Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang
anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan
ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan.
Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara
psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.

Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa.
Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera
mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk
sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak. Intake
gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal.
Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat
menentukan kecerdasan seseorang.

Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya
pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan.
Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah
makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak
mengimbanginya dengan makanan yang sehat dan banyak mengandung zat gizi.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum Penulisan

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mengetahui tentang
pengertian balita, menu makanan yang ideal untuk balita, serta makanan ideal
untuk balita yang sedang sakit.

1.2.2.Tujuan Khusus Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian balita.
2. Untuk mengetahui apa saja makanan yang ideal untuk balita.
3. Untuk mengetahui apa saja makanan yang ideal untuk anak balita yang
sedang sakit.
4. Untuk mengetahui factor yang mempengaharuhi status nutrisi balita.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pemenuhan Gizi Balita

2.1.1. Pengertian Balita

Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang
dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam
golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di
bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan
yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu
ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima
makanan padat seperti orang dewasa. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan
mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan
pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga
mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun
harus disesuaikan dengan keadaannya.

Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga
tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai
lima tahun yang dikenal dengan usia prasekolah. Batita sering disebut
konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen
aktif.


2.1.2. Karakteristik Balita

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya
anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan
masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah
makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil
menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan
lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan
yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

2.1.3 Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi

Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat
tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.

1. Zat

Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat lemak,
dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber
tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.

1. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan
jaringan yang rusak
2. Zat pengatur

Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk
otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan
sebagai zat pengatur.
a.) Vitamin baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C)
maupunyang larut dalam air ( vitamin a , D, E, dan K)
b.) Berbagai mineral seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour
c.) Air sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

2. 1.4. Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup
untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar,
kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan,
dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada
keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita
dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan
dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).

a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan
orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat
pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia.

b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun,
kebutuhannya relatif lebih kecil.

c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring
dengan bertambahnya usia.

Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan
gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab
langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak
usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang
mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya
gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga
yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang
dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi
tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan
tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup).
Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan
bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan
keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena
kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan
komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang
mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.



b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi
tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya
prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan
bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis
sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan
zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai
makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan
tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan
terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan
kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis
turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan
makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil
membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua
beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi
pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan
memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu
atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak
memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang
menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau
adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya
secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan
ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih
sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan
saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air
susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan
pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga
sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI
berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang
menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan
usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

f. Sosial Ekonomi

Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan
yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan
turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari,
baik kualitas maupun jumlah makanan.



g. Penyakit infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau
makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang
seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat
menghalangi penyerapan makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare,
infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan,
malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).

7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang

a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)

Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energy dan potein :
a) Makanan yang tersedia kurang mengandung gizi.
b) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan.
c) Gangguandalam saluran pencernaan sehingga pencernaan sari
makanan dalam usus terganggu.
d) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi
yang tidak di imbangi dengan asupan yang memadai.

Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat
beratdapatdibedakanmenjaditigabentuk.
1)Marasmus Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering
sehingga wajahnya seperti orang tua. Bentuk ini dikarenakan
kekuranganenergiyangdominan.

2) Kwashiorkor Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu
penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat
gemuk tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan
(wasting).Edemadikarenakankekuranganasupanproteinsecara akut (
mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal
cadanganproteindalamtubuhsudahhabis.

3)Marasmik-kwashiorkor Bentuk ini merupakan kombinasi antara
marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan
energi dan protein yang meningkat tidak dapat
terpenuhidariasupannya.

b.ObesitasTimbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor,
diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama
adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut
Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemuipadaanak-
anaksebagaiberikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia
berbuat sesuai keinginan orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi
frustasi dan menangis
2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/
takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
3) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan /
membosankan
4) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis
yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan
tidak dihabiskan
5) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan
bersama kedua orang tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor
organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan )
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah
dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang
dapat dilakukan.
(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis
sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan
semenarik mungkin.
(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua
harus sabar saat memberi makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu
makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya
semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama
keluarga (orangtua)
(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis
makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih
bahan /jenis makanan yang baik.

Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat
dilakukan beberapa hal berikut ini.
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat
anak benar-benar lapar dan haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak
membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan,
sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih
makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun
kebersihannya.
(d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur
disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak
menderita gizi kurang atau gizi lebih.
(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan
dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. Menu Makanan Balita
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur
perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-
jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan
sebagai berikut :
Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari
sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak
mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu
hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:
o Pagi hari waktu sarapan.
o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1
Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat
bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
Pukul 06.00 : Susu
Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 14.00 : Susu
Pukul 16.00 : Makanan selingan
Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
Pukul 20.00 : Susu.


