Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi,
karena pengolahannya telah berjalan secara alami dalam tubuh si ibu.
Sebelum anak lahir, makanannya telah disiapkan lebih dahulu, sehingga
begitu anak itu lahir, air susu ibu telah siap untuk dimanfaatkan. Demikian
kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Namun demikian ada banyak
kaum ibu pada saat ini yang tidak dapat memberikan ASI kepada anaknya
dengan berbagai alasan seperti ASI-nya tidak keluar, alasan kesehatan serta
karena waktunya tersita untuk bekerja.

Hooker dalam buku Islam Madzhab Indonesia : Fatwa-fatwa dan


Perubahan Sosial (2003 : 254) menyatakan bahwa pada awal 1970-an rumah
sakit Jakarta mendirikan bank air susu manusia dimana ibu-ibu yang
mempunyai kelebihan air susu dapat memberikan kelebihan itu dan
menyimpannya untuk bayi-bayi yang ibunya kekurangan air susu. Sejumlah
ulama mempertanyakan perbuatan itu atas dasar bahwa perbuatan tersebut
sama dengan rada'ah, yakni menyusui dengan tujuan membantu
perkembangan jiwa anak. Anak yang memperoleh air susu semacam itu,
dalam pandangan hukum disebut saudara sesusu, yakni anak yang menyusui
dari wanita yang sama sebagai pendonor untuk anak tersebut. Kedua anak
tersebut tidak dapat menikah. Lebih jauh lagi, jika pendonor itu tidak
diketahui maka kemungkinan terjadinya pergaulan yang melanggar susila
atau hubungan seksual sesama saudara pasti ada.

Ibu - ibu yang berkategori sehat dan memiliki kelebihan produksi


ASI bisa menjadi pendonor ASI , ini juga merupakan hal yang patut kita
pertimbangkan . ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang
didinginkan dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri.

1
Kesulitan para ibu memberikan ASI untuk anaknya menjadi salah
satu pertimbangan mengapa bank ASI perlu didirikan, terutama di saat krisis
seperti pada saat bencana yang sering membuat ibu-ibu menyusui stres dan
tidak bisa memberikan ASI pada anaknya. Semua ibu donor diskrining
dengan hati-hati. Ibu donor harus memenuhi syarat, yaitu non-perokok,
tidak minum obat dan alkohol, dalam kesehatan yang baik dan memiliki
kelebihan ASI. Berdasarkan hal di atas maka makalah ini akan membahas
tentang pengertian donor ASI, syarat donor dan pendonor ASI, cara donor
ASI, peraturan donor ASI.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud donor asi?

2. Bagaimana tindakan untuk melakukan donor asi?

3. Apa hukum jual beli ASI?

4. Bagaimana pentingnya donor asi dilihat dari sudut pandang kesehatan?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan bank ASI.

2. Mengetahui tindakan yang harus dilakukan untuk donor asi dan bank
asi.

3. Mengetahui hukum jual beli ASI.

4. Mengetahui pentingnya donor asi dan bank asi menurut sudut pandang
kesehatan.

5. Mengetahui bagaimana hukum pendirian bank ASI dilihat dari sudut


pandang Islam.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Donor ASI

Donor ASI adalah memberikan ASI dari ibu pendonor kepada bayi
yang ibunya tidak dapat memberikan ASInya sendiri. Air Susu Ibu (ASI)
sangat bermanfaat bagi bayi. Didalamnya terkandung nutrisi lengkap yang
dibutuhkan bagi bayi. Namun apa jadinya jika ada seorang ibu yang tidak
bisa menyusui karena beberapa kasus kesehatan, Ibu bayi meninggal usai
melahirkan atau sama sekali tidak bisa mengeluarkan ASI.

