Anda di halaman 1dari 30

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO

KANTOR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jln. Andi Djaja Nomor 01 Siwa Kec. Pitumpanua Tlp/Fax 0472-321003 Kode Pos 90992

KEPUTUSAN BUPATI WAJO


NOMOR 035 TAHUN 2015

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIWA

BUPATI WAJO

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Umum Siwa maka diperlukan penyelenggaraan gizi yang bermutu
tinggi.
b. Bahwa agar pelayanan gizi di rumah sakit umum siwa dapat terlaksana
dengan baik perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Siwa.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
butiran a dan b perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah Siwa

Mengingat 1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
nomor 112 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5038);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : MENETAPKAN KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SIWA
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Siwa
Sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan gizi
Rumah Sakit Umum Daerah Siwa dilaksanakan oleh Seksi
Pelayanan dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Siwa.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya,dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : SIWA
Pada Tanggal : 01 Januari 2014

a/n BUPATI WAJO,


Direktur RSUD Siwa

ARMIN AR
Lampiran :
Keputusan Bupati Wajo
Nomor : 035 Tahun 2014
Tanggal :

KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIWA

Kebijakan Umum :

1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan
dan Kesehatan Kerja).
4. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi , standar prosedur operasional
yang berlaku, etika profesi, etiket dan menghormati hak pasien.
5. Pelayanan unit dilaksanakan 24 jam.
6. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan .
7. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
8. Setiap bulan harus membuat laporan.

Kebijakan Khusus :

1. Penyimpanan Gizi pasien rawat inap disimpan dalam satu tempat


2. Setiap pasien yang pulang rawat inap dibuatkan Ringkasan Perawatan Pasien
(Resume)
3. Kegiatan pelayanan medis dilaksanakan dengan membuat sensus harian.
4. Seluruh pelayanan dokumen Gizi dilaksanakan oleh petugas GIZI
5. Setiap pasien yang masuk ke RSUD Siwa dientry melalui administrasi
6. Permintaan Gizi hanya bisa diberikan untuk kepentingan pengobatan pasien dan untuk
kepentingan lain harus sesuai aturan dengan menggunakan ampra.
7. Kepala ruangan rawat inap bertanggng jawab atas kembalinya berkas GIZI pasien
rawat inap yang keluar perawatan dalam waktu tidak lebih dari 2x24 jam.
8. Semua profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien
diwajibkan menulis seluruh pelayanan yang diberikan pada lembar terintegrasi yang
sudah di tentukan, dilengkapi dengan stempel/paraf dan inisiasi nama.
9. Penanggung jawab berkas Gizi bertanggung jawab atas pengembalian dan
pendistribusian berkas GIZI.
10. Berkas GIZI yang telah dikembalikan ke instalasi Gizi yang belum lengkap, wajib
dilengkapi oleh profesi tenaga kesehatan yang bersangkutan.
11. Instalasi Gizi yang bertangung jawab atas laporan atas laporan berkala yang telah
ditetapkan, baik untuk kepentingan eksternal maupun internal.
12. Seluruh hasil pemeriksaan pelayanan penunjang wajib ditempatkan pada lembar GIZI
yang telah ditetapkan.
13. Instalasi Gizi bertanggung jawab atas tersedianya informasi kegiatan pelayanan dan
indikator rumah sakit yang telah di tetapkan.
14. Seluruh pelayanan Gizi wajib berorientasi pada kepuasan pelanggan.
15. Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Siwa menerima kegiatan magang mahasiswa
terkait.

