Masyarakat
1
Ukuran Epidemiologi
Data, Insidence-prevalence dan
standardisation, Years of life lost (YLL),
pengukuran beban penyakit 2
DATA
METODE METODE
▰ Mengumpulkan data dari catatan ▰ Wawancara
medik di sarana pelayanan kesehatan ▰ Angket
atau instansi yang berhubungan
▰ Observasi
dengan kesehatan
▰ Pemeriksaan
▰ Survei
5
INSIDENSI
Insidensi → jumlah kasus baru suatu penyakit yang muncul dalam suatu periode
waktu dibandingkan dengan unit populasi tertentu dalam periode waktu tertentu.
Penyebut → jumlah orang yang berisiko atau jumlah orang yang diteliti dalam
kelompok atau populasi.
Waktu; jika angka insidensi secara konsisten lebih tinggi selama kurun
waktu tertentu dalam satu tahun → risiko pada saat itu akan meningkat.
9
Prinsip-Prinsip Penggunaan Angka Insidensi
Tempat; jika angka insidensi secara konsisten lebih tinggi di anatara mereka yang tinggal di
suatu tempat tertentu → risiko seseorang untuk terkena penyakit meningkat jika ia tinggal di
tempat itu.
Orang; jika angka insidensi secara konsisten lebih tinggi di anatara mereka yang
memiliki faktor-faktor gaya hidup tertentu → risikonya meningkat dikalangan tersebut.
Insidensi tinggi →jumlah kasus yang baru juga banyak sehingga risiko meningkat
angka insidensi penyakit terbukti tinggi → keberadaan suatu epidemi atau kemungkinan
10
Insidensi dan Angka Serangan (Attack Rate)
13
PREVALENSI
▰ Prevalensi → jumlah kasus penyakit, orang yang terinfeksi, atau kondisi, yang ada
padasatu waktu tertentu, dihubungkan dengan besar populasi darimana kasus itu
berasal.
▰ faktor yang mempengaruhi prevalensi dalam suatu populasi, yaitu:
▻ Penyakit baru muncul di populasi → angka insidensi meningkat → prevalensi pun akan
meningkat.
▻ Semakin panjang durasi penyakit → prevalensi lebih lama berada pada posisi yang tinggi.
▻ Intervensi dan perlakuan mempunyai efek pada prevalensi.
▻ Semakin banyak populasi yang sehat → menurunkan prevalensi
penyakit akut → durasi kehidupan & harapan hidup populasi meningkat 14
ANGKA PREVALENSI
▰ Prevalensi Periode
▰ Point Prevalence
jumlah kasus penyakit yang ada
Angka prevalensi periode = pada satu titik waktu × 1.000
total populasi yang ada
16
HUBUNGAN ANTARA INSIDENSI DAN PREVALENSI
18
STANDARISASI
19
Standarisasi langsung (direct standardization)
21
Contoh standarisasi langsung (direct standardization)
σ 𝑀𝑏 . 𝑃𝑎 1.969.242
𝑚1 = × 1.000 −→ 𝑚1 = × 1.000 = 11,0 𝑝𝑒𝑟 1000
𝑃 179.323.000
Dengan adanya standarisasi langsung, CDR Jepang menjadi lebih tinggi dari nilai
yang sebenarnya dengan menggunakan struktur penduduk Amerika. Nilai CDR
Jepang lebih tinggi 15,8% dibanding CDR di Amerika jika digunakan standarisasi
langsung. Tingginya nilai CDR ini terjadi karena struktur penduduk Amerika lebih
tua dibandingkan dengan penduduk Jepang.
22
Standarisasi tidak langsung (indirect standardization)
Diketahui :
Perkiraan kematian di Jepang =
σ 𝑀𝑎 . 𝑃𝑏 = 617.544
24
Standarisasi tidak langsung (indirect standardization)
𝑑 706.559
𝑚2 = × 𝑀 −→ 𝑚2 = × 9,5 = 10,9
σ 𝑀𝑎 . 𝑃𝑏 617.544
30
9/21/2019
Ukuran-ukuran dampak
❑ Attributable Fraction in Exposed (AFE)
❑Fraksi atributabel = fraksi Proporsi rate (tingkat) insidens penyakit di
etiologik = Etiologic Fraction (EF)
= attributable fraction = AF antara terpajan yang akan direduksi jika
eksposur dieliminasi
Dinyatakan sebagai pembagian risk
difference dengan rate kejadian pada Insidens(terpajan ) − Insidens(tidak terpajan )
AFE =
populasi yang terpajan. Insidens( populasi )
Bias Seleksi
• kesalahan sistematik yang berasal dari prosedur memilih subjek dan faktor yang
mempengaruhi keikutsertaan responden
Bias Informasi
• kesalahan sistematik dalam sebuah penelitian yang bisa muncul karena informasi
yang dikumpulkan dari subjek penelitian yang salah (tidak tepat).
