Anda di halaman 1dari 10

Makalah konseling Remaja dan Anak

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bimbingan konseling merupakan salah satu pelayanan pendidikan yang sangat dirasakan
keperluannya di sekolah, dengan adanya bimbingan konseling di setiap sekolah diharapkan dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan siswa siswi disekolah seperti siswa yang mengalami
kesulitan belajar, tawuran antar pelajar dan lain sebagainya. Oleh karena itu bimbingan konseling
remaja dan anak merupakan pelajaran yang sangat penting, karena dengan pelajaran tersebut kita
dapat mempelajari cara atau metode dalam mengatasi permasalahan remaja dan anak.Dalam
makalah ini kami membahas tentang permasalahan remaja dan anak, bagaimana cara mengatasi
permasalahan tersebut dan bagaimanakah bimbingan dan konseling remaja dan anak seperti
metode-metode bimbingan konseling remaja dan anak.

Rumusan Masalah

1.      Apakah bimbingan konseling itu ?

2.      Bagaimanakah bimbingan konseling bagi remaja?

3.      Bagaimanakah bimbingan konseling bagi anak ?

BAB II

PEMBAHASAN

1.    Pengertian Bimbingan dan Konseling


Istilah bimbingan dan konseling sudah sangat populer dewasa ini, bahkan sangat penting
peranannya dalam sistem pendidikan kita. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu
komponen penting dalam pendidikan di Indonesia. Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan
dari Guidence & Counseling  dalam Bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya maka bimbingan dapat
diartikan secara umum sebagai sebagai bantuan dan tuntunan. Namun untuk sampai kepada
pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa tidak setiap bantuan atau tuntunan dapat
diartikan sebagai Bimbingan (Guidence).

Untuk dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas dibawah ini akan dikutip beberapa
definisi.Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, “Bimbingan merupakan bantuan
yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan”.[1]Menurut Crow & Cow, bimbingan dapat diartikan sebagai “bantuan
yang diberikan oleh seorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan
pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya
mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul
bebannya sendiri”.[2]

Konseling sebagai terjemahan dari “Counseling” merupakan bagian dari bimbingan, baik
sebagai layanan maupun sebagai teknik. Oleh karena itu perkataan bimbingan selalu dirangkaikan
dengan konseling sebagai kata majemuk. James F. Adams menjelaskan bahwa konseling adalah
“suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu, diamana yang seorang (konselor) membantu
yang lain (konseli), supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam masalah-masalah hidup yang
dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang”. Sedangkan menurut pakar lain,
“konseling itu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh
konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah
lakunya pada masa yang akan datang”. (Moh. Surya, 1988:38).[3]

2.    Bimbingan dan Konseling bagi Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, bukan masa
transisi yang selama ini digaung-gaungkan. Karena mereka dicap telah mengalami kegamangan,
akibatnya, sebagian remaja yang sewaktu kanak-kanak telah di didik dengan baik oleh orang tuanya
merasa perlu mencari identitas baru, identitas yang berbeda dari yang mereka miliki sebelumnya.

Masa remaja merupakan masa yang bergejolak. Pada masa ini suasana hati (Mood) biasa
berubah-ubah dengan sangat cepat. Masa remaja disebut juga dengan masa untuk menemukan
identitas diri. Usaha pencarian identitas pun banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-
coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika seorang remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia
akan mengalami krisis identitas atau Identity Confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk
sistem kepribadian yang menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi
emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada
kehidupan pribadi maupun  sosialnya. Dia sering merasa tertekan dan muram atau justru menjadi
individu yang perilakunya cenderung agresif. Pertengkaran dan perkelahian sering kali terjadi akibat
dari ketidak stabilan emosinya.

