Anda di halaman 1dari 63

Peran PSM dalam Pencegahan

dan Penanganan Stunting


Oleh :

Dr. Agus Widiatmo, M.Si


PENGANTAR DISKUSI (1)
PENGANTAR DISKUSI (2)
PENGANTAR DISKUSI (3)
Pokok Bahasan 1 :
Kebijakan Pencegahan
dan Penanganan Stunting
Kebijakan Pencegahan
dan Penanganan Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia balita
akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama
pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

Penyebab stunting bersifat multidimensional, tidak hanya


kemiskinan dan akses pangan tetapi juga pola asuh dan
pemberian makan pada balita, tidak hanya faktor spesifik gizi,
tetapi juga faktor sensitif gizi yang saling berinteraksi.

Riskesdas 2018 menunjukkan sebanyak 30,8 % balita


mengalami stunting. Walaupun pada 2019 prevalensi
stunting menjadi 27,7 %, angka tersebut masih jauh
dari target nasional sebesar 14 persen pada 2024.
Visi Pemerintah 2020-2024 :
Mengembangkan Sistem Jaminan Gizi &Tumbuh Kembang Anak
melalui perbaikan asupan gizi sejak dalam kandungan,
pola asuh keluarga dan fasilitas air bersih dan sanitasi.

Mengembangkan Reformasi Sistem Kesehatan, melalui (poin f)


mempercepat upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) dan prevalensi stunting

Dalam dokumen RPJMN 2020 – 2024, upaya percepatan


penurunan stunting jadi salah satu major project
Strategi nasional percepatan pencegahan stunting dilakukan
melalui pendekatan multi-sektor yang melibatkan seluruh
pemangku kepentingan (stakeholder) secara terintegrasi
dari pusat, daerah, hingga tingkat desa, yang tidak terbatas
pada sektor kesehatan semata, tetapi juga pada sektor gizi,
air minum dan sanitasi, pengasuhan dan PAUD,
perlindungan sosial dan ketahanan pangan.

Intervensi terkait pencegahan dan penanganan stunting,


Dilakukan dalam 2 (dua) bentuk, yaitu intervensi spesifik
(ditujukan untuk mengatasi penyebab langsung) dan
intervensi sensitif (untuk penyebab tidak langsung)
Intervensi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung
stunting yang meliputi:
 Kecukupan asupan makanan, suplemen dan gizi;
 Perawatan dan pemantauan pertumbuhan anak
 Pemeriksaan kesehatan dan kehamilan
 Imunisasi lengkap

Intervensi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung


stunting yang meliputi:
 Peningkatan akses pangan bergizi;
 Peningkatan kesadaran, komitmen & praktik pengasuhan ortu;
 Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan;
 Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi.
Kebijakan di Kementerian Sosial :
1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman publik dan perubahan
perilaku masyarakat untuk mencegah stunting, melalui pelatihan
bagi penyelenggara kampanye dan komunikasi perubahan perilaku
2. Memperkuat koordinasi dan konsolidasi program/kegiatan pusat,
dan daerahmelalui kolaborasi lintas aktor, termasuk SDM Kesos
di dalamnya
3. Meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan mendorong
ketahanan pangan, melalui pemberian bantuan tunai, seperti PKH
dan program Bansos Sembako untuk memastikan agar semua
keluarga miskin dapat memenuhi kebutuhan pangannya.
Pokok Bahasan 1 :
Kebijakan Pencegahan
dan Penanganan Stunting
Permasalahan
Stunting
Data Riskesdas 2018 menunjukkan sebanyak 30,8 % balita
mengalami stunting. Meski pada 2019 prevalensi stunting
menjadi 27,7 %, namun masih jauh dari target nasional
sebesar 14 % pada 2024. Kasus stunting terjadi hampir di
seluruh wilayah dan di seluruh kelompok sosial ekonomi.

