Anda di halaman 1dari 12

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH PROMOSI KESEHATAN


PADA MASYARAKAT PEDESAAN

RANCANGAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN


PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BALITA STUNTING
DI KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Budi Cahyadi NIM BMR 0190011

Eni Desi Kaniawati NIM BMR 0190016

Reni Zahra Pertiwi NIM BMR 0190036

Dosen Pengampu :

Dr. Dwi Nastiti Iswarawanti M.Sc

Dr. Esty Febriani, M.KM

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TH 2020
RANCANGAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BALITA STUNTING
DI KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

A. LATAR BELAKANG

Saat ini Indonesia menghadapi berbagai permasalahan gizi seperti gizi

buruk, gizi lebih, anemia dan stunting. Permasalahan gizi merupakan sebuah

masalah yang besar karena kualitas hidup manusia sangat ditentukan oleh

kondisi kesehatan yang salah satunya dipengaruhi oleh gizi. Stunting yang

dialami oleh balita memberikan pengaruh terhadap penurunan kualitas hidupnya

di masa yang akan datang. Balita stunting akan mengalami gangguan

perkembangan kognitif berupa penurunan kemampuan. Selain itu balita stunting

beresiko mengidap penyakit penyakit degenaratif di usia dewasanya sebagai

akibat tidak seimbangnya metabolisme tubuh.

Data Riskesdas tahun 2018 menunukan proporsi balita stunting tahun

2018 yaitu 30,8% dengan rincian status gizi sangat pendek pada balita yaitu

11,5%. Hal ini mengalami penurunan dari 18.0% pada tahun 2013. Status gizi

pendek pada balita yaitu 19,3%. Mengalami kenaikan dari 19,2% pada ytahun

2013.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis

pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Oleh karena itu pencegahan dan penangan

balita stunting harus komprehensif sesuai daur kehidupan, khususnya dimulai

sejak remaja Putri. Balita stunting banyak dilahirkan dari ibu yang mengalami

Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan anemia. Selain itu stunting juga
disebabkan pola asuh yang salah seperti pemberian ASI tidak esklusif dan tidan

diberikan selama 2 tahun, Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak yang keliru

baik jenis makanan, porsi makanan maupun pemilihan sumber gizi yang kurang

tepat. Penyakit – penyakit infeksi juga mempengaruhi pertumbuhan balita secara

langsung sehingga tugas tumbuh kembang balita akan mengalami hambatan

dan tertinggal.

Diluar penyebab langsung tersebut terdapat beberapa penyebab tidak

langsung seperti pendidikan, ekonomi dan layanan kesehatan. Pendidikan yang

rendah akan berpengaruh terhadap pengetahuan keluarga khususnya ibu.

Pengetahuan kesehatan yang kurang tentunya akan berakibat seorang ibu tidak

menyiapkan masa kehamilan dengan gizi seimbang. Saat hamil dan menyusui

ibu atau keluarga tidak menyediakan makanan yang cukup gizi sehingga bayi

akan kekurangan gizi dan stunting. Pengetahuan tentang pencegahan dan

penanganan penyakit infeksi pada bayi dan balita juga akan menentukan derajat

kesehatan bayi balitanya sehingga pada ibu - ibu yang berpengetahuan

kesehatan rendah akan meningkatkan resiko terjadinya stunting.

Pengetahuan kesehatan tidak selalu berbanding lurus dengan

pendidikan formal yang didapatkan. Seseorang yang berpendidikan formal

rendah apabila diberikan pendidikan kesehatan di posyandu, kelas ibu hamil,

kelas ibu balita atau di kelompok kelompok lainnya, maka akan mengalami

peningkatan pengetahuan. Tentu saja pemberian pengetahuan harus

disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang pernah dilalui agar informasi mudah

diterima dan diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari – hari.