Salah satu masalah besar yang dihadapi oleh masa remaja adalah penyesuaian terhadap
perubahan hormon reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Setelah mendapatkan pengalaman
pertama dalam hal menstruasi untuk yang perempuan dan mimpi basah untuk yang laki-laki. Selain
itu juga keingintahuan yang besar terhadap hal-hal yang berbau seks dan keingintahuan tentang cara
untuk menyalurkan dorongan seks. Karena seksualitas masih menjadi perihal yang tabu oleh
sebagian masyarakat kita, maka remaja seringkali mencari informasi seputar seksualitas dari
sumber-sumber yang kedudukannya seringkali tidak dapat dipertanggung jawabkan. Hal tersebut
justru menimbulkan perilaku seks pada remaja yang salah. Selama ini apabila kita berbicara
mengenai seks maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks,
padahal itu artinya adalah jenis kelamin. Jenis kelamin ini membedakan laki-laki dan perempuan
secara biologis, sedangkan seksualitas menyangkut : dimensi biologis, yaitu berkaitan dengan organ
reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatannya. Dimensi psikologis, dimana seksualitas
berkaitan dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan
fungsinya sebagai makhluk seksual. Dimensi sosial, berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul
dalam relasi antar manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan
pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks. Dan dimensi kultural, menunjukkan
bahwa perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat. Dengan pandangan
dan pengetahuan seks yang benar pada remaja maka diharapkan dapat mencegah timbulnya
pengaruh negatif bagi perkembangan fisiologis dan psikologis remaja itu sendiri.[4]

Untuk membantu remaja menyelesaikan masalahnya secara bertanggung jawab, diperlukan


keberpihakan terhadap remaja, yang muncul dalam bentuk pemahaman, empati dan dukungan
kepada remaja. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat membantu remaja dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya termasuk seksualitas adalah dengan melakukan konseling. Mendapatkan
informasi mengenai seksualitas merupakan hak semua orang termasuk remaja. Selama ini sarana-
saran yang dipakai remaja untuk memenuhi keingintahuannya tentang masalah seksualitas ini
didapatkan dari berbagai sumber, buku-buku populer, diskusi dengan teman-temannya, media
elektronik, dan lain sebagainya. Melalui konseling seksualitas, remaja akan memperoleh informasi
yang benar, proporsional dan bertanggung jawab dari konselor yang bersangkutan. Remaja juga
dapat berdiskusi dengan konselor mengenai problem seksualitas sehingga pada akhirnya remaja bisa
memahami nilai pribadinya, sikap dan perilaku seksualnya, serta belajar untuk mengambil keputusan
lebih lanjut.

Dengan demikian, ketika remaja mempunyai masalah, dia akan mendapatkan dukungan dari
orang yang bisa memahami keadaannya. Juga perlu dirubahnya  image bahwa pengetahuan seks
untuk remaja itu tabu, harus dirubah menjadi pengetahuan tentang seks yang benar adalah perlu
untuk semua warga masyarakat, termasuk didalamnya remaja.

Seorang konselor harus bisa mengarahkan kepada hal-hal yang positif serta menjadi remaja
yang bertanggung jawab terhadap perbuatan mereka, sehingga mereka akan tumbuh kematangan
kejiwaannya, kedewasaan dalam berfikir dan bertingkah laku sehingga menjadi remaja yang tangguh
dalam menghadapi berbagai problematika yang dialaminya dan memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan dengan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Bagaimana konselor dapat membantu remaja yang ditanganinya ?[5]

a.    Mereka harus diingatkan pada fitrah keislamannya. Tingkatkan keimanan mereka, buat mereka
nyaman berIslam, bersentuhan langsung dengan nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam Islam
dan buat mereka patuh terhadap kewajiban sebagai seorang muslim.

b.    Bantu remaja untuk mengerti perubahan-perubahan yang dialaminya. Hormon-hormon baru yang
mereka miliki menghasilkan dorongan-dorongan fisik yang harus mereka kelola. Konselor dapat
membantu mereka untuk menumbuhkan kendali diri (self control) yang Islami. Ajarkan mereka
tentang kaidah-kaidah keagamaan, seperti wudlu dapat menurunkan kemarahan dan meredam
emosi, shalat bisa mencegah mereka dari perbuatan keji, dan puasa dapat mematangkan emosi dan
menumbuhkan kemandirian mereka. Dorong mereka untuk selalu menjaga kesehatan, menggapai
prestasi, sehingga mereka mampu membuat bangga di lingkungannya.