Berdasarkan survey KemenKominfo (2019), pengetahuan


masyarakat mengenai stunting sebesar 46,1% (kategori
kurang) karena penyampaian informasi menggunakan
bahasa yang sulit dipahami.
Pengertian dan Penyebab Stunting
Stunting adalah kondisi dimana anak memiliki tinggi badan
yang tidak sesuai dengan rata-rata anak seusianya.

Risiko stunting lebih tinggi pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan
(1000 HPK) yaitu sejak dalam kandungan sampai anak usia 2 tahun

Penyebab stunting didapat secara langsung dan tidak langsung.


Penyebab langsung stunting seperti kurang gizi, tidak imunisasi,
ataupun penyakit berulang. seperti diare, infeksi saluran
pernafasan dan cacingan. Penyebab tidak langsung seperti
kurangnya stimulasi, tidak menjaga kebersihan diri & lingkungan.
Dampak Stunting (1)

Stunting berdampak tidak saja pada terganggunya pertumbuhan


fisik anak (bertubuh pendek) saja, melainkan juga terganggunya
perkembangan otak anak, yang akan sangat berpengaruh pada
kemampuan dan prestasinya di sekolah, termasuk produktivitas
dan kreativitasnya di usia-usia produktif. Secara global, stunting
juga mengakibatkan anak rentan untuk terserang penyakit, dan
berkontribusi terhadap 15-17% dari seluruh kematian anak.

Dampak jangka pendek Stunting dikenal dengan 3-G, yaitu :


Gagal Tumbuh, Gagal Kembang dan Gangguan Metabolisme
Dampak Stunting (2)

Gagal Tumbuh adalah suatu kondisi pada anak yang ditandai


oleh kenaikan berat badan yang tidak sesuai, berat badan yang
tidak naik, atau bahkan turun dibandingkan pengukuran
sebelumnya berdasarkan grafik pertumbuhan.

Gagal Kembang adalah kondisi dimana anak mengalami


keterlambatan atau tertahannya pertumbuhan fisik tubuhnya
sehingga perkembangannya seringkali dinilai tidak normal,
yang pada umumnya disebabkan oleh pemenuhan kebutuhan
nutrisi dan stimulasi yang kurang memadai.
Dampak Stunting (3)

Gangguan Metabolisme adalah gangguan medis yang berdampak


pada produksi sel tubuh anak, sehingga zat pertumbuhan dan
perkembangan yang berperan dalam metabolisme sel hilang atau
rusak, yang berakibat pada proses kerja organ tubuhnya menjadi
terganggu, sehingga berbagai fungsi tubuh pun juga terganggu.

Dalam jangka panjang, stunting juga akan berdampak


mengurangi kualitas generasi penerus suatu bangsa
Orangtua, keluarga dan masyarakat dapat memanfaatkan
potensi yang ada, dalam upaya pencegahan stunting, melalui
pemberian makanan bergizi seimbang pada masa kehamilan
hingga anak berusia 2 tahun, mengakses layanan kesehatan
dan informasi yang tepat (bukan hoax), pemberian stimulasi
yang optimal, serta menjaga kebersihan diri (cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir) dan lingkungan (BAB di jamban sehat).
Ketika terdapat anak stunting, keluarga dan lingkungan
tidak boleh memberikan label (labelling) maupun
mengolok-olok (bullying) anak. Penting juga untuk
memastikan anak tetap mendapatkan gizi dan nutrisi
yang baik, stimulasi yang memadai, serta keluarga
dapat mengakses rujukan layanan yang diperlukan.
Pokok Bahasan 1 :
Kebijakan Pencegahan
Pencegahan
dan Penanganan Stunting dan
Penanganan Stunting
Melalui Pemenuhan
Kesejahteraan Ibu Hamil
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Ibu
mencerminkan rendahnya kesejahteraan pada ibu hamil.

O’Leary (2015) menyatakan kesejahteraan selama


kehamilan memiliki hubungan yang berarti terhadap
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi. Rendahnya
tingkat kesejahteraan ibu hamil dapat mengakibatkan
gangguan selama kehamilan hingga masa nifas yang
dapat menyebabkan anak lahir stunting.
Pentingnya Informasi bagi Ibu Hamil
Keluarga dan masyarakat perlu memberikan dukungan
kepada ibu hamil agar ibu merasa nyaman dengan kehamilan
dan anak terlahir sehat, cerdas dan tidak stunting.