Video kesehatan pada saat ini lebih mudah diberikan kepada

masyarakat sebagai bahan pembelajaran karena mayoritas masyarakat telah

memiliki hp android yang bias menerima video melalui media social dan memutar

sendiri video tersebut. Video juga bisa diputar di posyandu, kelas ibu hamil, kelas

ibu balita dan UKBM lainnya. Kami akan membuat perencanaan program

promosi kesehatan untuk pencegahan dan penanganan balita stunting yang

direncanakan diberikan kepada sasaran remaja putri, Wanita Usia Subur, Ibu

hamil dan ibu balita. Diharapkan dengan menyaksikan video secara berulang,

sasaran dapat memahami langkah – langkah yang bisa diimplementasikan

dalam kehidupan sehari hari untuk mencegah dan menanggulangi stunting.

B. TUJUAN
Tujuan umum dari program promkes ini adalah memberikan

pemahaman terhadap remaja putri, WUS, ibu hamil dan ibu balita tentang

langkah langkah yang bias mereka terapkan dalam kehidupan sehari hari

sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan balita stunting. Proses

pemahaman ini dengan membuat media penyuluhan video tentang pencegahan

dan penanganan stunting yang dapat diputar dalam hp android di rumah masing

masing atau diputar dalam kegiatan - kegiatan UKBM di wilayah masing masing.

C. MANFAAT
Program promosi kesehatan ini bermanfaat bagi :

1. Masyarakat khususnya remaja putri, WUS, ibu hamil, ibu balita akan

mendapatkan manfaat dari isi pesan yang menjelaskan tentang langkah

langkah penting yang dapat dilakukan sehari hari untuk mencegah dan

menanggulangi balita stunting.


2. Petugas kesehatan dan kader kesehatan akan memperoleh media yang

mudah digunakan dalam memberi informasi pencegahan dan

penanggulangan stunting.

D. KONSEP YANG DITERAPKAN

Rancangan ini berupa Video Pendek berdurasi kurang dari 5 menit yang terbagi

dalam beberapa bagian yaitu

1. Pembukaan, mengemukakan bahaya stunting pada balita dan pentingnya

semua orang berperan dalam mencegah stunting pada balita.

2. Pesan Inti :

a. Bagi remaja putri agar mengkonsumsi makanan sehat dan tinggi zat besi

b. Bagi ibu hamil agar mengkonsumsi makanan bergizi (Ati Telur Ikan),

minum tablet Fe dan memeriksakan kehamilan.

c. Bagi ibu menyusui agar menyusui bayinya secara ekslusif selama 6 bulan

dan dilanjutkan sampai 2 tahun dengan memebrikan makanan

pendamping ASI yang bergizi dengan porsi dan tekstur yang sesuai usia

bayinya serta memberi bayi imunisasi lengkap.

d. Semua anggota keluarga harus menerapkan PHBS rumah tangga.

3. Penutup, menyampaikan semangat agar semua termotivasi melaksanakan

peran masing masing.

E. PRIORITAS MASALAH
Stunting adalah masalah kesehatan yang memiliki penyebab langsung

dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu :


1. Pola konsumsi keluarga

2. Pola Asuh

3. Pemberian ASI

4. Penyediaan dan pemberian MPASI

5. Kebersihan dan sanitasi

Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu :

1. Daya beli (kemiskinan- pembangunan ekonomi)

2. Akses pangan (ketahanan pangan dan gizi- ekomoni,

politik, social)

3. Akses informasi (pendidikan- ekonomi, budaya)

4. Akses pelayanan (ekonomi, pendidikan, budaya)

Prioritas masalah yang kami ambil dalam perencanaan program

promosi kesehatan ini adalah pada penyebab langsung.

F. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Stunting

Stunting adalah sebuah kondisi ketika seorang anak lebih pendek dari

usia yang seharusnya. Kondisi ini diukur dengan arthopometri dimana hasil

pengukuran dibawah min2 standar deviasi dari tabel standar pertumbuhan anak

WHO tahun 2005. Stunting merupakan situasi gagal tumbuh akibat kekurangan

gizi kronik khususnya pada 1000 hari pertama kehidupan. Balita khususnya

selama kehamilan sampai berusia 2 tahun adalah periode emas perkembangan

manusia. Asupan gizi yang tepat, kesehatan yang optimal dari dukungan perilaku
dan lingkungan sehat akan mempengaruhi kondisi kesehatan yang prima bagi

seseorang.

