PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia adalah terciptanya pembangunan kesehatan yang adil dan merata,
yang mengupayakan agar masyarakat berada dalam keadaan sehat secara
optimal, baik fisik, mental, dan social serta mampu menjadi generasi yang
produktif. Pencapaian pembangunan kesehatan dinilai dengan derajat kesehatan
masyarakat. Derajat kesehatan digambarkan dengan situasi mortalitas,
morbiditas, dan status gizi masyarakat. Ketidakseimbangan gizi dapat
menurunkan kualitas SDM. Gizi yang baik akan menghasilkan SDM yang
berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta
produktif.
Perbaikan gizi diperlukan mulai dari masa kehamilan, bayi dan anak
balita, prasekolah, anak usia sekolah dasar, remaja dan dewasa, sampai usia
lanjut. Anak sekolah dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizi
masyarakat karena pada masa anak fungsi organ otak mulai terbentuk mantap
sehingga perkembangan kecerdasan cukup pesat. Anak Sekolah Dasar (SD)
adalah anak usia 6-12 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat
membutuhkan gizi yang cukup agar tidak terjadi penyimpangan pada
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Gizi yang kurang juga akan membuat sistem imun pada anak lemah.
Aktifitas yang cukup tinggi dan kebiasaan makan yang tidak teratur pada anak
sering mengakibatkan ketidakseimbangan antara asupan dan kecukupan gizi.
Ketidakseimbangan antara asupan dan kecukupan gizi akan menimbulkan
masalah gizi, baik itu masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Masalah gizi
di Indonesia masih didominasi oleh masalah gizi kurang yaitu Kurang Energi
Protein (KEP), anemia besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),
dan kekurangan vitamin A.
1
Disamping itu juga terdapat masalah gizi mikro lainnya seperti
defisiensi zink yang sampai saat ini belum terungkap karena adanya
keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi. Kekurangan gizi juga
dapat menyebabkan penyakit infeksi yang menjadi penyebab kematian.
Menurut data Riskesdas tahun 2007, pada anak usia 6-14 tahun, prevalensi
anak gizi kurang menggunakan nilai rerata IMT, umur, dan jenis kelamin
paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (laki-laki 23,1% dan perempuan
19,1%), dan prevalensi paling rendah di Bali (laki-laki 8,3% dan perempuan
6,9%) 4. Sedangkan prevalensi anak kurang gizi di Sumatera Selatan, yaitu
laki-laki 14,9% dan perempuan 13,8%. Dari data Riskesdas 2010, prevalensi
anak pendek masih tinggi pada anak usia 6-12 tahun adalah 35,8%, dan
untuk anak kurus pada usia 6-12 tahun adalah 11% 5. Tidak hanya masalah
gizi kurang, masalah gizi lebih juga harus diperhatikan karena prevalensi gizi
lebih meningkat dengan bertambahnya usia. Data Riskesdas 2007 menyatakan
bahwa prevalensi paling tinggi anak laki-laki usia 6-14 tahun dengan berat
badan lebih di Sumatera Selatan (16,0%) dan anak perempuan di Nanggroe
Aceh Darussalam (12,0%). Sedangkan prevalensi berat badan lebih paling
rendah di Nusa Tenggara Timur, laki-laki (4,6%) dan perempuan (3,2%).
Secara garis besar ada tiga faktor utama yang dapat menyebabkan
masalah gizi, yaitu faktor penjamu, agens, dan lingkungan. Faktor penjamu
meliputi: faktor genetik, umur, jenis kelamin, kelompok etnik, keadaan
fisiologis, keadaan imunologis, kebutuhan zat gizi, dan kebiasaan seseorang.
Faktor agens meliputi: faktor gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam,
fisiologi, genetik, psikis, kekuatan fisik, dan Fiologis/parasit. Sedangkan
faktor lingkungan meliputi: lingkungan fisik, biologis, sosial, ekonomi, dan
budaya. Masalah gizi dapat dilihat dari ketidakseimbangan anatara faktor
penjamu, agens, dan lingkungan
Berdasarkan latar belakang diatas, dapt disimpulkan bahwa gizi pada masa
pertumbuh kembangan anak sekolah sangat penting karena pada usia anak sekolah
perkembangan kecerdasan sangat pesat. Maka, dalam hal ini kami akan
membahas mengenai Gizi pada Anak Sekolah.