Ibu hamil dan anggota keluarga perlu bijak dalam memilah


dan memilih informasi. Untuk memastikan informasi tepat
atau tidak, dapat bertanya di saat mengikuti kegiatan di
Posyandu dan Kelas Ibu Hamil, maupun mencari informasi
dari sumber yang terpercaya seperti pemerintah dan ahli.
Pentingnya Asupan Gizi untuk Ibu Hamil
Makanan bergizi sangat penting bagi ibu hamil untuk
mencegah kekurangan gizi dan kekurangan darah
yang dapat mengakibatkan anak lahir stunting.

Ibu hamil perlu makan makanan yang bergizi seimbang


dan meminum Tablet Tambah Darah setiap hari untuk
mencegah kekurangan gizi dan kekurangan darah
yang dapat mengakibatkan anak lahir stunting.

Keluarga dapat membuat jadwal minum TTD, membantu


menyusun menu dan menemani ibu hamil saat makan
Pentingnya Kebersihan Diri dan
Istirahat yang Cukup bagi Ibu Hamil
Ibu hamil perlu menjaga kebersihan diri dan istirahat cukup
untuk memastikan kesehatan ibu dan janin.

Keluarga dapat mendukung ibu hamil dengan berbagi peran


dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, sehingga
ibu hamil mempunyai cukup waktu untuk istirahat

Keluarga dapat mengingatkan ibu hamil untuk menjaga


kebersihan diri (mandi, gosok gigi, cuci rambut, ganti
pakaian dan cuci tangan pakai sabun)
Pentingnya Dukungan bagi Ibu Hamil
Ibu hamil mengalami berbagai macam perasaan,
baik senang, sedih, semangat, tertekan, khawatir .
Hal ini wajar terjadi dalam masa kehamilan.

Keluarga dan lingkungan perlu memberikan lebih banyak


perhatian dan waktu kepada ibu hamil untuk mengungkapkan
perasaan, ide dan pengalamannya (curhat, ngobrol, diskusi)
sehingga akan membantu ibu hamil merasa senang/bahagia
karena mendapat perhatian cukup. Hal ini berpengaruh baik
pada kondisi ibu hamil dan janinnya.
Pentingnya Stimulasi pada Janin

Kegiatan memberikan rangsangan (stimulasi) kepada janin


dalam kandungan, baik berupa suara, cahaya, maupun
Sentuhan dapat dilakukan ayah & ibu kapan & di mana saja.

Ayah dapat memberikan stimulasi berupa suara, cahaya dan


sentuhan kepada janin saat berada di dekat ibu hamil.
Tabel: Kapan Stimulasi pada Janin dan Manfaatnya
Jangka Jenis Stimulasi Manfaat/Kegunaan Alat Bantu
Waktu
Trisemester Sentuhan Pembentukan jaringan otak, gerakan Tangan orangtua/
pertama Refleks dan janin juga mulai bertumbuh orang terdekat

Trisemester Suara Fungsi pendengaran mulai berkembang Musik syahdu, musik


kedua rohani, kata-kata po-
sitif.
Cahaya Fungsi mata dan otak sudah mulai Lampu senter atau
tumbuh sinar matahari

Trisemester Sama dengan Pertumbuhan otak, pendengaran, Sama dengan di atas


ketiga di atas secara pengli- secara bergantian
bergantian hatan dan perasaan berkembang menuju
sempurna.
Pokok Bahasan 1 :
Kebijakan Pencegahan
Pencegahan dan
dan Penanganan Stunting
Penanganan Stunting
Melalui Pemenuhan
Kesejahteraan Bayi Baru Lahir
dan Ibu Menyusui
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan
di suatu negara adalah menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB). Sustainable Development Goals
(SDGs) memiliki target yaitu AKI ditargetkan lebih rendah dari
70/100.000 kelahiran hidup serta AKB lebih rendah dari
12/1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).