a/n BUPATI WAJO


Direktur RSUD Siwa

ARMIN AR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di suatu negara, yang
digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat
pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang sehat
dan berstatus gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam keluarga
maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka harus tinggal di
suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit.
Otonomi daerah yang telah digunlirkan oleh pemerintah dalam rangka
percepatan pemerataan pembangunan wilayah, menuntut adanya perubahan
kebijakan pembangunan di sektor-sektor tertentu, meliputi pola perencanaan dan pola
pelaksanaan program. Demikian pula peran dan tugas departemen harus beralih dari
sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi dimana tugas pokok dan fungsi
Departemen Kesehatan terutama adalah menyusun standar kebijakan dan standar
program. Sedangkan tugas pokok dan fungsi daerah adalah sebagai pelaksana
operasional program sesuai dengan kebutuhan. Salah satu bentuk perubahan sistem
pengelolaan program dalam rangka otonomi daerah adalah perubahan struktur
organisasi departemen di tingkat pusat. Reorganisasi di lingkungan Departemen
Kesehatan telah mengubah pula struktur unit-unit kerjanya, termasuk tugas pokok dan
fungsi. Dalam hal ini Departemen Kesehatan berperan sebagai pengawas, pembina
dan regulator, upaya perbaikan gizi dan pelayanan gizi baik yang dilakukan oleh
instansi pemerintah maupun swasta.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai
apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara
individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus
diperhatikan secara individual. Adanya kecenderungan peningkatan kasus penyakit
yang terkait dengan gizi, pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak,
remaja, dewasa, dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus.
Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempercepat
penyembuhan dan mempertahankan status gizi yang optimal,sehingga tidak terjadi
kurang gizi. Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama
pada penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan menelan,
penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usia lanjut yang
tidak sadar dalam waktu lama, kegagalan fungsi saluran pencernaan dan pasien yang
mendapat kemoterapi.
Oleh karena itu, pelayanan gizi di rumah sakit (RS)merupakan hak setiap
individu dan memerlukan adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan
yang bermutu. Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu
mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama
hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain jika pasien
cepat sembuh adalah mereka dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri dan
keluarganya. Hal ini sejalan dengan perkembangan IPTEK di bidang kesehatan,
dimana telah berkembang terapi gizi medis yang merupakan kesatuan dari asuhan
medis, asuhan keperawatan dan asuhan gizi.
Pelayanan gizi merupakan salah satu fasilitas dan pelayanan yang harus ada di
rumah sakit. Bagian ini harus diatur dengan mempertimbangkan kebutuhan klinis,
kebutuhan masyarakat, keamanan, kebersihan, sumber-sumber dan management
tepat guna. Dalam proses penyembuhan pasien dibantu dengan adanya makanan
yang memenuhi syarat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk menghasilkan
makanan yang mengandung gizi dapat memenuhi syarat kesehatan bagi pasien yang
ada di rumah sakit maka diperlukan untuk mengelola makanan yang sesuai dengan
standar kesehatan di instalasi gizi rumah sakit. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan
tentang higiene dan sanitasi pengolahan makanan dan pelayanan gizi di instalasi gizi
rumah sakit. Oleh karena itu, pihak rumah sakit dapat meningkatkan manajemen pada
petugas instalasi gizi bekerja sama dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk
merencanakan kegiatan studi banding dan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam mengolah makanan bagi petugas instalasi gizi tersebut.
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme
tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan
penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan
gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan
keadaan gzinya. Fungsi organ yang teganggu akan lebih terganggu lagi dengan
adanya penyakit dan kekurangan gizi. Disamping itu, masalah gizi lebih dan obesitas
yang erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus,
penyakit jantung koroner dan darah tinggi, penyakit kanker memerlukan terapi gizi
medis untuk membantu penyembuhannya.
Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan
tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh
untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring
dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan . Pemberian diet pasien
harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium pasien rawat inap.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari asuhan
gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan, menjaga dan meningkatkan
mutu pelayanan gizi sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Untuk pelayanan
gizi pasien rawat jalan dilaksanakan dengan penanganan langsung di klinik gizi rumah
saki umum daerah siwa.

C. Batasan Operasional
1. Visite bersama tim kesehatan lainnya
2. Assessment gizi setiap pasien
3. Pengampraan makanan dan diet pasien
4. Pengawasan pengolahan dan penyelenggaraan makanan

D. Landasan Hukum
1. UU No.23 Tahun 1992 tantang kesehatan
2. UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Pasien
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang standar
profesi gizi
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Gizi
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kulaifikasi Sumber Daya Manusia
Dalam upaya mempersiapkan tenaga gizi yang handal, perlu kiranya
melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang
tepat bagi organisasi. Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu
proses mengantisipasi dan menyiapkan perputaran orang ke dalam, di dalam
dan ke luar organisasi. Tujuannya adalah mendayagunakan sumber-sumber
tersebut seefektif mungkin sehingga pada waktu yang tepat dapat disediakan
sejumlah orang yang sesuai dengan persyaratan jabatan. Perencanaan
bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi
dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi.
Adapun kualifikasi sumber daya manusia di instalasi gizi rumah sakit
umum adalah sebagai berikut :
1. Kepala unit pelayanan gizi
Kepala unit gizi adalah penanggung jawab umum organisasi unit pelayanan
gizi di rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan
berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala
unit pelayanan gizi rumah sakit bertugas memimpin penyelenggaraan
pelayanan gizi di rumah sakit, yang pada umumnya bertanggung jawab
kepada Direktur bidang penunjang medis.
Tugas dan fungsi kepala unit pelayanan gizi di rumah sakit meliputi :
a. Menyusun perencanaan pelayanan gizi
b. Menyusun rencana evaluasi pelayanan gizi
c. Melakukan pengawasan dan pengendalian
d. Melaksanakan pemantauan
e. Melaksanakan pengkajian data kasus
f. Melaksanakan penelitian dan pengembangan
2. Koordinator unit-unit
Koordinator unit-unit melaksanakan tugas mengkoordinasikan :
a. Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi
b. Pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan pelayanan gizi
c. Pemantauan proses pelayanan
d. Pengkajian data kasuspenelitian dan pengembangan
3. Pelaksana
Pelaksana yang dimaksud meliputi :
a. Juru masak
Juru masak yaitu tenaga pengolah bahan makanan yang bertugas mulai
dari persiapan bahan makanan hingga pendistribusian.
Tabel 1
Tabel kualifikasi SDM Rumah Sakit

Nama jabatan Kualifikasi formal dan nonformal

Ka. Instalasi gizi S1 Gizi/kesehatan dengan pendidikan


dasar D3 Gizi atau lulusan D4 Gizi,
atau serendah-rendahnya lulusan D3
Gizi dengan pengalaman kerja tertentu