Di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, donor ASI sudah


mulai dilakukan. Melalui Bank ASI yang tersedia, para Ibu yang tidak bisa
memberikan ASI kepada bayinya karena beberapa alasan bisa tetap
memberikan ASI kepada bayinya dengan bantuan pendonor ASI.Pada
beberapa keadaan di mana ibu tidak bisa menyusui bayinya, donor ASI
merupakan alternatif untuk mendukung pemberian ASI sebagai makanan
terbaik bagi bayi. Berbeda dengan bank ASI, donor ASI tidak mencampur
ASI dari para donor, melainkan dikelompokkan sesuai nama donor.
Banyak ibu yang merasa dimudahkan dengan adanya donor ASI ini.
Umumnya ibu-ibu ini ingin anaknya mendapat ASI tapi tidak sempat
memerah payudaranya sendiri sehingga lebih memilih memberikan ASI
dari donor. Di daerah perkotaan, tren ini mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Di masa mendatang tampaknya permintaan donor ASI
makin meningkat karena masyarakat makin menyadari bahwa jika tidak
dapat memberi ASI, ada cara lain selain memberikan susu formula.

3
B. Syarat Donor ASI

Pemberian ASI pada bayi jelas sangat dianjurkan sebab ASI


makanan terbaik bayi. Kecuali bila ibu mengalami sakit berat dan
mengonsumsi obat-obatan yang dikhawatirkan "mencemari" ASI. Donor
ASI dapat dilakukan kepada bayi yang benar-benar tidak bisa
mendapatkan air susu ibunya sendiri. Misalkan dalam keadaan :

1. Ibu meninggal setelah melahirkan


2. Ibu yang mengidap Hepatitis B parah
3. Ibu yang positif mengidap AIDS
4. Ibu yang sedang dalam proses pengobatan kanker
5. Ibu dengan masalah jantung
6. Ibu yang mengalami Gangguan Hormon
Syarat Pendonor ASI
Tidak semua ibu bisa mendonorkan ASI nya. Ada beberapa
persyaratan untuk menjadi seorang pendonor ASI. Syarat-syarat yang
harus dipenuhi, antara lain adalah :

1. Melahirkan anak dengan cara normal dan sehat


2. ASI untuk anak sendiri sudah mencukupi dan berlimpah
3. Tidak sedang hamil
4. Tidak merokok
5. Tidak minum alkohol
6. Tidak minum kopi/kafein (toleransi 150-200 ml/hari)
7. Tidak mengkonsumsi narkoba
8. Bukan vegetarian
9. Calon ibu donor dan suami tidak mengalami gejala yang mengarah ke
penyakit HIV/AIDS, CMV (Citomegalovirus), HTLV-1 (Human T-
LymphocyteVirus), Hepatitis, TBC, Sifilis.

4
C. Skrining Donor ASI

Skrining dilakukan untuk menjamin agar bayi yang mendapat ASI


donor tidak terpapar penyakit yang mungkin diderita oleh ibu donor.
Idealnya, ibu yang akan melakukan donor ASI untuk diberikan kepada
bayi harus melakukan skrining baik secara lisan, tulisan, dan melalui
laboratorium. Skrining lisan untuk mengetahui riwayat kesehatan secara
detail. Beberapa tahapan skrining yang harus dilakukan jika seseorang
ingin mendonorkan ASI:

1. Tahap pertama adalah skrining lisan dan tulisan. Pada tahap ini donor akan
menjalani menjawab pertanyaan tentang riwayat kesehatan secara detail.
Selain itu juga apakah pernah mendapat transfusi darah atau produk darah
lainnya dalam 12 bulan terakhir, serta melakukan transplantasi organ atau
jaringan dalam 12 bulan terakhir
2. Setelah melalui tahap pertama, donor ASI akan memasuki tahap dua yaitu
pemeriksaan serologi (tes darah) untuk HIV-1 dan HIV-2, Hepatitis B,
Hepatitis C, dan Sifilis. Setelah melalui tahapan penapisan, ASI harus
diyakini bebas virus atau bakteri dengan cara pasteurisasi atau
pemanasan. Setelah menjalani skrining, barulah pendonor diperkenankan
mendonorkan ASI. Setelah didonorkan, ASI masih harus menjalani proses
pasteurisasi untuk mematikan bakteri serta virus berbahaya. Tak hanya itu,
penyimpanannya pun juga membutuhkan wadah dan suhu khusus agar
ASI tetap awet.
Biasanya ibu yang diperbolehkan mendonor minimal menghasilkan
ASI 2 - 3 liter per hari, jadi tidak semua ibu boleh donor. Skrining
terhadap donor juga dilakukan 3 bulan sekali. Setelah 6 bulan, pendonor
tidak direkomendasikan lagi karena ASI yang dihasilkan mulai sedikit.