Angka ini salah satunya dipengaruhi oleh kesejahteraan ibu


yang berhasil menyusui ASI saja sampai 6 bulan dan
lebih dari 6 bulan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang
dan mencegah terjadinya stunting pada anak.
Kesejahteraan Bayi Baru Lahir dan Ibu Menyusui

Kesejahteraan bayi baru lahir yang harus dipenuhi orang tua


adalah IMD & ASI Eksklusif (fisik) serta kasih sayang (mental),
dengan memastikan kebutuhan fisik dan mental ibu menyusui
terpenuhi oleh keluarga, untuk mengoptimalkan tumbuh
kembang bayi sehingga terbebas dari stunting.
Akses Layanan untuk Kesejahteraan
Bayi Baru Lahir dan Ibu Menyusui

Kebutuhan fisik dan mental bagi bayi baru lahir dan


ibu menyusui dapat terpenuhi dengan memanfaatkan
layanan yang tersedia di masyarakat, seperti Posyandu,
Puskesmas, PAUD, BKB ataupun program bansos bagi
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) berupa program
Sembako, kegiatan P2K2 & pertemuan-pertemuan lain
yang ditujukan untuk mendukung kapasitas keluarga.
Tradisi yang Mendukung Kesejahteraan
Bayi Baru Lahir dan Ibu Menyusui

Keluarga dan lingkungan harus bijak dalam memilih


tradisi yang dapat mendukung kesejahteraan dan tumbuh
kembang bayi baru lahir untuk mencegah stunting

Bentuk dukungan yang bisa diberikan keluarga dan lingkungan


secara material (makanan bergizi, peralatan dan perlengkapan
bagi bayi serta ibu menyusui) dan non material (kasih sayang
dan informasi perawatan ibu menyusui)
Pokok Bahasan 1 :
Kebijakan Pencegahan
Pencegahan
dan Penanganan Stunting dan
Penanganan Stunting
melalui Pemberian Stimulasi
pada Anak
Pencegahan dan penanganan stunting tidak hanya diupayakan
melalui asupan nutrisi tapi juga pemberian stimulasi terhadap
anak sejak dalam kandungan. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa program terpadu antara kesehatan, kebersihan dan
stimulasi telah berhasil mengurangi proporsi anak stunting.
(Rahayu, Safitri & Indah, 2018).

Pada umumnya pemahaman dan praktik stimulasi di


rumah, masih rendah, termasuk keterlibatan laki-laki
(ayah) dalam pengasuhan stimulasi anak hanya menjadi
tugas perempuan (ibu) semata
Stimulasi Bayi Baru Lahir hingga Usia 6 Bulan
 Mengajak bayi ngobrol bisa menstimulasi kecerdasan otak,
terutama dalam kemampuan berbahasa.
 Menanyikan lagu saat menyusui bayi, menurut penelitian, juga
akan menstimulasi perkembangan kognitif bayi.
 Menyentuh dengan penuh kasih sayang kepada bayi pada saat
menyusui juga dapat memperkuat ikatan dengan bayi
 Mengajak bermain sederhana, seperti cilukba juga meningkatkan
perkembangan otak bayi.
 Membacakan buku cerita akan mendukung penambahan kosa
kata yang lebih banyak.
 Memperdengarkan musik juga dapat meningkatkan fokus dan
daya ingat bayi.
 Memijat juga memiliki bermanfaat untuk perkembangan mental,
fisik dan sosial bayi.
Aktifitas Bayi 0-6 Bulan

Kegiatan bayi didominasi tidur dan menyusu. Kegiatan menyusui


bisa dimanfaatkan tidak saja untuk pemenuhan gizi bayi tapi juga
untuk pemberian stimulasi. Kegiatan bayi selain tidur dan menyusu
juga dapat dimanfaatkan untuk pemberian stimulasi.