2. Penyebab Stunting
Secara umum stunting disebabkan oleh kurang gizi kronik yang artinya

kondisi kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Bayi stunting memiliki panjang

badan lahir kurang dari 48 cm. Namun pada banyak situasi, bayi bayi yang lahir

dengan panjang badan normal dapat mengalami gagal tumbuh atau stunting di

masa tahun – tahun berikutnya disebabkan oleh penyakit infeksi dan asupan gizi

yang tidak tepat.

Bayi – bayi pendek maupun BBLR lebih banyak dilahirkan dari ibu yang

KEK dan atau anemia berat. Kondisi ibu hamil KEK dan anemia diperoleh dari

keadaan gizi yang buruk sejak usia remajanya. Masyarakat di Indonesia

khususnya di kabupaten Kuningan belum memiliki sikap yang baik dalam

pemilihan makanan bergizi. Pola asuh dan pola makan dari orang tua diwariskan

terhadap anak keturunannya.

Banyak pola makan yang salah di masyarakat Indonesia, dimana

masyarakat makan apa yang diinginkan bukan apa yang dibutuhkan. Asumsi

tidak makan nasi belum makan secara otomatis terpatri dari kebiasaan leluhur.

Asupan tinggi karbohidrat telah dimulai sejak pengenalan makanan pada

pertama pada bayi. Ibu akan memberikan bubur dari tepung beras dalam porsi

yang lebih banyak dibandingkan dengan sayur, buah dan protein. Bahkan sering

diberikan hanya tepung (karbohidrat) saja tanpa penambahan sayur dan protein

pada bayi yang lebih muda.


Anak sekolah dan remaja putri tidak mendapat perhatian khusus dalam

asupan gizi. Para orang tua kebanyakan tidak merasa khawatir selama anak

tidak kekurangan makanan meskipun makanan tersebut tidak bergizi. Kesadaran

dan sikap remaja pun demikian. Makanan bergizi seperti sayur, telur, ikan tidak

dikonsumsi karena kalah dengan daya tarik makanan miskin nutrisi seperti

jajanan yang terbuat dari pati atau karbohidrat. Kondisi miskinnya asupan gizi

akan menyebabkan anemia pada remaja bahkan Kurang Energi Kronik dengan

ditandai ukuran lingkar lengan atas kurang dari 23,5cm.

Dalam masa menyusui selain ASI ekslusi juga dibutuhkan kualitas ASI

yang baik yng dapat diperoleh dari nutrisi yang cukup ibu menyusui. Pemilihan

makanan yang kaya kandungan gizi akan berpengaruh terhadap ASI yang

dihasilkan sehingga bayi memperoleh nutrisi yang cukup untuk perumbuhan dan

perkembangannya.

Pemberian Makan Pada Bayi dan Anak (PMBA) juga salah satu kunci

penting balita akan tumbuh normal ataukah menjadi stunting. Kekurangan

sejumlah protein dan nutrisi penting lainnya selama masa ini akan menyebabkan

pertumbuhan yang terlambat dan pada akhirnya menjadi stunting. Beberapa

penyakit infeksi yang menyerang balita juga berperan dalam menentukan balita

menjadi stunting atau tidak. Status imunisasi dan PHBS serta kesehatan

lingkungan mempengaruhi kondisi stunting pada balita.

Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun dalam keluarga memiliki peran

penting dalam upaya pencegahan penyakit menular seperti Diare, Disentri,

Thypoid, Flu dan lain – lain. Pemberantasan sarang nyamuk dan tidak asap
rokok di dalam rumah adalah upaya – upaya dalam PHBS untuk mencegah

balita stunting. Penyediaan air bersih dan jamban keluarga juga erta

hubungannya dengan hygiene sanitasi sebuah keluarga dan penyakit – penyakit

yang mungkin dapat dicehag dengan BAB pada jamban sehat.