Makanan Selingan Balita
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan
yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai
umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan
mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk
pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas,
untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak
janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan
berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan
makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah
diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan
sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan
keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk
perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus
mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang
atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan
dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di
antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak
tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan.
Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak
baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi
lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral,
seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran,
roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam
bahan makanan selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan
utamanya (pagi, siang dan malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada
usia balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat
higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan
dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja
seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan
terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang
manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan
risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan
merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang
penyakit tertentu.

C. Menu untuk Balita yang Sedang Sakit
Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare,
batuk, muntah. Tindakan terbaik adalah berkonsultasi ke dokter
supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat, sehingga cepat
sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi
dengan pengaturan makanannya.
1. Untuk balita dengan panas tinggi
PENDERITA penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya
meningkat. Hal ini disebabkan metabolisme tubuh meningkat,
penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang
berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya
menurun.
Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :
a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang
pure, bubur dan lain-lain.
b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan
sering.
c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe,
dan kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya.
d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari
normal sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari
buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan mineral.
Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.
e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu
dingin.

2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)
DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia.
Diare diartikan sebagai buang air besar tidak normal atau bentuk tinja
encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:
a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan
merupakan penyebab diare pada anak.
b. Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi
yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein.
c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan
tertentu.
d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada
anak).
Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan
elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan,
gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran
bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah
normal.

Pengaturan makanannya secara umum adalah:
a. Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik
melalui muntah maupun diare. Setiap kali buang air besar beri minum
satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.
b. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin
dan mineral.
c. Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat,
tidak panas atau terlalu dingin.
d. Bentuk makanan lunak.

3. Untuk balita dengan gejala penyakit saluran pernapasan
PENYAKIT saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan
umumnya disebabkan virus, misalnya virus influenza. Selain juga
karena cuaca dan polusi udara.
Mengatur makanannya dengan :
a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya
diberikan dalam keadaan hangat.
b. Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.
c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti
sirup dan lain-lain. Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti puding.
d. Hindari makanan yang digoreng.

4. Untuk balita dengan gejala muntah
MUNTAH adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan
makanan, infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-
lain.

Syarat makanannya:
a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil
tetapi bertahap dan sering.
b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari
buah yang segar dan susu campur buah supaya segar.
c. Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan
peningkatan protein dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa
diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-lain.
d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan
kalori. Tetapi berikan makanan yang mudah dicerna dan secukupnya,
karena kelebihan lemak akan membuat mual.

5. Untuk balita dengan gejala batuk
GEJALA batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada
penyakit bronchitis yang disertai panas, demikian juga penyakit lain
seperti flu dan sebagainya.

Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :
a. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau
minum.
b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus
diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh membaik.
c. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil
tetapi sering dan bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.
d. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan
protein lebih tinggi dari biasanya.
e. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak
menimbulkan batuk. Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan
bisa menimbulkan batuk seperti cokelat, permen, manisan dan
minuman manis.
f. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan
konsumsi makanannya.
D. Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Balita
Perhitungan Berat Badan Ideal
Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X BB lahir
Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari karakteristik anak itu
sendiri.
2. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun,
dan zat pengatur sangat diperlukan bagi balita.
3. Dan pengeluarannya asupan makanan harus ada keseimbangan
sehingga diperoleh status gizi yang baik.
4. Menu makanan yang baik seperti 4 sehat 5 sempurna sangat
mempengaruhi kesehatan dan kecerdasan bagi otaknya.
5. Faktor yang mempengaruhi status nutrisi untuk balita yaitu serat
makan dan kemudahan dalam mencerna makanan dari sumber
makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh obat yang diminum
dan faktor endokrin dan emosional.

B. Saran
1. Pengetahuan ibu harus luas mengenai pemahaman tentang anak.
2. Sebaiknya seorang ibu harus bisa mengatur / memilah-milah
makanan untuk balita.
3. Berikan anak makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna
karena sangat baik untuk pertumbuhan anak.
4. Jangan lupa pemberian makanan yang sehat serta suplemen yang
teratur untuk pertumbuhan dan kecerdasannya.

Anda mungkin juga menyukai