Pada usia ini bayi memerlukan kegiatan bermain dengan orang


yang ada di dekatnya/keluarga, agar anak mendapat stimulasi/
rangsangan bagi perkembangan otaknya sehingga bayi
tumbuh sehat dan cerdas dan tidak stunting.
Bayi menangis bukan berarti rewel, namun jadi salah satu
cara bayi untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya.
Bayi mampu merespon dengan cara berceloteh, menangis,
tertawa, menatap, tersenyum, menggerakkan tangan & kaki

Orangtua perlu memastikan kehadirannya secara fisik


untuk memberikan stimulasi agar dapat membangun
kelekatan dan mendukung perkembangan otak bayi.
Aktifitas Bayi 6-12 Bulan

Kemampuan bergerak pada bayi usia 6-12 bulan mengalami


banyak perubahan mulai dari berguling, merangkak, duduk,
menendang, melempar, berceloteh, serta persiapan berjalan.

Untuk mendukung perkembangan kemampuan tersebut


diperlukan kehadiran fisik dari orang tua dan anggota
keluarga lain untuk memastikan keamanan dan
kenyamanan bayi usia 6-12 bulan
Prinsip Melakukan Stimulasi
 Lakukan penuh kasih sayang
 Lakukan tidak terburu-terburu,
 Tidak memaksakan kehendak anak
 Perhatikan minat anak
 Jaga emosional diri (tidak sedang kesal/marah)
 Gunakan kata-kata baik, dan berikan pujian pada anak.
 Stimulasi cukup dilakukan 2 kali sehari @ 30 menit.
Aktifitas Anak 1-2 Tahun

Stimulasi dapat dilakukan bersamaan dengan aktivitas rumah tangga


yang dilakukan orangtua. Stimulasi dapat dilakukan sesering mungkin,
setiap ada kesempatan ketika berinteraksi dengan anak, bervariasi,
dan disesuaikan dengan usia anak

Berikan stimulasi dengan riang gembira agar anak merasa nyaman


dan senang, memperhatikan lingkungan sekitar & keselamatan anak
Aktifitas Anak 2-6 Tahun

Anak usia 2-6 tahun tetap perlu diberikan gizi dan rangsangan
yang optimal untuk tumbuh kembangnya walaupun sudah
melewati masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk merangsang


tumbuh kembang anak, yang digabungkan dengan
kegiatan orangtua dan anak sehari- hari.
Orangtua dapat melibatkan anak di saat melakukan berbagai
kegiatan sehari-hari seperti : menyiapkan makan bersama,
menyapu dan mengepel lantai, melipat baju, mencuci piring,
mencuci baju, memandikan anak, merapikan tempat tidur, dll

Hal terpenting dalam berkegiatan bersama anak adalah


proses yang menyenangkan, bukan hasil yang dicapai anak.
Pastikan juga anak berpartisipasi di layanan Taman Anak
Sejahtera (TAS) ataupun Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
yang ada di lingkungan rumah, seperti Kelompok Bermain,
Pos PAUD, Taman Kanak-Kanak (TK) ataupun kegiatan
Satuan PAUD sejenis lainnya; agar anak dapat belajar
bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Alternatif Stimulasi/Permainan untuk Anak
Usia 2-6 tahun :
 Bermain peran
 Susun balok/ benda apa saja yang ada di rumah
 Bermain pasir
 Bermain detektif
 Masak-masakan atau membantu ibu memasak
Pokok Bahasan 1 :
Kebijakan Pencegahan
dan Penanganan StuntingBansos
Pemanfaatan
untuk Gizi Anak Usia Dini
dan Ibu Hamil
Salah satu upaya pencegahan stunting yang dilakukan Kemensos
yaitu dengan memberikan bantuan sosial tunai yang bertujuan untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari Keluarga Penerima Manfaat.
Namun kecenderungannya penggunaan bansos belum sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.