Koordinator unit-unit S1 Gizi/kesehatan dengan pendidikan


dasar D3 Gizi atau lulusan D4 Gizi,
atau serendah-rendahnya lulusan D3
Gizi

Juru Masak SMK-Tataboga,SMU/SLTP+kursusu


masak

Adapun kualifikasi sumber daya manusia di Instalasi Gizi Rumah Sakit


Umum Daerah Siwa adalah sebagai berikut :
1. Kepala unit pelayanan Gizi
Kepala unit pelayanan gizi adalah penanggung jawab umum organisasi unit
pelayanan gizi yang ditetapkan oleh Direktur rumah sakit.
a. Bertanggung jawab terhadap semua perencanaan pelayanan gizi
b. Melaksanakan penilaian terhadap kinerja staf instalasi gizi
c. Berkomunikasi dengan pihak interna (dokter,perawat)
d. Dalam hal tertentu dapat memberi pertimbangan kepada seksi pelayanan
dan keperawatan
e. Menyampaikan laporan kerusakan sarana dan prasarana kepada seksi
pelayanan dan keperawatan
f. Memantau dan mengevaluasi laporan kegiatan pelayanan gizi
2. Administrasi
Administrasi adalah petugas yang menyiapkan dan mencatat laporan secara
perkala yang meliputi makanan pasien dan pegawai serta pengaturan hal-hal
yang mengenai kepegawaian.
a. Membantu kepala unit di bidang administrasi
b. Membantu kepala unit menata, mengatur, penyelenggaraan dan
penyiapan laporan, serta pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan
kepegawaian.
3. Inventarisasi
Inventarisasi adalah petugas yang bertanggung jawab dalam sarana dan
prasarana dalam lingkup instalasi gizi.
a. Mencatat dan memantau sarana dan prasarana dalam unit gizi serta
melaporkan jika terjadi kehilangan ataupun kerusakan
b. Menyampaikan laporan kerusakan sarana dan prasarana kepada kepala
instalasi gzi
4. Ampra makanan
Ampra makanan adalah petugas yang bertanggung jawab dalam hal
pemantauan selama proses penyelenggaraan makanan.
a. Mencatat jumlah pasien baik dengan makanan biasa maupun makanan
khusus
b. Menulis formulir permintaan makanan untuk pasien
c. Memantau penyelenggaraan makanan
d. Menyampaikan laporan hasil pengampraan makanan secara harian dan
perbulan kepada kepala instalasi gizi
5. Nutrisionis pelaksana
Nutrisionis pelaksana adalah petugas yang bertanggung jawab
melaksanakan kegiatan pelayanan gizi rumah sakit.
a. Mengikuti visite bersama tim kesehatan lainnya
b. Mencatat hasil visite dan membuat permintaan makanan pasien
perruangan sesuai hasil visite
c. Melakukan assessment nutrisi di setiap pasien dalam perawatan
d. Melaksanakan penyelenggaraan makanan biasa dan makanan khusus
e. Melakukan konseling dan penyuluhan gizi unutk diit tertentu
f. Mengisi formulir asuhan gizi setiap pasien
g. Melakukan pemantauan sisa makanan pasien dalam perawatan, evaluasi
dan tindak lanjut
h. Mencatat laporan harian untuk diserah terimakan kepada shift berikutnya
6. Pramusaji
Pramusaji yaitu kegiatan penyelenggaraan makanan pasien mulai dari
pengolahan sampai makanan siap di distribusi ke masing-masing perawatan.
Tabel 2
Tabel kualifikasi SDM Rumah Sakit Umum Daerah Siwa

Nama jabatan Kualifikasi formal dan non formal SDM

Ka.Instalasi gizi S1 Gizi/kesehatan dengan pendidikan


dasar D3 Gizi atau lulusan D4 Gizi, atau
serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi
dengan pengalaman kerja tertentu

Administrasi S1 Gizi/kesehatan dengan pendidikan


dasar D3 Gizi atau lulusan D4 Gizi, atau
serendah-rendahnya D3 Gizi

Inventarisasi S2 Gizi/kesehatan dengan pendidikan


dasar D3 Gizi atau lulusan D4 Gizi, atau
serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi

Ampra Makanan S1 Gizi/kesehatan dengan pendidikan


dasar D3 Gizi atau lulusan D4 Gizi atau
serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi

Nutrisionis pelaksana S1 Gizi/kesehatan dengan pendidikan


dasar D3 Gizi atau lulusan D4 Gizi, atau
serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi