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah yang kami buat adalah agar pembaca mampu
mengetahui, mengerti dan paham mengenai Gizi pada Usia Sekolah
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik anak sekolah
b) Mahasiswa dapat menjelaskan masalah gizi pada anak sekolah
c) Mahasiswa dapat menjelaskan penentu status gizi anak sekolah
d) Mahasiswa dapat menjelaskan kebutuhan gizi anak sekolah
e) Mahasiswa dapat melaksanakan program gizi anak sekolah
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat penulisan makalah bagi penulis
a) Diharapkan bisa menulis karya yang lebih baik lagi kedepannya.
b) Dapat menambah pengetahuan mengenai Gizi pada usia sekolah
2. Manfaat penulisan makalah bagi pembaca
a) Sebagai pedoman bagi pembaca
b) Menjadi bahan bacaan bagi para pembaca yang belum mengerti mengenai
gizi pada anak usia sekolah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pada banyak penelitian dilaporkan bahwa pada usia ini kebanyakan anak hanya
mau makan satu jenis makanan selama berminggu-minggu. Orang tua tidak perlu
gusar, asal makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Sementara itu,
orang tua atau pengasuh anak tidak boleh jera menawarkan kembali jenis
makanan lain setiap kali makan.
5
makan, sedikit olahraga, dan lainnya. Berbeda dengan orang dewasa, kelebihan
BB pada anak tidak boleh diturunkan karena akan menyebabkan pengurangan
zat gizi yang diperlukan untu pertumbuhan. Laju pertambahan BB pada anak
dapat dihentikan atau diperlambat dengan cara mengurangi makan dan
memperbanyak olahraga.
3. Berat Badan Kurang ( Underweight )
Kekurangan BB yang terjadi pada anak yang sedang tumbuh
merupakan salah satu masalah serius. Seperti masalah BB berlebih, langkah
penanganan didasarkan pada penyebab serta pemecahan masalah. Di Indonesia,
persoalan gizi buruk menyebabkan 4 dari 100 bayi yang lahir setiap tahun tidak
dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun yang umumnya merupakan korban
dari penyakit serta kondisi yang diperparah oleh persoalan gizi tersebut, 1 dari
3 anak balita mengalami gangguan pertumbuhan (bayi pendek untuk rata-rata
usianya/stunted) dan hampir seperlima jumlah balita mengalami berat badan
kurang, di bawah standar rata-rata (underweight).
4. Penyakit Kronis
Penyakit yang tidak menguras cadangan energi sekalipun. Jika
berlangsung lama dapat menganggu pertumbuhan karena kehilangan nafsu
makan anak. Disamping itu ada pula jenis penyakit yang menguras cadangan
zat gizi misalnya campak yang menghabiskan cadangan vitamin A.
5. Pica
Pica adalah gangguan di mana anak sering mengkonsumsi barang-
barang non-makanan. Contoh makanan non-makanan seperti pasir, perca, debu,
pasir, cat, pensil, tanah, es dan lainnya. Perilaku ini tidak membahayakan hidup
anak sejauh dia tidak menyantap zat toksik tetapi dapat menyebabkan masalah
pencernaan dan keterlambatan perkembangan. Komplikasi yang sering terjadi
diantaranya yaitu infeksi, masalah pencernaan, keracunan dan malnutrisi.
Penyakit Pica tidak ada tanda maupun gejalanya. Satu-satunya cara
untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes darah guna mengetahui
kandungan besi dan seng. Meskipun anak-anak memang sering memasukkan
semua benda ke dalam mulutnya, tapi orang tua harus waspada dan curiga jika
6
hal itu menjadi kebiasaan. Untuk menyembuhkan penderita Pica, dibutuhkan
penanganan secara keseluruhan, meliputi pendidikan perilaku yang benar,
lingkungan yang mendukung dan pendekatan keluarga.
6. Alergi
Secara literal, alergi makanan diartikan sebagai respon tidak normal
terhadap makanan yang orang biasa dapat menoleransinya. Alergi makanan
tidak jarang terlihat pada anak (5-8%) dan dewasa (1-2%) terutama mereka
yang memiliki riwayat pada keluarganya yang penderita alergi. Alergi ini akan
terus meningkat sama seperti alergi lain seperti asma dan atopik.
Ada 2 jenis makanan yang dikategorikan penyebab alergi :
a. Alergi sementara. Contoh makanan penyebab alergi ini yaitu susu,
kedelai, telur dan tepung terigu.
b. Alergi tetap. Kacang, ikan dan kerang cenderung menyebabkan alergi ini.
7
Pada penilaian ini yang penting dilakukan ialah penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan, lingkar lengan dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini
penting terutama pada anak prasekolah yang berkelas ekonomi dan sosial rendah.
Pengamatan pada anak usia sekolah dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh.
2. Penilaian Biokimiawi
Penilaian status gizi secara biokimia dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh, seperti darah, urine, tinja, jaringan otot, hati.
Pada uji ini yang penting adalah kadar Hb serta pemeriksaan asupan darah
untuk malaria. Pemeriksaan tinja cukup hanya pemeriksaan occult blood dan
telur cacing saja.
Penggunaan metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
3. Penilaian Klinis
Pemeriksaan secara klinis penting untuk menilai status gizi masyarakat.