c.    Dekatkan mereka pada Al-Qur’an. Buat mereka nyaman dan gemar berinteraksi dengan Al-Qur’an
agar terbiasa dan akan menjadi sebuah kebiasaan yang baik bagi remaja. Karena kedekatan seorang
remaja dengan Al-Qur’an akan menjaga mereka dari berbagai pengaruh buruk atau negatif.

d.   Tumbuhkan Muraqabah mereka pada Allah. Ingatkan mereka untuk takut pada Allah dan
pengawasannya yang tiada henti, tanamkan rasa malu dan ajarkan tentang akhlak terhadap diri
sendiri

3.    Bimbingan dan Konseling bagi Anak

A.  Bimbingan terhadap anak

Telah kita lihat, bahwa demi tercapainya manusia yang dewasa, sehat jasmani dan rohani,
maka ia perlu dicegah dari pengaruh negatif dan timbulnya gangguan dalam perkembangan
kepribadiannya.

Sebagai suatu cara dalam sebuah usaha pencegahan gangguan perkembangan kepribadian,
maka bimbingan dan konseling telah banyak peranannya dalam ikut membentuk individu dan
masyarakat yang sehat mentalnya.
Bimbingan dan konseling sebenarnya diutamakan diberikan dirumah. Rumah dan keluarga
adalah lingkungan hidup pertama, dimana anak memperoleh pengalaman-pengalaman pertama
yang sudah mempengaruhi jalan hidupnya. Jadi lingkungan hidup pertama yang yang memberi
tantangan pada anak supaya dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidupnya itu. Disinilah
tugas orang tua untuk menjadi pembimbing anaknya, supaya perkembangan anak yang dimulai pada
permulaan hidup dapat berlangsung sebaik-baiknya tanpa ada hambatan atau gangguan yang
berarti.

Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak, sebagian diserahkan kepada pihak sekolah,
dimana dalam masyarakat kita seorang anak yang mulai  berusia 4 tahun sudah mulai sekolah.
Selama kurang lebih 14 tahun anak akan menjalani pendidikan di TK, SD, SMP, SMA. Justru masa
antara 4 tahun sampai 18 tahun merupakan masa yang terpenting dalam perkembangan anak
menuju masa dewasa. Sebagian kehidupan anak sehari-hari berada dalam lingkungan sekolah,
dengan kegiatan kulikuler maupun kegiatan ekstra kulikuler. Uluran tangan dan bimbingan yang
sangat diperlukan, sebagian besar harus diperolehnya di lingkungan sekolah, antara lain dari guru,
wali kelas, dan guru pembimbing atau konselor di sekolah. Dengan demikian tidaklah
mengherankan, bahwa pemerintah memasukkan bimbingan dan konseling dalam kurikulum-
kurikulum di sekolah.

Bimbingan di sekolah diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada anak didik,
yang dilakukan secara terus-menerus supaya anak didik dapat memahami dirinya, sehingga anak
didik sanggup dalam mengarahkan diri dan bertingkah laku yang wajar, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat disekitarnya.

Tujuan dari bimbingan adalah memberi bantuan kepada anak didik supaya mencapai :

a.    Kebahagiaan hidup pribadi. Contohnya, seorang anak didik meraih prestasi disekolah

b.    Kehidupan efektif dan produktif. Contohnya, anak didik mampu mengatasi problem yang dialaminya

c.    Kesanggupan hidup bersama dengan orang lain. Contohnya, anak didik mampu menghormati
kepentingan dan harga diri orang lain

d.   Keserasian antara cita-cita anak didik dengan kemampuan yang dimilikinya. Contohnya, anak didik
mampu mempersiapkan bidang pekerjaan apa yang tepat untuk dirinya.[6]

Dalam hal memberikan bimbingan dan bantuan kepada anak, maka dapat disimpulkan, bahwa
peranan bimbingan dapat dibagi kedalam 4 kelompok, antara lain sebagai berikut :

a.    Berperan sebagai pencegah, yang membantu anak menemukan cara-cara mengatasi persoalan, yang
mungkin akan menjurus ke penyimpangan perkembangan mental atau tekanan jiwa.
b.    Berperan memelihara anak sebagai pribadi yang sudah mencapai perkembangan, baik
keseimbangan emosi maupun keserasian kepribadian, agar menjadi satu kesatuan kepribadian yang
kuat dan tangguh.

c.    Berperan dalam membantu, pembentukan penyesuaian diri, yakni dengan jalan membantu anak
menghadapi, memahami, dan memecahkan masalah untuk mencapai hasil yang optimal, baik dalam
jenjang karir maupun hubungan sosial.

d.   Berperan memperbarui atau menyembuhkan apabila terjadi penyimpangan atau kesulitan yang
sudah berakar, membantu mencari akar dari permasalahan yang ada, supaya dapat disembuhkan
dan tercapai taraf kehidupan yang normal.