Pramusaji SD,SLTP,SMU

B. Distribusi Ketenagaan
Dalam aspek manajemen langkah pertama dilakukan adalah menerapkan
perencanaan. Strategi penyusunan perencanaan tersebut dilakukan oleh kepala
instalasi gizi rumah sakit tersebut yaitu meliputi perencanaan mengenai tenaga
yang bekerja khusus berhubungan dengan penyelenggaraan makanan yang
akan diolah, perencanaan mengenai kebutuhan bahan-bahan makanan dan
perencanaan mengenai peralatan yang digunakan dalam pengolahan makanan.
Kepala instalasi gizi harus mempunyai kemampuan manajemen yang baik dalam
mengatur sumber daya manusia yang ada, membuat perencanaan yang baik
sehingga kebutuhan yang diperlukan dapat tersedia di dalam pengolahan gizi
pasien.
1. Kepala instalasi
a. Tugas utama
1) Merencanakan program kegiatan di instalasi gizi
2) Merencanakan kebutuhan tenaga, sarana dan prasarana,
anggaran.
3) Mensosialisasikan visi dan misi rumah sakit
4) Melaksanakan penilaian terhadap kinerja staf instalasi gizi
5) Berkomunikasi dengan pihak internal (dokter,perawat)
6) Melaporkan hasil kegiatan baik lisan maupun tertulis kepada
atasan
7) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
b. Tanggung jawab
1) Memastikan tersusunnya program kegiatan diinstalasi gizi
2) Memastikan tersedianya kebutuhan tenaga, sarana dan prasarana
di instalasi gizi
3) Memastikan tersosialisasinya visi dan misi rumah sakit
4) Memastikan terlaksananya penilaian terhadap kinerja staf di
instalsi gizi
5) Membuat rencana kebutuhan bahan makanan di instalasi gizi
6) Memastikan tersusunnya jadwal kegiatan di instalasi gizi
7) Melakukan permohonan pelatihan apabila diperlukan
8) Melakukan seleksi penerimaan karyawan baru apabila diperlukan
c. Wewenang
1) Mengusulkan kebutuhan tenaga, sarana dan prasarana
2) Menilai kerja staf di instalasi gizi
2. Pelaksana gizi sub unit pengadaan makanan
a. Tugas utama
1) Menerima order dari ruangan
2) Membuat perincian jenis makanan pasien
3) Membuat rekapan pasien di papan sesuai dengan kelas dan jenis
diet
4) Mempersiapkan pendistribusian makanan pagi
5) Menyajikan makanan sesuai diet
6) Melaksanakan distribusi makanan
7) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
b. Tanggung jawab
1) Menerima order dari ruangan
2) Membuat perincian jenis makanan pasien
3) Membuat rekapan pasien di papan sesuai dengan kelas dan jenis
diet
4) Mempersiapkan pendistribusian makanan pagi
5) Menyajikan makanan sesuai diet
6) Melaksanakan distribusi makanan
7) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
c. Wewenang
1) Mendistribusikan bahan makanan
2) Melakukan persiapan bahan makanan
3) Melakukan pengolahan dan penyajian bahan makanan
4) Melakukan distribusi makanan
3. Bagian pelayanan
a. Tugas utama
1) Menerima order dari ruangan
2) Membuat perincian jenis makanan pasien
3) Membuat rekapan pasien di papan sesuai dengan kelas dan jenis
diet
4) Mempersiapkan pensitribusian makanan pagi
5) Menyajikan makanan sesuai diet
6) Melaksanakan distribusi makanan
7) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
b. Tanggung jawab
1) Menerima order dari ruangan
2) Membuat perincian jenis makanan pasien
3) Membuat rekapan pasien di papan sesuai dengan kelas dan jenis
diet
4) Mempersiapkan pendistribusian makanan pagi
5) Menyajikan makanan sesuai diet
6) Melaksanakan distribusi makanan
7) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
c. Wewenang
Melakukan distribusi makanan
4. Bagian pengolahan
a. Tugas utama
1) Menyajikan makanan sesuai diet
2) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
b. Tanggung jawab
1) Mempersiapkan pengolahan makanan
2) Menyajikan makanan sesuai diet
3) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
c. Wewenang
1) Melakukan persiapan bahan makanan
2) Melakukan pengolahan bahan makanan
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

2 7
6

1
3

4
5

Keterangan :
1. Meja penerimaan
2. Papan pasien
3. Kompor
4. Lemari es/kulkas
5. Lemari es bahan basah
6. Rak piring
7. Tempat cuci piring
B. Standar Fasilitas
Dalam ruangan, terbagi dua ruang untuk pengolahan bahan makanan dan
tempat pencucian alat makan.
Adapun standar fasilitas yang tersedia di dapur adalah sebagai berikut :
1. Lemari es/kulkas, digunakan untuk penyimpanan bahan makanan mentah
2. Rak piring, terdapat satu buah dengan ukuran yang besar. Dipergunakan untuk
penyimpanan alat-alat daput dan alat makan pasien setelah dicuci.
3. Kompor,terdapat dua buah. Yang digunakan untuk meamsak bahan makanan setiap
harinya.
4. Adapun tempat mencucui alat-alat dapur dan alat makan pasien terdapat d luar
ruangan.
5. Troli makanan,digunakan sebagai tempat untuk mendistribusikan makanan pasien
ke ruang perawatan pasien.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Produksi dan Distribusi Makanan