Dalam konteks pencegahan dan penanganan stunting,


bantuan sosial tunai berupa program sembako, misalnya,
dapat dimanfaatkan oleh Keluarga Penerima Manfaat dalam
upaya pemenuhan gizi bagi anak usia dini dan ibu hamil
Pemanfaatan Potensi Pangan Lokal
Agar makanan yang dimakan ibu hamil dan balita
memiliki kandungan gizi yang baik, maka KPM
harus memahami jenis makanan dan fungsinya.

Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil dan balita


harus memenuhi gizi seimbang seperti yang ada di
isi piringku (memenuhi komposisi gizi dan nutrisi
seimbang : karbohidrat, protein, vitamin & mineral)
Pentingnya Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari- hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
Keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam
rangka mempertahankan berat badan normal
10 Pesan Menu Gizi Seimbang
 Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan
 Banyak makan buah dan sayur
 Biasakan mengkonsumsi lauk pauk berprotein tinggi
 Biasakan mengkonsumsi aneka ragam makanan pokok
 Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak
 Biasakan sarapan pagi
 Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
 Lakukan aktivitas fisik cukup & pertahankan berat badan ideal
 Biasakan membaca label pada kemasan pangan
 Cuci tangan pakai sabun dan air bersih mengalir
MP ASI untuk Gizi Seimbang Anak Usia Dini

Anak memasuki usia 6 bulan, perlu diberikan MP ASI


agar terpenuhi kebutuhan gizinya secara seimbang.
Ibu hamil perlu mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
untuk memastikan janin yang dikandung tumbuh kembang
dengan baik serta lahir sehat, cerdas dan tidak stunting
Syarat Pemberian MP-ASI :
 Tepat waktu, MP-ASI diberikan pada saat ASI Eksklusif tidak
dapat memenuhi kebutuhan gizi pada bayi.
 Adekuat, artinya bahwa MP-ASI memiliki kandungan gizi
dengan jumlah memadai untuk kebutuhan gizi bayi seusianya.
 Aman artinya bahwa MP-ASI disiapkan secara steril agar
terhindar dari bakteri dan virus yang dapat menyebabkan diare,
kholera, cacingan, dan sebagainya
Pokok Bahasan 1 :
Kebijakan Pencegahan
dan Penanganan Stunting
Pencegahan dan Penanganan
Stunting melalui Kebersihan
Diri dan Lingkungan
Permasalahan stunting tidak hanya dipicu oleh kurangnya
asupan nutrisi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh masalah
kebersihan diri dan lingkungan. Kurangnya kepedulian
masyarakat untuk mencuci tangan dengan benar ataupun
menggunakan jamban yang sehat akan berpengaruh
pada kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang anak
sehingga mengakibatkan mereka rentan terhadap
serangan berbagai infeksi dan penyakit.

Praktek kebersihan diri dan lingkungan dengan CTPS secara


benar dan pemanfaatan jamban sehat harus diberikan kepada
seluruh masyarakat dalam rangka pencegahan stunting.
Cuci Tangan Pakai Sabun (1)
Cuci tangan dengan air mengalir saja tidak cukup sehingga harus
memakai sabun untuk membersihkan tangan dari kotoran yang
mengandung kuman penyebab diare dan penyakit menular lainnya
sehingga ibu dan anak dapat terhindar dari serangan penyakit dan
kekurangan gizi sebagai penyebab stunting.

Waktu penting CTPS: (1) Sebelum makan; (2) Setelah BAB/BAK;


(3) Sebelum menyentuh makanan; (4) Sebelum menyusui; (5)
Setelah beraktifitas, misal : setelah berkebun, bepergian; dan
(6) Sebelum mengolah bahan makanan yang didapat dari Bansos
Cuci Tangan Pakai Sabun (2)

6 Langkah CTPS : (1) Usap & gosok kedua telapak tangan secara
lembut dengan arah memutar; (2) Usap & gosok kedua punggung
tangan secara bergantian; (3) Gosok sela-sela jari tangan hingga
bersih; (4) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok
perlahan; (5) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi
saling mengunci; (6) Gosok & putar kedua ibu jari secara bergantian