Secara umum dapat kita simpulkan, bahwa bimbingan ini sangat penting bagi perkembangan
dan jalan kehidupan seorang anak untuk mencapai masa depannya. Baik dirumah oleh orang tuanya
maupun disekolah oleh konselor atau guru pembimbing, guru, pembina dalam pramuka, atau siapa
saja dapat memberikan bimbingan terhadap anak didik, dengan ketentuan dilakukan dengan
bijaksana dan bertanggung jawab.[7]

B.  Bimbinga Konseling Disekolah

Bimbingan dan konseling yang dilakukan dirumah oleh orang tua. Pendidik atau orang lain
yang membina anak, sering dilakukan dengan tidak sengaja.

Disekolah bimbingan dan konseling dilakukan baik dengan sengaja dan tidak sengaja, kadang-
kadang seorang guru secara tidak sadar telah memasukkan bimbingan kedalam pelajaran yang
diajarkanya didalam kelas.

Bimbingan dan konseling dapat dilakukan secar berkelompok dan secara individual.

a.    Secara berkelompok  : dimanan pembimbing menghadapi  kelompok anak yang akan dibimbingnya,


mungkin saja pembimbing ingin membantu menyelesaikan masalah:

Ø Sekelompok anak dengan masalah yang sama

Ø Seorang anak dibantu melalui kelompok anak tersebut

b.    Secara indivial : dimana pembimbing biasanya membantu anak didik dengan berhadapan langsung,
dengan permasalahanya, jadi dengan empat mata saja.

Dengan demikian bimbingan dan konseling dapat bersifat :

a.    Terarah (Directive), dimana Pembina akan dituntut lebih aktif dalam memberikan pemecahan
persoalan.
b.    Tidak Terarah (Nondirective),  dimana anak yang dibimbing memilaih untuk mencari jalan pemecah
persoalannya sendiri, setalah pembimbing membeberkan dan mencerminkan masalahnya atau
persoalan yang dihadapi anak tersebut.

c.    Dalam bimbingan berfungsi sebagai cara penanggulangan dan penyembuhan, maka sering
diperlukan beberapa terapi:

Ø Terapi Redukatif : Bila anak mengalami kesulitan yang bersumber pada sifat kebiasaan yang tidak
cocok dengan lingkungan, sehingga perlu suatu pembiasaan pengulangan pendidikan yang lain.

Ø Terapi Sugestif : Bila anak mengalami suatu masalah kebutuhan yang disebabkan oleh kebutuhan
emosi. Dengan memberikan sugesti kuat, gangguan tersebut tidak akan muncul lagi. Selanjutnya
dirinya penyebab kegoncangan atau ketegangan emosinya, dan diusahakan menghilangkan
bebannya itu.

Ø Terapi penyaluran: dimana pembimbing menampung semua emosi yang tertumpuk, tertimbun pada
anak. Pembimbing dalam hal ini memancing keluar semua persoalan, kekesalan, kebencian dan rasa
agresi terhahadap seseorang  dan pembimbing menerima saja.

Dalam menghadapi anak didik yang memerlukan terapi medis, tentunya perlu dikonsultasikan
pada ahli-ahli medis dengan mengirim anak didik kedokter umum, psikiater, ahli syaraf, ahli mata,
dan lain sebagianya.