Pelayanan gizi rumah sakit dalam ini wadahnya adalah instalasi gizi,
bertujuan untuk memberikan makanan yang bermutu, bergizi, higiene dan
sanitasi yang baik pada instalasi gizi yang sesuai dengan standar kesehatan bagi
pasien, sekaligus untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka penting diterapkan manajemen dalam
penyelenggaraan makanan sehingga menghasilkan makanan yang bermutu dan
kebersihan makanan yang memenuhi syarat kesehatan. Berbagai
departemen/instansi pemerintah yang bersangkutan dengan pelaksanaan Inpres
No.20 tahun 1979, telah mengadakan latihan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan bagi para petugas gizi dalam merencanakan dan mengelola
program gizi.
1. Perencanaan anggaran belanja makanan
Penyusunan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan
anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi
pasien/pasien yang dilayani.
a. Tujuan
Tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi
pasien/pasien yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi.
b. Prasyarat
1) Adanya kebijakan rumah sakit
2) Tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit
3) Tersedianya data standar makanan untuk pasien
4) Tersedianya data standar harga bahan makanan
5) Tersedianya data rata-rata jumlah pasien/pasien yang dilayani
6) Tersedianya siklus menu
7) Tersedianya anggaran makanan yang terpisah dari biaya perawatan
c. Langkah-langkah
1) Kumpulkan data tentang macam dan jumlah pasien/pasien tahun
sebelumnya
2) Tetapkan macam dan jumlah pasien
3) Kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan
melakukan survey pasar, kemudian tentukan harga rata-rata bahan
makanan
4) Buat standar kecukupan gizi/standar porsi kedalam berat kotor
5) Hitung indeks harga makanan perorangan perhari sesuai dengan
pasien/pasien yang mendapat makanan
6) Hitung anggaran belanja setahun untuk masing-masin pasien
termasuk pegawai
7) Hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil keputusan
untuk meminta peerbaikan
8) Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administratif
2. Perencanaan menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan
diolah untuk memenuhi selera pasien, dan kebutuhan zat gizi yang
memenuhi prinsip gizi seimbang.
a. Tujuan :
Tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan rumah sakit
b. Prasyarat :
1) Peraturan pemberian makanan rumah sakit
2) Standar porsi dan standar resep
3) Standar bumbu
c. Langkah-langkah
1) Bentuk tim untuk menyusun menu
2) Kumpulkan tanggapan/keluhan pasien mengenai menu
3) Buat rincian macam dan jumlah pasien yang akan dilayani
4) Kumpulkan data peratalan dan perlengkapan dapur yang tersedia
5) Sesuaikan penyusunan menu dengan macam dan jumlah tenaga
6) Perhatikan kebiasaan makan, musim, iklim, dan pasar
7) Tetapkan siklus menu yang akan dipakai
8) Tetapkan standar porsi
3. Perhitungan kebutuhan bahan makanan
Perhitungan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan penyusunan
kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk pengadaan bahan
makanan.
a. Tujuan :
Tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan bahan makanan untuk
pasien dalam satu tahun anggaran.
b. Prasyarat :
1) Adanya kebijakan rumah sakit
2) Tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit
3) Tersedianya data standar makanan utnuk pasien
4) Tersedianya data standar harga bahan makanan
5) Tersedianya siklus menu
6) Tersedianya data jumalh pasien/pasien yang dilayani
c. Langkah-langkah :
1) Tentukan jumlah pasien
2) Tentukan standar porsi tiap bahan makanan dan buat berat kotor
3) Hitung berapa kali pemakaian bahan makanan setiap siklus menu
Dengan cara : jumlah pasien x berat kotor x kerap pemakaian
4. Pemesanan dan pembelian bahan makanan
Pemesanan adalah penyusunan permintaan bahan makanan berdasarkan
menu atau pedoman menu dan rata-rata jumlah pasien atau pasien yang
dilayani.
a. Tujuan:
Tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai dengan standar atau
spesifikasi yang ditetapkan
b. Prasyarat :
1) Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan
makanan
2) Adanya spesifikasi bahan makanan
3) Adanya daftar pesanan bahan makanan
4) Tersedianya dana
c. Langkah-langkah:
1) Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk
esok hari dengan cara : standar porsi x jumlah pasien
2) Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesan
5. Penerimaan , penyimpanan dan penyaluran bahan makanan
a. Penerimaan bahan makanan
Suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan
pelaporan tentang macam,kualitas dan kuantitas bahan makanan yang
diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan.
1) Tujuan :
Tersedianya bahan makanan yang siap untuk diolah
2) Prasyarat :
a) Tersedianya rincian pesanan bahan makanan harian
berupa macam dan jumlah bahan makanan yang akan
diterima
b) Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah
ditetapkan
3) Langkah-langkah :
a) Melakukan pemeriksaan satu persatu bahan makanan
yang telah dipesan
b) Esok harinya bagian pengolahan mengambil bahan
makanan sesuai dengan kebutuhannya
b. Penyimpanan bahan makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata,
menyimpan, memeliharan keamanan bahan makanan kering dan basah
baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan
basah serta pencatatan dan pelaporannya.
1. Tujuan :
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan
kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan
2. Prasyarat penyimpanan bahan makanan,terbagi dua :
a) Syarat penyimpanan bahan kering
 Bahan makanan ditempatkan secara teratur
menurut macam, golongan ataupun untuk
pemakaian bahan makanan
 Kartu stok bahan makanan diisi, diletakkan
pada tempatnya, diperiksa dan diteliti secara
kontinyu agar memudahkan pencatatan
poemasukan dan pengeluaran bahan makanan
 Semua bahan makanan ditempatkan dalam
tempat tertutup, terbungkus rapat dan tidak
berlobang. Diletakkan diatas rak bertingkat
yang cukup kuat dan tidak menempel pada
dinding
 Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak ada
kegiatan serta dibuka pada waktu-waktu yang
ditentukan. Pegawai yang keluar masuk hanya
pegawai yang ditentukan.
 Suhu ruangan harus kering, berkisar 19-21°C
 Pembersihan ruangan secara periodik, 2 kali
seminggu
 Penyemprotan ruangan dengan insektisida
hendaknya dilakukan secara periodik dengan
mempertimbangkan keadaan ruangan
 Semua lubang digudang harus berkasa
b) Syarat penyimpanan bahan makanan segar :
 Suhu tempat disesuaikan dengan keperluan
bahan makanan, agar tidak menjadi rusak
 Pengecekan terhadap suhu dilakukan dua kali
sehari dan pembersihan lemari es/ruangan
pendingin dilakukan setiap hari
 Pencairan es pada lemari es harus segera
dilakukan setelah terjadi pengerasan
 Semua bahan makanan yang akan dimasukkan
ke dalam lemari es sebaiknya dibungkus plastik
atau kertas timah.
 Tidak menempatkan bahan makanan yang
berbau keras bersama bahan makanan yang
tidak berbau.
 Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan
harus betul-betul diperhatikan. Untuk buah-
buahan, perhatikan sifat buah tersebut sebelum
dimasukkan ke dalam lemari es karena ada
buah yang tidak memerlukan pendingin.