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada
jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid. Pada uji ini diarahkan untuk mencari kemungkinan
adanya bintik bitot, xerosis konjungtiva, anemia, pembesaran kelenjar parotis,
fluorosis, karies, gondok, hepato dan splenomegali.
8
Rekomendasi asupan makanan pada anak sekolah berdasar pada
Department of Health Dietary References Value (DRVs) (1991). Acuan ini
sebaiknya tidak digunakan sebagai rekomendasi secara individu. Karena laki-laki
dan perempuan memiliki kebutuhan yang berbeda.
Nilai asupan untuk pati, gula, dan lemak diberikan dalam bentuk total
energy intake. Tidak dituliskan untuk non-starch polysaccharide (NSP) atau serat
untuk anak kecil, hal ini dikarenakan anak kecil dianggap membutuhkan proporsi
yang lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan orang dewasa. Tidak ada nilai
untuk Vitamin D karena kebanyakan orang memenuhi kebutuhan vitamin D
paling banyak dari sinar matahari.
9
Asam Nitotinat Mg 11 12 15 18
Vitamin B6 Mg 0,9 1,0 1,2 1,5
Vitamin B12 Miug 0,8 1,0 1,2 1,5
Folat Miug 100 150 200 200
Vitamin C Mg 30 30 35 40
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk perempuan umur 4-18 tahun (DoH 1991) :
Umur 4-6 th 7-10 th 11-14 th 15-18 th
Energi (kcal) 1545 1940 1845 2110
(MJ) 6,46 7,28 7,92 8,83
Lemak % energy makanan 35 35 35 35
Lemak jenuh % energy makanan 11 11 11 11
Pati % energy makanan 39 39 39 39
Non gula susu
% energi makanan 11 11 11 11
intrisik
Serat G 18 18
Protein G 19,7 28,3 42,1 55,2
Mineral
Zatbesi Mg 6,1 8,7 14,8 14,8
Kalsium Mg 450 550 800 800
Seng Mg 6,5 7 9 7
Magnesium Mg 120 200 280 300
Fosfor Mg 350 450 625 625
Natrium Mg 700 1200 1600 1600
Vitamin
Vitamin A Miug 500 500 600 700
Vitamin B1 Mg 0,7 0,7 0,7 0,8
Vitamin B2 Mg 0,8 1,0 1,1 1,1
AsamNitotinat Mg 11 12 12 14
Vitamin B6 Mg 0,9 1,0 1,0 1,2
Vitamin B12 Miug 0,8 1,0 1,2 1,5
Folat Miug 100 150 200 200
Vitamin C Mg 30 30 35 40
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi pada anak usia 10-12 tahun lebih besar dibanding kan
anak usia 7-9 tahun, karena pertumbuhannya lebihcepat, terutama penambahan
tinggi badan. Mulai usia 10-12 tahun kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda
dengan perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik
10
sehingga membutuhkan energi lebih banyak sedangkan perempuan biasanya
sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak.
b. Protein
Protein didefinisikan sebagai senyawa dalam pangan yang mengandung
nitrogen. Protein berfungsi sebagai sumber energy juga sebagai zat pembangun.
Kebutuhan protein pada anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelamin dan
umur. Pada umumnya kebutuhan protein pria sedikit lebih tinggi dibanding
wanita. Angka kebutuhan protein tergantung pula pada mutu protein. Semakin
baik mutu protein, semakin rendah angka kebutuhan protein. Protein hewani
mempunyai mutu protein yang kebih baik dibanding protein nabati, karena
susunan asam aminonya lebih lengkap.
Sumber protein hewani antara lain daging, hati, pancreas, jeroan, dll. Susu
dan telur termasuk juga dalam sumber protein hewani berkualitas tinggi. Selain
itu, ikan, kerang, dan jenis udang merupakan kelompok sumber protein yang baik
karena mengandung sedikit lemak. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai
dan kacang-kacangan.
c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan unsur gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah
besar untuk menghasilkan energi atau tenaga. Karbohidrat berfungsi sebagai
sumber energy utama bagi otak dan susunan syaraf terutama glukosa. Satu gram
karbohidrat menghasilkan 4 Kal. Sumber utama karbohidrat berasal dari tumbuh
tumbuhan dan hanya sedikit yang berasal dari hewani.
d. Lemak
Kebutuhan lemak tidak dinyatakan dalam angka mutlak. Kebutuhan lemak
yang dianjurkan 15-20% jumlah energi total berasal dari lemak. Bayi dan anak
dianjurkan 1-2% dari kebutuhan energi total berasal dari asam lemak esensial
(asam linoleat). Asam lemak esensial dibutuhkan untuk pertumbuhan dan untuk
memelihara kesehatan kulit.
11
Menurut sumbernya kita membedakan lemak nabati dan lemak hewani.
