atau tanpa
komplikasi), balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan komplikasi dan/atau penyakit
penyerta yang memerlukan rawat inap, semua balita diatas 6 bulan dengan berat
badan <4 kg
2. Hasil skrining dijadikan dasar untuk penegakan diagnosis oleh dokter ataupun dokter
spesialis anak
3. Penanganan kasus dilakukan berdasarkan diagnosis penyebab dan tata laksana
masalah gizi yang sesuai oleh tim yang sudah terbentuk
4. Apabila diperlukan diberikan pemberian PKMK sesuai dengan resep dokter spesialis
anak berdasarkan indikasi medis. PKMK yang dimaksud meliputi :
a) PKMK untuk gagal tumbuh, gizi kudang dan gizi buruk berupa oral nutrition
supplement dengan kandungan energi >0,9 kkal/ml
b) PKMK untuk bayi sangat prematur dan bari berat lahir sangat rendah berupa
formula prematur dengan ketentuan kandungan energi minimal 24 kkal/30ml
dan atau pelengkap gizi ASI
c) PKMK untuk alergi protein susu sapi berupa formula berbasis susu sapi dengan
protein terhidrolisat ekstensif atau asam amino bebas
d) PKMK untuk kelainan metabolisme bawaan berupa formula dengan komposisi
makronutrien dan mikronutrien yang sesuai dengan kelainan metaolisme
bawaan yang diderita

7
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

BAB V
LOGISTIK

1. Prosedur Penyediaan Alat Tulis Kantor (ATK) dan Alat Rumah Tangga (ART)
Permintaan kebutuhan ATK dan ART merupakan permintaan rutin, untuk
permintaan kebutuhan ATK dan ART dilakukkan setiap hari Senin dan Jumat. Dengan
membuat form permintaan ke gudang logistik, lalu menyerahkan ke petugas gudang.
2. Perencanaan Peralatan (Investasi)
a. Menyusun perencanaan kebutuhan peralatan di Rawat Inap sesuai kebutuhan.
b. Untuk kebutuhan investasi/alat yang bersifat cito dan tidak ada didalam
perencanaan, serta memerlukan biaya yang tinggi, maka perlu ada persetujuan dari
Direktur Utama Rumah Sakit.
3. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat
a. Pemakaian alat kesehatan yang digunakan oleh pasien mengambil dari stok depo
ruangan Rawat Inap, diresepkan kedalam Lembar Obat Pasien kedalam langsung
dimintakan ke bagian farmasi untuk pergantian stok yang sudah diambil.
b. Jika ada alat kesehatan yang bersifat cito dan di stok depo ruangan Rawat Inap tidak
ada maka dokter langsung membuatkan resep manual dan dimintakan ke bagian
farmasi.
4. Perencanaan Peralatan
a. Pengecekan alat kesehatan di stok depo ruangan Rawat Inap dilakukan satu minggu
sekali (dilakukan oleh penanggung jawab alat kesehatan ruangan).
b. Pengecekan alat medis dilakukan 1 bulan sekali (dilakukan oleh Petugas Teknik
Elektro Medik).
c. Maintenance alat medis dilakukan 2 bulan sekali (dilakukan oleh Petugas Teknik
Elektro Medik).
d. Kalibrasi alat medis dilakukan 1 tahun sekali (dilakukan oleh Petugas Teknik Elektro
Medik)
NO NAMA ALKES JUMLAH HARGA EXPIRED DATE
1 SPUIT 1 CC 2 Nov - 2024
2 SPUIT 3 CC 2 Dec - 26
3 SPUIT 5 CC 2 Jul-26
4 SPUIT 10 CC 2 Jun-24
5 SPUIT 50 CC 1 Jan - 2025
6 NRM 1 Apr-26
7 02 NASAL DEWASA 1 Nov - 2026
8 KATETER NO I6 2 Jun-26
9 URINE BAG 2 Aug-26

8
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

10 HANDSCOON STERIL 2 Oct-26


11 RL (WIDATRA) 500 ML 2 Jun-26
12 NACL (WIDATRA) 100 ML 2 11/19/2023
13 D5% (WIDATRA) 500ML 1 Dec-23
14 ABOCATH NO 18 2 Feb-25
15 ABOCATH NO 22 2 Dec-25
16 ABOCATH NO 20 2 Nov - 2025
17 BLOOD SET 2 4/20/2026
18 UNDERPAD 2
19 LOMATUELL 1 Sep-25
20 MGSO4 40 % 2 8/4/2023
21 CEFTRIAXONE 2 Mar-23
22 ASAM TRANEKSAMAT 1 Mar-23
23 OXYTOCIN 4 Nov - 2024
24 KETOROLAC 1 Jun-23

9
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien di ruang bersalin menjadi
lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan seperti
nyeri, perdarahan, henti nafas/jantung, pasien jatuh.
Asuhan tersebut meliputi:
1. Assessment resiko
2. Identifikasi pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
3. Pelaporan dan analisa insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien (Patient Safety):
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS Harapan Mulia
b. Meningkatnya akuntabilitas bidan dan dokter terhadap pasien dan keluarga
c. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di RS Harapan Mulia

C. Standar Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
progam peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

D. 7 Langkah Keselamatan Pasien


Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf anda
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

E. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

10
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

Adverse Event:
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil suatu tindakan yang
seharusnya diambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera
dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah.