c) Penyaluran bahan makanan


Penyaluran bahan makanan adlah tata cara
mendistribusikan bahan makanan berdasarkan
permintaan harian
 Tujuan :
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan
kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan
pesanan
 Prasyarat:
a. Adanya bon permintaan bahan makanan
b. Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar
masuknya bahan makanan
6. Persiapan bahan makanan
Serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan, meliputi berbagai
proses antara lain membersihkan, memotong, mengupas, mengocok,
merendam, dsb
a. Tujuan :
Mempersiapkan bahan-bahan makanan , serta bumbu-bumbu sebelum
dilakukan kegiatan pemasakan.
b. Prasyarat :
1. Tersedianya bahan makanan yang dipersiapkan
2. Tersedianya peralatan persiapan
3. Tersedianya protap persiapan
4. Tersedianya aturan proses-proses persiapan
7. Pengolahan bahan makanan
Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah bahan
makanan mentah menjadi bahan makanan yang siap dimakan, berkualitas,
dan aman untuk dikonsumsi.
a. Tujuan :
1. Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan
2. Meningkatkan nilai cerna
3. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan, dan
penampilan makanan.
4. Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh
b. Prasyarat :
a. Tersedianya siklus menu
b. Tersedianya peraturan penggunaan Bahan Tambahan Makanan
c. Tersedianya bahan makanan yang akan diolah
d. Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
e. Tersedianya aturan penilaian
f. Tersedianya prosedur tetap pengolahan
8. Pendistribusian bahan makanan
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan
sesuai dengan jumlah porsi, jenis makanan dan jenis diet pasien yang
dilayani makanan biasa maupun makanan khusus
a. Tujuan :
Pasien mendapat makanan sesuai dengan diit dan ketentuan yang
berlaku
b. Prasyarat :
1. Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit menyangkut
standar penyediaan energi dan zat yang lainnya serta dietetika
2. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit
3. Adanya peraturan pengambilan makanan
4. Adanya bon permintaan makanan
5. Tersedianya makanan seuai kebutuhan diit pasien
6. Tersedianya peralatan makan
7. Tersedianya sarana pendistribusian makanan
8. Tersedianya tenaga pramusaji
9. Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama
Adapun sistem penyaluran makanan yang digunakan Rumah Sakit Umum
Daerah Siwa yaitu sistem penyaluran makanan yang dipusatkan. Dengan
ketentuan ini, makanan pasien dibagi dan disajikan dalam alat makan di tempat
pengolahan makanan.
B. Pelayanan Gizi Ruang Rawat Inap
Dalam pelayanan gizi rumah sakit umum daerah siwa, saat ini
melaksanakan asuhan gizi pada rawat inap .
Setelah tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik, antropometri, laboratorium, dan pemeriksaan lainnya, dokter akan
menetapkan apakah pasien memerlukan terapi diit atau tidak.
Pada tahap intervensi/implementasi :
1. Bila pasien tidak memerlukan terapi diiit :
a. Pasien dipesankan makanan biasa ke tempat pengolahan makanan
b. Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan. Di
ruang perrawatan makanan disajikan ke pasien.
c. Selama dirawat, pasien yang berminat, mendapatkan penyuluhan gizi
umum tentang makanan seimbang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan dan lingkungannya
d. Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, lab dan lain-lain.
Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makanannya, hal ini dilakukan ntuk keperluan penyesuaian diit atau tidak.
e. Bila tidak, pasien boleh pulang
2. Bila pasien memerlukan terapi diit :
a. Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/diit, selama
perawatan memperoleh penyuluhan atau konseling gizi agar diperoleh
persesuaian paham tentang dietnya dan pasien dapat menerima serta
menjalankan diit.
b. Makanan dipesan ke tempat pengolahan makanan sesuai dengan diitnya,
lalu pasien diamati dan dievaluasi untuk menilai apakah memerlukan
penyesuaian diit atau tidak.
c. Penyesuaian diit ini berupa perubahan makanan maupun perubahan
jenis diit dan pasien memperoleh penyuluhan/konseling gizi tentang
penerapan diit selama perawatan maupun setelah perawatan.
Asuhan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan pelayanan gizi
berkesinambungan dilmulai dari perencanaan diit hingga evaluasi rencana diit
pasien rawat inap. Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada pasien
rawat inap agar memperoleh gizi sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama perawatan, meliputi:
1. Pengkajian status gizi
a. Antopometri
Setiap pasien akan diukur data antropometri, berupa Tinggi Badan,
panjang badan, berat badan, tinggi lutut, tebal lemak bawah kulit (skin fold
technic), lingkar lengan atas, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan.
Dimana hal ini dilakukan sebelum pasien dipindahkan dalam perawatan
inap ataupun setelah dalam perawatan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan lemak
subkutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lainnya. Pemeriksaan fisik
dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan
dengan gangguan gizi atau untuk memerlukan hubungan sebab akibat
antara status gizi dengan kesehatan, serta menentukan terapi obat dan
diet. Pemeriksaan fisik meliputi: tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat
kurus, pucat atau bengkak) atau gizi lebih (gemul atau sangat
gemuk/obesitas), sistem kardiovaskuler, sistem pernapsan, sistem
gastrointestinal, sistem metabolik/enJokrin dan sistem
neurologik/psikiatrik.
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menegakkan
