OLEH :
1. ZENITA SARI
2. SITI NURHALIZA
3. SUWANDA
4. SUSAN MELANI
5. PUTRI REZEKI ELYZA
6. NABILA ZAKIYA AKROM
7. VIONA SISKA BR. BARUS
8. NURHALIMAH
9. PITMA YANI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena
faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi
keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor
internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai
problema makan pada anak.
Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi
merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka.Kadar
gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan
pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat
menentukan kecerdasan seseorang.Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat
adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa
pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa
tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak
mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
B. Tujuan
1. Memgetahui pemenuhan kebutuhan gizi pada balita 2. Mengetahui menu makanan ideal
untuk balita
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mengenal Balita
Balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi
usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Utamanya, makanan bayi
berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun
mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan
prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan
perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan
keadaannya. Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang
dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal
dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah
lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa
yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar
dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar.
Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh
karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih
besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi
asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi. Perilaku makan
sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu,
kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian
makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada
orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan
zat pengatur.
1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi
balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan
perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar
daripada orang dewasa.
2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau
rusak.
3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan
seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur. a) Vitamin, baik
yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak
( vitamin A, D, E, dan K ).
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara
kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya
harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat
dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin
menurun seiring dengan bertambahnya usia.
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan
bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya
gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya
jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan
demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang
berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik
(cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi
kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya
makanan anak balita.
Masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan
komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi
kejiwaan misalnya kebosanan.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau
hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan
makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga.
Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi,
vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita
jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan,
ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi
secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan
seperti itu guna keperluan pertumbuhan
tubuhnya.
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai
faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan
gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya
tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik
perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun
itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi
berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti
keluar.
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak
dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan
untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan. Penyakit-
penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan
atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP) Sebab-sebab
kurangnya asupan energi dan protein. 1) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus
terganggu
4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi
dengan asupan yang memadai.
KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk. 1) Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk
ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
3) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini
dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari
asupannya.
b. Obesitas
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol. 2) Bayi yang terlalu dini
diperkenalkan dengan makanan padat. 3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya
kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan
orangtua.
1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu
sehingga anak menjadi tertekan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak
dihabiskan
5) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang
tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor
psikologis, atau faktor pengaturan makanan )
1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka
penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan. (a)
Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah
selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi
makan anak.
(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga
waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya
dengan makan bersama keluarga (orangtua)
(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya
dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal
berikut ini.
(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar
dan haus
(b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi
kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh
orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan
gizi maupun kebersihannya.
(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut : • Agar
kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga
golongan bahan makanan tersebut.
• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang
diperlukannya secara utuh dalam satu hari
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu
diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga
dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan
gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada
usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah
dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi
dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua
sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini
harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam
keluarga karena anak akan meniru antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat
membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun,
pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu
nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi
daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan
malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita. Makanan
selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli
di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi,
jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika
diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis
saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan
menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat
terserang penyakit tertentu.
Pemberian makanan untuk balita tidak boleh asal kenyang. Akan tetapi harus diperhatikan
kandungan gizinya agar sang buah hati tumbuh besar dan pintar.
a. Protein
b. Lemak.
Lemak dibutuhkan sebagai sumber lemak esensial serta sebagai zat pelarut vitamin A,D,E,
dan K.
Pemberian lemak dianjurkan tidak lebih dari 8% dan pemberian lemak esensial yaitu PUFA
(asam lemak tidak jenuh ganda) diutamakan ± 10%. Asam lemak esensial dibutuhkan untuk
pertumbuhan, memelihara kesehatan kulit, serta mencegah terjadinya penyakit degeneratif
sedini mungkin.
c. karbohidrat
d. vitamin A
defisiensi vitamin A merupakan masalah kesehatan yang nyata pada balita. Diperkirakan 3
juta balita diseluruh dunia setiap tahunnya menunjukan defisiensi vitamin A sehingga
menempatkan mereka pada resiko kebutaan. Vitamin A beruntung untuk penglihatan, respon
kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan mental. Kecukupan vitamin A yang dianjurkan
adalah 400-450 µg RE perhari. e. vitamin B1
f. vitamin B12
defisiensi vitamin B12 akan menimbulkan keadaan anemia dan hal ini dapat mengganggu
regenerasi sel dan pertumbuhan jaringan. Kecukupan vitamin B12 yang dianjurkan untuk
baliata adalah 0,9 -1,2µg per hari.
g. asam folat
pertumbuhan. Kecukupan asam folat yang dianjurkan adalah 150-200µg per hari. h. kalsium
balita sedang berada pada masa pertumbuhan sehingga kekurangan kalsium dapat
menyebabkan berkurangnya kepadatan dan kekerasan tulang yang sedang di bentuk.
