Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ILMU GIZI

“Masalah Gizi Pada Balita”

Dosen Pengampu : Dr. Yuliana, S.P., M.Si

1. Nailatul Nasywa 23079078


2. Najmiatul Husna 23079042

PRODI D3 TATA BOGA


DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN AJARAN 2023/2024

DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masalah gizi balita dapat menyebabkan beberapa efek yang serius. Akibat
masalah gizi tersebut seperti kegagalan dalam pertumbuhan fisik serta kurangnya
optimal pertumbuhan dan kecerdasan, bahkan mengakibatkan kematian pada balita.
Agar balita tidak mengalami masalah gizi maka harus dipantau status gizi secara terus
menerus.Balita di Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda (double burden), di
satu sisi mengalami obesitas,namun di sisi lainnya mengalami stunting, anemia,
kurus, hingga gizi buruk. Hambatan pertumbuhan, kurang gizi, dan berat badan saat
balita akan berpengaruh terhadap perkembangan saat dewasa menjadi tidak maksimal
baik dalam hal kesehatan maupun mental.
Sesuai dengan standar WHO, suatu wilayah dengan prevalensi balita pendek
kurang dari 20%, kurus lebih dari sama dengan 5% dapat dikatakan wilayah tersebut
mengalami masalah gizi akut.Indonesia termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan
data hasilPemantauan Status Gizi tahun 2016, didapatkan hasil bahwa sebanyak 3,4%
balita mempunyai status gizi buruk dan 14,4% balita mempunyai status gizi kurang
dan 1,5 mengalami obesitas.
Sebanyak 27,5% balita mempunyai status gizi stunting. Total 17,8% balita
menderita gizi kurang diantara balita gizi kurang tersebut sebanyak 12,1% balita
stuntingdan dari total balita yang mengalami stunting, sebanyak 23,4% balita
mempunyai berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) normal. Balita tersebut
berpotensi mengalami kegemukan

1.2 Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui penyebab masalah gizi pada balita
2. Untuk mengetahui (kecukupan) gizi pada balita
3. Untuk mengetahui akibat dari masalah gizi pada balita
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan masalah gizi pada balita
5. Memahami bagaimana cara penanggulangan masalah gizi pada balita
6. Melakukan perhitungan gizi pada balita
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Terjadinya Masalah Gizi Pada Balita


Nutrisi merupakan komponen penting dalam menunjang keberlangsungan
proses pertumbuhan dan perkembangan balita. Apabila kebutuhan tersebut tidak atau
kurang terpenuhi, maka pertumbuhan dan perkembangannya akan terhambat. Tidak
hanya yang kekurangan bahkan asupan nutrisi yang berlebihan juga bisa berdampak
buruk pada balita. Nutrisi yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan
kadar lemak yang berlebihan dalam sel/jaringan atau pembuluh darah.
Balita di Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda (double burden), di satu sisi
mengalami obesitas, namun di sisi lainnya mengalami stunting, anemia, kurus, hingga
gizi buruk. Hambatan pertumbuhan, kurang gizi, dan berat badan saat balita akan
berpengaruh terhadap perkembangan saat dewasa menjadi tidak maksimal baik dalam
hal kesehatan maupun mental

Stunting atau kerdil merupakan keadaan di mana tinggi badan (TB) anak jauh
lebih pendek dibandingkan tinggi badan (TB) anak sebaya. Penyebab stunting salah
satunya adalah kekurangan gizi yang lama sejak bayi dalam kandungan hingga masa
awal bayi lahir sampai usia balita. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas
toleransi stunting paling tinggi 20 persen, atau seperlima dari jumlah keseluruhan
balita. Di Indonesia tercatat 7,8 juta dari 23 juta balita adalah penderita stunting atau
sekitar 35,6 persen. Rinciannya, 18,5 persen kategori sangat pendek dan 17,1 persen
kategori pendek, sehingga WHO menetapkan Indonesia sebagai negara dengan status
gizi buruk.
Stunting disebabkan karena bayi kekurangan gizi kronis sejak dalam
kandungan, sehingga dapat berakibat anak tumbuh lebih pendek dibandingkan dengan
anak pada umumnya. Selain berakibat pendek, stunting juga menyebabkan kecerdasan
anak berkurang, dan saat dewasa nanti juga berisiko besar terkena penyakit jantung
dan diabetes mellitus.