maslah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk
menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Data
pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi dan
penyakit misalnya kadar Hb,Albumin darah, glukosa, creatinin, kolesterol
total, HDL, LDL, gula darah, ureum, asam urat, trigliserida adan feces
2. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya/riwayat
gizi
3. Penentuan kebutuhan gizi
4. Konseling gizi
5. Evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi
C. Penyuluhan dan konsultasi diet
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat
rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi,
metode, penilaian dan tindak lanjut yang kesemuanya tergabung dalam sebuah
sap atau satuan acara penyuluhan. Tujuan dari konseling gizi adalah membuat
perubahan perilaku makan pada pasien.
Hal ini terwujud melalui :
1. Penjelasan diet yang perlu dijalankan pasien yang diperlukan untuk proses
penyembuhan
2. Kepatuhan pasien untuk melaksanakan diet yang telah ditentukan
3. Pemecahan masalah yang timbul dalam melaksanakan diet tersebut
Untuk meningkatkan efisiensi, pelaksanaan konseling terutama pada saat anamnesis
dan penentuan diet, dapat dilakukan dengan memanfaatkan software tertentu. Penyuluhan dan
konseling dapat diberikan secara perorangan maupun secara berkelompok, berdasarkan
kesamaan terapi diet pasien.
Aktivitas utama dari evaluasi pelayanan gizi adalah memantau pemberian makanan
secara berkesinambungan untuk menilai proses penyembuhan dan status gizi pasien.
Pemantauan tersebut mencakup perubahan diit, bentuk makanan, asupan makanan, toleransi
terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah, keadaan klinis difekasi, hasil laboratorium,
dan lain-lain.
Tindak lanjut yang dilaksanakn berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi
pelayanan gizi antara lain perubahan diit yang dilakukan dengan mengubah preskripsi diit
sesuai dengan kondisi pasien.
D. Penilaian dan Pengembangan Gizi Terapan
Untuk tujuan terapi gizi yang baik makan dibutuhkan suatu organisasi yang dapat
melaksanakan tugas-tugas dalam terapi gizi yang baku. Untuk merealisasikan pelayanan gizi
yang berkualitas, pencegahan dan perbaikan keadaan kurang gizi, serta pencegahan dan
penurunan morbiditas sebagai upaya mempersingkat lama rawat dirumah sakit dan
penghematan biaya pasien maka dibutuhkan kerjasama multidisiplin yang bukan sekedar
dukungan tetapi menjadi bagian terapi pasien dalam bentuk tim terapi gizi
TTG merupakan penyempurnaan TDG yang dalam PGRS, dan struktur TDG berada di
bawah panitia asuhan gizi komite medik belum mewujudkan struktur operasional. Maka untuk
mewujudkan pelayanan, TTG perlu di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur sehingga
pasien mendapat pelayanan gizi yang optimal.
BAB V
LOGISTIK
Untuk enudkung pelayanan rumah sakit yang berkualitas, maka pengelolaan bahan
harus dilakukan secara efisien dan efektif, agar semua bahan medik dan non medik saat
dibutuhkan dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup dan mutu yang memadai. Perencanaan
logistik yang merupakan bagian dari manajemen logistik pada rumah sakit memegang peran
penting dalam melakukan upaya efektifitas dan efisiensi rumah sakit, karena ketepatan
perencanaan suatu kebutuhan akan berdampak pada efisiensi biaya rumah sakit. Manajemen
logistik merupakan bagian dari proses Supply Chain yang berfungsi untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan, keefektifan aliran, penyimpanan barang,
pelayanan serta informasi terkait dari titik permulaan sehingga titik konsumsi dalam tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan.
Perencanaan logistik suatu barang dipengaruhi oleh peramalan permintaan, pengadaan,
persediaan dan pengendalian penggunaan. Perencanaan logistik gizi di Rumah Sakit
dipisahkan dalam dua bagian yaitu Bahan Makanan Kering dan Bahan Makanan Basah.
Dasar perencanaan dari bahan makanan kering adalah data bulan lalu ditambah dengan
tren jumlah pasien. Pengadaan logistik gizi dilakukan berdasarkan ceking barang, yang apabila
habis baru akan memesan dan belum beradasr Re Order Point yaitu waktu dimana harus
dilakukan pemesanan kembali dan safety sock yaitu persediaan yang diadakan untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan, serta belum dilakukan
model pengadaan bahan makanan dengan metode Econonic Order Quantity yaitu
penghitungan jumlah pesanan bahan makanan yang paling optimal.
Pengendalian penggunaan dilakukan dengan cara cross check antar jumlah pasien
dengan penggunaan bahan gizi yang dilakukan oleh bagian logistik dan pengawas mutu
produksi dengan pencatatan dan pelaporan.
Sementara pengadaan logistik di rumah sakit umum daerah siwa dilakukan dalam
rumah sakit sendiri.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan oleh kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan
kontaminasi bakteri terhadap makanan. Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya
kecelakaan dalam proses penyelenggaraan makanan, antara lain karena pekerjaan yang
terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang aman dan terjamin
kebersihannya, istirahat yang cukup.
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian/kesengajaan.
a. Ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan
Keamanan kerja di ruang ini terlaksana bila :
1. Menggunakan alat bungkus bahan makanan
2. Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah
3. Pergunakan tutup kotak/tutup panci yang sesuai dan hindari tumpahan bahan
4. Tidak diperkenankan merokok
5. Lampu dimatikan bila tidak diperlukan/dipergunakan
6. Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan anda
7. Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang penerimaan dan
penyimpanan
b. Ruang persiapan dan pengolahan bahan makanan
Keamanan dan keselamatan kerja di ruang ini akan tercapai bila :
1. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik
2. Tidak menggaruk, batuk, selama mengolah bahan makanan
3. Menggunakan alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk pemakaiannya
4. Berhati-hati dalam menyalakan atau mematikan lampu, gas, listrik dan lain-lainnya
5. Meneliti semua peralatan sebelum digunakan
6. Setelah selesai penggunaan alat, diteliti kembali apakah semua alat sudah dimatikan
7. Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi yang
ditetapkan
8. Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
9. Bila ada alat pemanas atau baki perhatikan cara penggunaan dan pengisisannya
10. Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki jangan sampai tertumpah atau
makanan tersebut tercampur
c. Ruang pembagian makanan di unit pelayanan gizi
1. Tidak mengisi panci atau piring terlalu penuh
2. Meletakkan alat dengan teratur dan rapi
3. Bila ada alat pemanas, perhatikan waktu menggunakannya
4. Bila membawa air panas, tutup dengan rapat dan tidak mengisi sampai penuh
d. Alat pelindung kerja
1. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin, dan enak
dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
2. Menggunakan sandal yang tidak lcin bila berada di lingkungan dapur/jangan
menggunakan sepatu hak tinggi
3. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang
cukup, sabun, alat pengering dsb
4. Tersedianya alat/ obat P3K
5. Tersedianya alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik di tempat yang mudah
dijangkau
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan atau
perbaiakn pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan. Pengendalian
bertujuan agar semua kegiatan-kegiatan apat tercapai secara berdayaguna dan berhasilguna,
dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun bentuk-bentuk pengendalian mutu antara lain :
A. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah serangkaian kegiatan pengumpulan data dan
pengolahan data kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dalam jangka waktu tertentu,
untuk menghasilkan bahan bagi penilaian kegiatan pelayanan gizi rumah sakit maupun
untuk pengambilan keputusan. Pencatatan ini dilakukan pada setiap langkah kegiatan
yang dilakukan.
1. Pencatatan dan pelaporan pengadaan makanan
a. Formulir pemesanan bahan makanan harian
b. Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gizi pada hari itu
c. Pencatatan sisa bahan makanan harian/bulanan, meliputi bahan makanan
basah/kering
2. Pencatatan dan pelaporan tentang penyelenggaraan makanan
a. Buku laporan timbang terima antara pergantian rotasi
b. Buku laporan pasien baru/ yang berdiit khusus
c. Buku laporan pasien baru makanan biasa
d. Buku laporan pergantian/pertukaran diit pasien
3. Pencatatan dan pelaporan tentang perlengkapan peralatan instalasi gizi
a. Membuat kartu inventaris peralatan masak
b. Membuat kartu inventaris peralatan makan
c. Membuat kartu inventaris peralatan kantor
d. Buku besar tentang peralatan keseluruhan untuk simpan pinjam
e. Formulir untuk pelaporan alat-alat masak
f. Formulir daftar kekuatan pasien dalam sehari
g. Laporan jumlah pasien pada pagi harinya setiap hari
h. Laporan jumlah petugas yang dilayani instalasi gizi
4. Pencatatan dan pelaporan tentang penyelenggaraan makanan
a. Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian selama
1 kali putaran menu
b. Perhitungan tentang rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang akan
datang selama triwulan/tahunan
c. Rekapitulasi tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan
d. Perhitungan harga rata-rata pemakaian bahan makanan per hari dalam satu kali
putaran menu
e. Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar per bulan
5. Pencatatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat inap
a. Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk catatan
makanan sisa yang tidak dihabiskan
b. Formulir untuk permintaan makanan untuk pasien pulang
c. Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
d. Formulir perubahan diet
e. Formulir permintaan makan pagi, siang dan sore
f. Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan
6. Pencatatan dan pelaporan di ruang penyuluhan dan konsultasi gizi/poliklinik gizi
a. Mencatat registrasi pasien yang baru datang/ nama, diagnosa, jenis diet dan
antropometri
b. Membuat/mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya
c. Formulir anamnesis
d. Formulir frekuensi makan
e. Formulir status pasien
B. Pengawasan standar porsi
1. Untuk bahan makanan pengawasan porsi dilakukan dengan penimbangan
2. Untuk bahan makanan yang cair/setengah cair/susu dan bumbu dipakai gelas ukur/liter
matt, sendok ukur atau alat ukur lain yang sudah distandarisasi atau perlu ditimbang
3. Untuk pemotongan bentnuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis hidangan, dipakai
alat-alat pemotong atau dipotong menurut petunjuk
4. Untuk memudahkan persiapan sayuran dapat diukur dengan kontainer/panci yang
standar dan bentuk sama
5. Untuk mendapatkan porsi yang tetap harus menggunakan standar porsi dan standar
resep
BAB VIII
PENUTUP

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan kedokteran,


berdampak pula pada bidang gizi dan dietetik. Pelayanan gizi yang dilaksanakan di rumah sakit
tentunya perlu senantiasa disesuaikan dengan perkembangan tersebut, makan pelayanan gizi
rumah sakit juga harus disiapkan secara profesional.

Anda mungkin juga menyukai