F. Kejadian Tidak Diharapkan Yang Tidak Dapat Dicegah


Unpreventable Adverse Event:
Suatu kejadian tidak diharapkan akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan yang mutakhir.

G. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


Near Miss:
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission) yang dapat menciderai pasien
tetapi cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan (misalnya pasien terima suatu
obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat) karena pencegahan (suatu obat
dengan overdosis lethal akan diberikan tetapi staf lain mengetahui dan
membatalkannya sebelum obat diberikan) atau peringanan (suatu obat dengan
overdosis lethal diberikan tetapi diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).

H. Kesalahan Medis
Medical Errors
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien termasuk gagal melaksanakan
sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai
tujuannya, dapat merupakan akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).

I. Insiden Keselamatan Pasien


Patient Safety Incident
Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
J. Kejadian Sentinel
Sentinel Event
Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera serius.
Biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima
seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait dengan

11
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

keseriusan cedera yang terjadi sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

12
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehinggga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat
luas.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting
artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan
daya saing bangsa, serta pembangunan. Tenaga kesehatan yang perlu kita perhatikan
yaitu semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas
kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga atau petugas
kesehatan mempunyai resiko berasal dari faktor fisik, kimia. Ergonomi dan psikososial.
Variasi, ukuran , tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan dan
keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi
darana dan prasarana, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat.
Setiap unit harus mampu mengidentifikasi mesalaha kesehatan dan keselamatan
kerja, termasuk unit pelayanan. Karena sebagian besar unit pelayanan ada hubungan
keterkaitan dengan tenaga keperawatan, maka perawat di RS Harapan Mulia harus
mengidentifikasi kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS Harapan Mulia
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang bahaya
kecelakannya menjadi bertambah tinggi.

13
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

C. Tata Laksana Keselamatan Karyawan Di Pelayanan


1. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi
yaitu:
a. Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi.
b. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas keki
tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen
yaitu: urine, darah, muntah, secret, dll
c. Melakukan prasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur yang
ada, misalnya: memasang catheter, menyuntik, menjahit luka, memasang infus,
dll.
d. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani pasien.
2. Terdapat tempat sampah infeksius dan noninfeksius.
3. Mengelola alat diruang perawatan (dekontaminasi).
4. Dekontaminasi alat kritis dikelola oleh CSSD
5. Dekontaminasi alat semi kritikal dikelola oleh CSSD.
6. Dekontaminasi alat non kritikal dengan menggunakan sabun detergen.
7. Menggunakan baju kerja yang bersih

14
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk mengendalikan mutu, maka diperlukan beberapa evaluasi, prinsip dasar


peningkatan mutu adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan menetapkan
indikator, kriteria standar yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan rumah sakit,
yaitu:
1. Definisi Indikator adalah
Ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukansuatu indikasi. Indikator merupakan
suatu variable yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indicator yang baik adalah
yang sensitive tapi juga sepesifik.
2. Kreteria
Adalah spesifikasi dari indikator.
3. Standar
a. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau perestasi yang sangat baik.
b. Suatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.

Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan


prinsip dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian.
b. Efisiensi
c. Keamanan dan kepuasan pasien
d. sarana dan lingkungan Fisik
2. Pemilihan Indikator yang berdasarkan data, bisa mendorog intervensi,bersifat umum dan
untuk menilai output daripada input dan proses.
3. Kreteria yang digunakan dapat diukur dan dihitung sehingga dapat digunakan menilai
mutu baik atau mutu buruk.
4. Standar yang digunakan mempunyai acuan sumber dan berdasar trend menuju
kebenaran
5. Indikator departemen kerja adalah cara mengukurgambaran perfoma departemen kerja.

15
Lampiran
Surat Keputusan Direktur
RS. Harapan Mulia
Nomor : 178/SK-DIR/PROGNAS/RSHM/VIII/2022
Tanggal : 01 Agustus 2022

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Stunting dan Wasting merupakan pedoman bagi tim stunting dan
seluruh karyawan RS Harapan Mulia dalam memberikan asuhan dengan sebaik-baiknya.
Pelayanan yang diberikan berfokus pada pasien sebagai dari pusat dari seluruh pelayanan.
Pedoman pelayanan ini merupakan pedoman yang menyesuaikan dengan perkembangan
pelayanan tata laksana gizi buruk rumah sakit, sehingga akan di revisi sesuai perkembangan
dan situasi kondisi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Harapan Mulia.

Ditetapkan di : Bekasi
Tanggal : 01 Agustus 2022
Rumah Sakit Harapan Mulia

dr. Muji Hastuty TR, MARS


Direktur

16

Anda mungkin juga menyukai