2.2 Kecukupan Gizi Pada Balita


2.3 Akibat Dari Masalah Gizi Pada Balita
2.4 Upaya Pencegahan Masalah Gizi Pada Balita
Subyek penelitian yangdiikutsertakan terdiri dari ibu dengan anak berusia balita
tenaga kesehatan yang terdiri dari bidan, petugaspromosi kesehatan, nutrisionis,
kepala puskesmas,kepala dinas, kader posyandu hingga guru PAUD.Penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa upayauntuk mencegah terjadinya gizi buruk, dapat
dilakukansalah satunya melalui program yang dirancang dandiaplikasikan pada multi
sektoral, baik dari segi orangtua dengan balita, sektor pendidikan dengan subyek guru
PAUD, hingga sektor kesehatan yang memainkan peranpenting melalui pengambilan
data pada subyek tenagakesehatan dan kader posyandu. Penelitian
menunjukkanadanya upaya untuk mencegah risiko gizi buruk ceramahdan
demonstrasi pada ibu hamil dan ibu dengan balitadiketahui mampu meningkatkan
pengetahuan danperilaku mengenai pentingnya optimalisasi gizi bagibalita
(Nurhidayanti, 2021). Temuan penelitian ini didukung oleh penelitian Permatasari et
al., (2020) yangmengemukakan bahwa edukasi gizi berbasis empat pilargizi seimbang
diketahui mampu meningkatkanpengetahuan (p=0,000) dengan rerata 77,52 menjadi
82,19 dan sikap (p=0,000) dengan rerata 40,21 menjadi 44,48 pada petugas kader
posyandu untuk memberikanedukasi kepada ibu dengan anak usia balita.
Secara umum, upaya untuk mencegah risiko balitamengalami gizi buruk dapat
dilakukan melaluipemberian edukasi kesehatan berbasis upaya preventif dan
promotif. Edukasi kesehatan dapat diberikan dengan berbagai metode, seperti
ceramah, demonstrasi maupun pemberian intervensi secara langsung kepada
sasaran,baik ibu hamil, ibu balita maupun sumber daya lain yang dapat bersinergi
dalam upaya ini. Beberapa sumber daya lain tersebut adalah guru PAUD, tenaga
kesehatan,pemegang program kesehatan yang ada di Puskesmas,hingga kader
posyandu. Pemberian edukasi melalui promosi kesehatan serta intervensi gizi juga
dapat ditunjang dengan pengukuran aspek pengetahua, sikap dan perilaku untuk
mengetahui ada atau tidaknya
peningkatan setelah pemberian intervensi gizi. Ibu hamil dan ibu dengan balita
diharapkan memiliki kemauan dan dorongan yang tinggi untuk memperhatikan aspek
kualitas dan kuantitas asupan nutrisi serta kondisi gizi yang dialami oleh anak. Hal ini
berkaitan dengan upaya untuk menurunkan dan memberantas gizi buruk, berhubungan
dengan dampak negatif yang timbul apabila terjadi status gizi buruk pada anak, baik
hambatan dalam sisi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Upaya untuk mencegah
risiko terjadinya gizi buruk pada balita harus diimbangi dengan tata laksana
monitoring dan evaluasi yang sesuai dan adekuat, sehingga setiap program yang
dirancang dapat berjalan dan diaplikasikan dengan semaksimal mungkin.Penguatan
program dapat memanfaatkan keberadaan sumber daya di wilayah setempat, termasuk
keaktivan ibu dan petugas kesehatan dalam mengakses pengetahuan dan menerapkan
program gizi yang telah dibuat, seperti PSG, pengukuran BB/TB secara teratur, serta
pemberian vitamin dan imunisasi. Koordinasi lintas sektoral yang kuat sangat
diperlukan untuk mendukung tercapainya keberlangsungan program, sehingga angka
gizi buruk dapat menurun dengan signifikan dan tidak terdapat kasus gizi buruk
kembali.
2.5 Cara Penanggulangan Masalah Gizi Pada Balita
2.6 Perhitungan Gizi Pada Balita
DAFTAR PUSTAKA

Husna, L. N., & Izzah, N. (2021, November). Gambaran Status Gizi Pada
Balita: Literature Review. In Prosiding Seminar Nasional Kesehatan
(Vol. 1, pp. 385-392).

Agustina, S. A., & Rahmadhena, M. P. (2020). Analisis determinan


masalah gizi balita. Jurnal Kesehatan, 11(1), 008-014.

Alfarisi, R., Nurmalasari, Y., Nabilla, S., Dokter, P. P.,


Kedokteran, F., & Malahayati, U. (2019). Status gizi ibu hamil dapat
menyebabkan kejadian stunting pada balita. Jurnal Kebidanan
Malahayati, 5(3), 271-278.

Lestari, D. P. (2022). Upaya pencegahan risiko gizi buruk pada


balita: Literature Review. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi, 22(1), 532-536.

Anda mungkin juga menyukai