• Adalah distorsi dalam memprediksi hubungan atau asosiasi antara faktor eksposur
dan outcome (hasil) sehingga asosiasi sebenarnya tidak tampak atau ditutupi oleh
faktor lainnya. Pengaruh faktor perancu bisa memperbesar atau memperkecil
hubungan sebenarnya
34
Pedoman Pelaporan Studi Observasional
37
Skrining
9/21/2019
Tipe skrining medis
38
9/21/2019
UJI VALIDITAS
▰ Sensitivitas ▰ Spesifisitas
kemampuan suatu uji untuk kemampuan suatu uji untuk
mengidentifikasi orang yang sakit mengidentifikasi orang yang
benar-benar sehat
39
NILAI PREDIKTIF TES
•Semakin tinggi angka prevalensi, semakin tinggi sensitivitas dan spesifisitas uji tersebut terhadap nilai
prediktifnya.
•Semakin tinggi angka prevalensi, semakin besar kemungkinan terjadinya positif benar.
•Semakin sensitif suatu uji, semakin tinggi nilai prediktif dan semakin rendah jumlah positif palsu dan negatif palsu.
•Ketika melakukan uji negatif, nilai prediktif adalah persentase orang sehat diantara semua partisipan yang memiliki
hasil uji negatif.
•Informasi prevalensi berguna untuk menghitung dan membagi kelompok studi menjadi sakit dan sehat
40
4
Skrining
Perbedaan skrining-diagnosis-case finding,
likelihood ratio, pre-test post-test
probability
41
PERBEDAAN
45
ASPEK ETIK
•Kerugian psikologis dari
kesalahan positif
•Kematian yang bisa
bermanfaat
besar, Non- dicegah akibat tes negatif
Kualifikasi dan Uji diagnostik yang terlibat dalam pemrosesan tes harus memenuhi kualifikasi, terdaftar dan diakreditasi oleh
Akreditasi badan hukum. Untuk mempertahankan akreditasi mereka, harus ada pengurangan jumlah minimum kasus
abnormal setiap tahun
Kerahasiaan Informasi tingkat individu yang dikumpulkan melalui penyaringan harus dirahasiakan hanya untuk personil
yang berwenang dan dikelola sesuai dengan pedoman
Hak untuk TIDAK Untuk diagnosis tertentu, hak anak-anak untuk tidak diskrining dapat dilindungi secara hukum. Demikian
diskrining juga, hukum menawarkan perlindungan kepada tahanan dan orang-orang dengan kesulitan belajar melawan
pemaksaan ke dalam program skrining. Seharusnya tidak ada diskriminasi terhadap non-peserta
Persepsi Tingkat Keparahan Penyakit Tes dan perawatan diagnostik yang tidak menyenangkan
Pengetahuan terhadap Tersedianya Pengobatan Faktor sosial ekonomi (mis. Pendapatan, pendidikan,
perampasan, pekerjaan)
Aksesibilitas
49
INFORMED CHOICE
Aturan/Definisi
Informed choice Pilihan-pilihan yang diinformasikan, konsisten dengan nilai-
nilai pembuat keputusan, dan diimplementasikan secara
perilaku
51
PERENCANAAN SKRINING
menggunakan 2 pendekatan :
1. Skrining oportunistik
2. Proaktif, populasi yang ditargetkan
diidentifikasi secara aktif dan diundang
untuk berpartisipasi dalam program
skrining.
Perhatikan riwayat alami penyakit dan
efisiensi biaya
Efektivitas uji skrining dilakukan dengan
RCT 52
PENGOPERASIAN
Kondisi
• Adakah bukti valid yang menunjukkan bahwa intervensi dini meningkatkan hasil?
Uji
• Apakah uji ini aman?
• Apakah uji ini akan berhasil dalam populasi dan sistem perawatan kesehatan?
Intervensi
• Apakah ada pengobatan yang efektif yang dapat digunakan setelah identifikasi awal penyakit?
Program
• Apa manfaat dan bahaya program skrining?
• Apakah hemat biaya?
Implementasi
• Adakah fasilitas, kepegawaian, keahlian, pelatihan yang tepat untuk merawat kondisi ini?
• Apakah ada rencana yang disepakati untuk mengelola dan memantau kualitas program skrining? 54