Kondisi – kondisi diatas terjadi karena rendahnya pendidikan. Di

Indonesia rata – rata pendidikan hanya 8,5 tahun. Pendidikan berpengaruh

terhadap sikap – sikap dan perilaku khususnya kesehatan. Selain pendidikan,

factor ekonomi juga terkait erat. Pemilikan dan akses sanitasi dasar, penyediaan

bahan makanan bergizi dan akses ke layanan kesehatan sangat dipengaruhi

oleh tingkat ekonomi. Sedangkan tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat

dipengaruhi oleh stabilitas politik suatu Negara.

3. Dampak stunting

Balita stunting akan mengalami penurunan kemampuan kognitif karena

terdampak dari pertumbuhan sel otak di 1000HPK yang terhambat.

Perkembangan sel otak manusia akan berlangsung selama 1000 HPK dimana

setelah itu tidak ada lagi penyambungan sel otak melainkan hanya upaya

pemeliharaan dan pengrusakan. Apabila generasi suatu bangsa mengalami

penurunan kemampuan kognitif sudah dapat dipastikan kualitas sumber daya

manusia akan menjadi rendah.

Selain itu balita stunting cenderung memiliki resiko lebih tinggi mengidap

penyakit karena system metabolisme tubuhnya yang tidak optimal. Seseorang

yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya mengalami kekurangan

gizi dapat mengalami masalah pada perkembangan sistem hormonal insulin dan
glukagon pada pankreas yang mengatur keseimbangan dan metabolisme

glukosa. Sehingga, pada saat usia dewasa jika terjadi kelebihan intake kalori,

keseimbangan gula darah lebih cepat terganggu, dan pembentukan jaringan

lemak tubuh (lipogenesis) juga lebih mudah. Dengan demikian, kondisi stunting

juga berperan dalam meningkatkan beban gizi ganda terhadap peningkatan

penyakit kronis di masa depan.

G. ANALISIS SITUASI BERDASARKAN P-PROCESS

1. Menentukan Besaran Masalah

Kecamatan jalaksana memiliki desa Padamenak dengan prevalensi balita

stunting 21%.

2. Tempat Kegiatan

Puskesmas Jalaksana Kecamatan Jalaksana Desa Padamenak .

3. Identifikasi faktor penghambat dan pendukung

Beberapa factor penghambat yaitu :

1. Bahasa Indonesia yang digunakan dalam video kemungkinan kurang

terdengan familiar dalam kehidupan sehari – hari sasaran.

2. Tidak semua sasaran memiliki hp android yang dapat memutar video.

3. Sasaran tidak dapat menerima penjelasan lebih lanjut apabila

terdapat kekurang fahaman atas isi pesan di video.

Beberapa factor pendukung yaitu :


1. Video adalah media yang menggunakan gambar dan suara sehingga

lebih efektif dalam hal menarik perhatian sasaran serta cenderung

lebih mudah dipahami oleh sasaran.

2. Petugas kesehatan atau kader dapat memutar video menggunakan

HP atau laptop di kegiatan – kegiatan UKBM.

3. Penyimpanan video lebih mudah dan tidak cepat rusak.

4. Penyebaran lebih cepat melalui media social.

H. DAFTAR PUSTAKA
- Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, ISSN 20888-270X semester I,
2018, Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia
- Dasman Hardisman, Empat Dampak Stunting bagi Anak dan Negara Indonesia,
22 januari 2019
- Lina Apriani, Hubungan Karakteristik Ibu, Pelaksanaan Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi) Dan Perilaku Hidup Bersih Sehat (Phbs) Dengan Kejadian Stunting
(Studi kasus pada baduta 6 - 23 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang
Sawit Kota Surakarta) JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
- Setiyabudi Ragil, Stunting, risk factor, effect and prevention, Nursing
Department, Health Science Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia, 2019
- Vellim Dina Cahyani, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Rumah Tangga
Dengan Kejadian Stunting Dan Non-Stunting Pada Remaja Putri Di Smp Negeri
1 Nguter Sukoharjo, 2017

Anda mungkin juga menyukai