CTPS dilakukan kurang lebih selama 20 detik, gunakan sabun


cair/ sabun batangan dalam wadah tertutup, gunakan air
mengalir, tidak berbau dan tidak berwarna
Cuci Tangan Pakai Sabun (3)
Cuci tangan tidak harus menggunakan alat yang mahal, misal
wastafel, KPM bisa membuatnya sendiri dari bahan murah dan
sederhana (contoh; galon air mineral, ember cat diberi lubang)

Tempat penampungan air harus dibersihkan dan dikuras


secara rutin untuk menghindari lumut dan jentik nyamuk.
Cuci tangan hanya memerlukan air mengalir dan sabun

Sabun yang digunakan tidak perlu sabun khusus


anti kuman (antiseptik), bisa menggunakan sabun
mandi ataupun sabun cairan pencuci piring.
Jamban Sehat (1)
Jamban adalah ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat
duduk dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan
unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.

Jamban sehat dapat mencegah diare, muntaber dan penyakit


menular lainnya yang menjadi salah satu penyebab terjadinya
stunting. Diare menjadi salah satu faktor risiko yang dominan
terhadap kejadian stunting (Dewi & Adhi, 2016; Kurnia, 2016)
Jamban Sehat (2)

Ciri Jamban Sehat (1) :


 Jarak lubang septic tank berjarak minimal 10-15 meter dari
sumur atau sumber air minum
 Kotoran/tinja tidak dapat disentuh oleh serangga maupun
tikus
 Lantai kedap air & landai/miring ke arah lubang pembuangan
sehingga tidak ada air kotor yang menggenang
Jamban Sehat (3)

Ciri Jamban Sehat (2) :


 Dilengkapi dinding dan atap pelindung serta cukup
penerangan
 Tersedia ventilasi udara
 Tersedia air bersih, sabun & alat pembersih
 Bersihkan lantai jamban secara teratur (minimal 1 minggu
sekali dan ketika kotor)
 Pastikan saluran pembuangan lancar dan tidak tersumbat
Jamban Sehat (4)

Jika tidak memiliki jamban yang sehat sendiri, dapat


menggunakan jamban umum yang sehat yang telah
disediakan oleh pemerintah, yang harus dijaga bersama
kebersihannya dengan kerja bakti secara rutin

Juga bisa mengajukan bantuan jamban dari pemerintah pusat


yang disalurkan melalui puskesmas dan desa melalui
forum musyawarah desa atau melalui pendamping
Pokok Bahasan 1 :
Kebijakan Pencegahan
dan Penanganan Peran
Stunting
PSM
dalam Pencegahan dan
Penanganan Stunting
Peran SDM Kesos dalam Pencegahan Stunting (1)

 Peran sebagai pendidik (educator), kegiatan penyampaian pengetahuan


tentang stunting, peningkatan kesadaran, komitmen, praktik pengasuhan
dan gizi bagi ibu dan anak. Sasaran kegiatan adalah tingkat keluarga dan
masyarakat.
 Peran sebagai fasilitator, untuk memfasilitasi agar keluarga dan masyarakat
mampu mendukung pemenuhan kesejahteraan ibu hamil dan/atau menyusui
serta anak balita, meningkatkan akses & kualitas pelayanan gizi & kesehatan.
Sasaran kegiatan fasilitasi adalah keluarga 1000 HPK & masyarakat sekitarnya
Peran SDM Kesos dalam Pencegahan Stunting (2)

 Peran sebagai penyuluh sosial, kegiatan sosialisasi untuk mendukung


perubahan perilaku keluarga 1000 HPK dan masyarakat sekitar dalam
pencegahan dan penanganan stunting. Sasaran penyuluhan sosial
adalah masyarakat secara umum, ibu-ibu yang mempunyai balita.
 Peran sebagai advokat sosial, dengan membantu & mewakili keluarga
dan masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap hak dasar dalam
upaya pencegahan dan penanganan stunting.
 Peran sebagai mobilisator, dengan cara menggerakkan keluarga dan
masyarakat dalam kegiatan pencegahan dan penanganan stunting.

Anda mungkin juga menyukai