Kecukupan kalsium yang dianjurkan adalah 500mg per hari . i. fluor (f)
j. besi (fe)
saat ini, sekitar 3-5% anak-anak mengalami deisiensi zat besi. Defisiensi besi dapat
menghambat dan menurunkan perkembangan kognitif, juga
seng mempunyai peran dalam sebagai komponen dalam banyak enzim dan juga sebagai
sintesis protein. Oleh karena itu, defisiensi seng pada anak-anak dapat menghambat
pertumbuhan, pematangan seks, fungsi kognitif, dan imunitas tubuh.
l. serat
kandungan serat yang dianjurkan pada makanan balita adalah ± 7gram. m. cairan
untuk menoptimalkan pencernaan maka jumlah cairan harus mencukupi, yaitu 100-125 cc per
kg berat badan. Batasannya adalah usia 2-3 tahun
membutuhkan 115-125 cairan per kg BB dan anak usia 4-5 tahun membutuhkan cairan 100-
110 cairan per kg BB. Contohnya, anak usia 4 tahun dengan BB 16 kg akan membutuhkan
cairan 1.600-1.760 cc atau 1,6-1,8 liter per hari atau 6-7 gelas perhari. Cairan dapat dipenuhi
dari minuman, air putih, kuah sayur dan buah-buahan.
n. garam (natrium)
setelah berusia 1 tahun, ginjal seorang anak mulai mature (matang) sehingga penggunaan
garam dalam jumlah moderat bias ditoleransi. Namun, penggunaan garam yang berlebihan
atau bahan makanan yang mengandung garam tinggi (misalnya dalam makan instant, bumbu
instans) tidak dianjurkan karena berhubungan dengan tekanan darah pada kehidupan
selanjutnya. o. gula
kerusakan gizi merupakan masalah utama pada balita. Oleh karena itu, penambahan gula
yang berlebihan pada makanan tidak dianjurkan. Gula sebaiknya hanya diberikan untuk
memberi rasa pada makanan.
a. Suhu
Mulut balita lebih sensitif dibandingkan dengan mulut orang dewasa. Oleh karenanya, suhu
makanan hangat-hangat kuku lebih baik dibandingkan suhu panas.
b. Waktu makan
Pengaturan waktu makan akan memelihara kecukupan asupan zat gizi balita. Untuk itu,
berikanlah makanan 5-6kali waktu terdiri dari 3 kali makanan utama dan 2-3 kali makanan
selingan (snack)
c. Posisi makan
Balita mempunyai kapasitas lambung yang kecil. Oleh karena itu, porsi makanan yang bisa
ditolerir adalah porsi kecil. Untuk melengkapi kebutuhan gizi balita, berikanlah makanan
setiap 3-4 jam dengan porsi kecil, tetapi padat gizi. d. Jenis makanan
Pemberian makanan utama dengan diselingi camilan akan membantu mencegah balita dari
gejala kelelahan dan nafsu makan balita terkontrol dengan baik. Namun, jika camilan yang
diberikan tinggi gula, selera makan anak pada saat makanan utama akan menurun.
e. Warna makanan
Makanan yang diberikan kepada balita harus memiliki warna yang lebih atraktif untuk
meningkatkan selera makananya. Makanan disajikan dengan warna menarik, lengkap dengan
alat penyajian yang didesain dengan gambar dan bentuk yang disukai balita.
f. Tekstur makanan
Karena proses pengunyahan balita belum berkembang baik sehingga makanan yang sulit
dicerna seperti daging atau sayuran yang berserat tinggi tidak cocok untuk diberikan
Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan
terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat,
sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan
pengaturan makanannya.
a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.
b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering. c. Sumber protein
seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih dari
porsi normalnya.
d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga
banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air,
vitamin dan mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya. e. Makanan minuman
tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.
a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab
diare pada anak.
c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu. d. Faktor
psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak). Akibat diare (mencret),
anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh
kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran
bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah normal.
b. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.
c. Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu
dingin.
Penyakit saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan virus,
misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara.
a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan
hangat.
c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti sirup dan lain-lain.
Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti puding.
d. Hindari makanan yang digoreng.
Muntah adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi
appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain.
Syarat makanannya:
a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan sering.
b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar dan susu
campur buah supaya segar.
Gejala batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis yang
disertai panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya.
a. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan bertahap
supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.
b. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau minum. c. Nafsu
makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan yang cukup supaya
kondisi tubuh membaik.
d. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk.
Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan bisa menimbulkan batuk seperti cokelat,
permen, manisan dan minuman manis.
e. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi dari
biasanya.
f. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi
makanannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. . Menu makanan yang baik seperti 4 sehat 5 sempurna sangat mempengaruhi kesehatan
dan kecerdasan bagi otak balita..
2. Pengeluarannya asupan makanan harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi
yang baik.
3. Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari karakteristik anak itu sendiri.
4. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sangat
diperlukan bagi balita
5. Faktor yang mempengaruhi status nutrisi untuk balita yaitu serat makan dan kemudahan
dalam mencerna makanan dari sumber makanan yang ia makan, vitamin serta pengaruh obat
yang diminum dan faktor endokrin dan emosional.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet
Besi Untuk Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92 Libuae P .
Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September 2002 .
Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak,
Fakultas Kedokteran UI.
Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT
Gramedia. Jakarta
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat agar dapat dipergunakan bagi pemula di bidang kesehatan terutama
mahasisiwi kebidanan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak .oleh karena itu,
kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
2. Teman-teman, Orang tua kami dan pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan sati persatu
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya
supaya penulis dapat memperbaiki kesalahan dalam membuat makalah. Terima kasih.