Lemak nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan lemak hewani berasal
dari hewan, termasuk ikan, telur dan susu. Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai
cadangan energi dalam bentuk jaringan lemak yang ditimbun ditempat-tempat
tertentu.
e. Vitamin
Vitamin didefinisikan sebagai bahan-bahan organik, yang dibutuhkan
tubuh dalam jumlah sangat sedikit, yang melakukan paling sedikit satu fungsi
metabolik spesifik dan harus diberikan dalam makanan. Terdapat dua golongan
vitamin, yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air.Vitamin yang larut lemak
adalah vitamin A, D, E, dan K, sedangkan vitamin yang larut air adalah vitamin B
kompleks (tiamin, riboflavin, niasin, asamfolat, dan vitamin B12) dan C.
Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi,
pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau
sebagai bagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk
apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein.
f. Mineral
Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih
dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg
sehari. Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap
metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim.
12
Dua unsur yang diutamakan dalam bekal makananya itu energi dan protein.
Kekurangan akan zat gizi lain dapat diberikan melalui makanan mereka di
rumah. Memang bekal makanan yang paling ideal adalah makanan yang dapat
memberikan zat gizi yang diperlukan. Tetapi dalam praktik, membuat bekal
yang memenuhi syarat demikian itu agak sulit.
Bekal makanan untuk anak-anak memberikan keuntungan, antara lain :
a. Anak-anak dapat dihindarkan dari gangguan rasa lapar
b. Pemberian bekal dapat menghindarkan anak itu dari kekurangan energi
c. Pemberian bekal dapat menghindarkan anak dari kebiasaan jajan sehingga
menghindarkan anak dari gangguan penyakit akibat makanan yang tidak
higienis.
3. Edukasi Gizi
Edukasi tentang gizi biasanya diajarkan pada ekonomi rumahan (home
economic), tetapi hal yang diajarkan disana bukanlah hal yg mendasar. Edukasi
gizi dapat tergabung dalam ilmu science dan juga teknologi. Edukasi tentang
kesehatan merupakan hal yang penting dari kurikulum pendidikan, makanan
dan gizi dapat disisipkan dalam edukasi tentang kesehatan.
13
Target yang dianjurkan untuk pengetahuan tentang makanan dan gizi
pada anak usia 5-11 tahun (National Curiculum Council 1990, with permission
of the Qualifications and Curriculum Authority).
Tahapan Target
Tahapan 1 Mengetahui adanya banyak jenis makanan untuk dipilih dan
(5-7 tahun) pilihan itu berdasarkan kebutuhan dan budaya.
Mengetahui bahwa makanan dibutuhkan untuk kesehatan,
dan beberapa makanan lebih baik dari makanan lain
Tahapan 2 Mengetahui bahwa menu makanan merupakan kombinasi
(7-11 tahun) dari makanan dan nilai gizi yang berbeda-beda.
Mengetahui bahwa gizi yang berbeda-beda memberikan
dampak yang berbeda pula bagi tubuh, dan jumlahnya dalam
makanan dan keseimbangannya dapat mempengaruhi tubuh
Mengetahui bagaimana menangani makanan dengan baik.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, anak seusia ini
membutuhkan 5 kali waktu makan, yaitu makan pagi (sarapan), makan siang,
makan malam, dan 2 kali makan selingan. Perlu ditekankan pentingnya sarapan
supaya dapat berpikir dengan baik dan menghindari hipoglikemi. Bila jajan harus
diperhatikan kebersihan makanan supaya tidak tertular penyakit tifoid, disentri,
dll. Faktor yang perlu diperhatikan mengenai gizi anak usia sekolah, Usia Sekolah
adalah usia puncak pertumbuhan, Selalu Aktif, Perubahan Sikap Terhadap
Makanan, dan Tidak suka makanan-makanan yang bergizi
Masalah gizi anak sekolah yaitu, Anemia Defisiensi Besi, Berat Badan
Berlebih (Overweight/Obesitas), Berat Badan Kurang ( Underweight ), Penyakit
Kronis, Pica, dan Alergi. Adapun penentu status gizi anak sekolah seperti,
Penilaian Antropometri, Penilaian Biokimiawi, dan Penilaian Klinis.
Rekomendasi asupan makanan pada anak sekolah berdasar pada Department of
Health Dietary References Value (DRVs) (1991). Acuan ini sebaiknya tidak
digunakan sebagai rekomendasi secara individu. Karena laki-laki dan perempuan
memiliki kebutuhan yang berbeda.
B. Saran
Saran dari kelompok kami utuk para orang tua ataupun pendidik anak usia
sekolah untuk mengajarkan anak untuk makan sehat empat sehat lima sempurna.
karena pada usia anak sekolah otaknya sedang berkembang hingga kecerdasannya
akan berkembang pesat jika diberikan gizi yang baik dan sehat.
15
DAFTAR PUSTAKA
16