      

Seorang anak yang sering lesu, tidak bergairah dalam belajar dan suka mengantuk disebabkan:

a.    Mungkin sedang menghadapi masalah dalam keluarga, masalah psikis, emosi yang menimbulkan
ketegangan-ketegangan.

b.    Bilamana ada masalah psikis maka ia dikirim ke pembimbing atau ke psikolog sekolah.

c.    Bilamana ada keluahan-keluhan fisik, kelihatan tidak sehat adanya kemungkinan tidak sehat maka ia
dikirim kedokter.

d.   Mungkin ia terganggu oleh perasaan cemas gelisah, sehingga ia memerlukan obat-obat. maka ia
dikirim ke psikiater.

e.    Mungkin juga anak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran disekolah, sering mendapatkan
nilai-nilai yang kurang memuasakan, sering pusing-pusing yang disebabkan gangguan-gangguan
penglihatan, maka dikirim kedokter mata.

Dengan demikian akan terlihat suatu kerja sama yang luas dan multidisipliner.
Pelaksanaan bimbingan disekolah meliputi anak didik, sekolah, guru, dan Orang tua murid.
Dalam melayani anak didik disekolah seorang pembimbing dapat berbuat  berbagai usaha dalam
mambantu anak didik.[8]

a.    Membantu dalam memahami tingkah lalu orang lain.

b.    Membantu anak didik supaya hidup dalam kehidupan  yang seimbang antara aspek fisik, mental, dan
sosial.

c.    Membantu proses sosialisasi dan sikap sensitif terhadap kebutuhan orang lain.

d.   Membatu anak untuk mengembang pemahaman diri  sesuai dengan kecakapan, minat pribadi dan
hasil belajar, dan kesempatan yang ada.

e.    Membantu murid-murid dalam mengembangkan motif-motif intrinsik dalam belajar, sehingga dapat
mencapai kemajuan yang berarti dan bertujuan.

f.     Memberikan dorongan dan pengarahan diri, pemacahan masalah, pengambilan keputusan, dan
ketrlibatan diri dalam proses pendidikan.[9]

BAB III

PENUTUP

Secara umum dapat kita simpulkan, bahwa bimbingan ini sangat penting bagi
perkembangan dan jalan kehidupan seorang anak untuk mencapai masa depannya. Baik dirumah
oleh orang tuanya maupun disekolah oleh konselor atau guru pembimbing, guru, pembina dalam
pramuka, atau siapa saja dapat memberikan bimbingan terhadap anak didik, dengan ketentuan
dilakukan dengan bijaksana dan bertanggung jawab

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa remaja
merupakan masa yang bergejolak. Pada masa ini suasana hati (Mood) biasa berubah-ubah dengan
sangat cepat. Masa remaja disebut juga dengan masa untuk menemukan identitas diri.
Bimbingan dan konseling dapat dilakukan secar berkelompok dan secara individual, dalam
bimbingan berfungsi sebagai cara penanggulangan dan penyembuhan, maka sering diperlukan
beberapa terapi :

·      Terapi Redukatif
·      Terapi Sugestif
·      Terapi penyaluran

DAFTAR PUSTAKA

Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk Membimbing.  Jakarta : PT. BPK Gunung
Mulia, 1979

I. Djumhur dan Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidence & Counseling).  Bandung: CV.
Ilmu, 1975

http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/upaya-konselor-dalam-menangani-masalah-remaja.html. Di
akses 24-03-2014

http://www.kartunet.com/bimbingan dan konseling remaja-997. Di akses 24-03-2014

Ketut Sukardi,Dewa. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.  Jakarta:


Rineka Cipta, 2008

[1]Dewa Ketut Sukardi. PENGANTAR PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING


DI SEKOLAH. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). Hal. 36
[2]I. Djumhur dan Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidence &
Counseling). (Bandung: CV. Ilmu, 1975). Hal. 25
[3]Dewa Ketut Sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di
Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). Hal. 38
[4]http://www.kartunet.com/bimbingan dan konseling remaja-997. Di akses 24-03-2014

[5]http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/upaya-konselor-dalam-menangani-masalah-
remaja.html. Di akses 24-03-2014
[6]I. Djumhur dan Moh Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidence &
Counseling). (Bandung: CV. Ilmu, 1975). Hal. 28
[7]Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa. Psikologi untuk Membimbing. (Jakarta
: PT. BPK Gunung Mulia, 1979). Hal. 21
[8] Ibid. Hal 23

[9]Ibid. Hal. 25

Anda mungkin juga menyukai