D. Cara Donor ASI

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Donor ASI :

5
1. Menghubungi pusat layanan laktasi. Untuk menjalankan prosedur
sebagai donor ASI, Ibu dapat langsung menghubungi pusat layanan
laktasi, agar Ibu dapat langsung menjalin kedekatan personal antara Ibu
sebagai donor ASI dan penerima donor ASI.
2. Wawancara. Hal ini dilakukan agar penerima donor mengetahui riwayat
kesehatan, asal usul dan jati diri Ibu sebagai donor ASI. Ibu dapat bertemu
langsung dengan calon penerima donor ASI. Donor ASI harus dipastikan
bersih dan sehat, jauh dari penyakit yang terdeteksi ataupun belum
terdeteksi. Sayangnya, Indonesia belum memiliki fasilitas pasteurisasi
yang sebenarnya bisa membantu meminimalisasi kontaminasi penyakit.
3. Mengisi formulir donor ASI. Untuk mengisi formulir, Ibu dapat
langsung menghubungi pusat layanan laktasi ataupun melalui e-mail.
Kesepakatan donor dan fasilitator ini memudahkan proses pencatatan data
donor dan kepada siapa ASI akan diberikan.
4. Konsultasi penyimpanan ASI. Penting bagi donor ASI untuk mengetahui
kaidah penyimpanan ASI secara tepat, karena donor akan menyimpan ASI
secara pribadi. Konsep awal donor ASI adalah first in first out, yaitu
tanggal yang lebih lama harus digunakan lebih dulu/dikeluarkan. Setelah
ASI dipompa oleh pendonor, ASI disimpan dalam botol dan plastik khusus
penyimpanan ASI, jangan lupa untuk memberikan label tanggal dan waktu
hasil produksi ASI agar kualitas ASI dapat terjaga hingga saat dibutuhkan
oleh si kecil.
E. Peraturan Donor ASI
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang donor Air Susu Ibu
(ASI) terus digodok Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak. Peraturan mengenai donor ASI tersebut akan
terangkum dalam PP No.33 tahun 2012, yang mengatur tentang pemberian
ASI eksklusif, pendonor ASI, pengaturan penggunaan susu formula bayi dan
produk bayi lainnya, pengaturan bantuan produsen atau distributor susu
formula bayi, saksi terkait, serta pengaturan tempat kerja dan sarana umum
dalam mendukung program ASI Eksklusif. Peraturan pemerintah (PP) Nomor

6
32 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif sebenarnya telah
menetapkan persyaratan-persyaratan khusus untuk para pendonor dan
penerima donor ASI, yaitu;

1. Donor ASI dilakukan sesuai permintaan ibu kandung atau keluarga bayi
yang bersangkutan.
2. Identitas, agama dan alamat pendonor ASI diketahui jelas oleh ibu
kandung atau keluarga bayi penerima ASI.
3. Mendapat persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi
yang diberi ASI.
4. Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai
indikasi medis.
5. ASI tidak diperjualbelikan Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan
dikenai.
F. Donor Asi Dalam Pandangan Islam
ASI dari seorang ibu begitu penting manfaatnya bagi perkembangan
bayinya, namun fenomena yang terjadi tidak semua ibu dapat memberikan
ASI kepada bayinya. Bisa disebabkan karena kurangnya produksi susu
dari ibu kandung atau karena ibu kandungnya telah tiada, juga bisa
disebabkan oleh sebab-sebab lain yang tidak memungkinkan pemberian
ASI oleh ibu kandung. Sehingga terjadilah kegiatan berbagi ASI berikut
donor ASI dari wanita yang memproduksi susu berlebih, juga telah di
bangun sejumlah Bank ASI di beberapa negara di dunia. Lalu
bagaimanakah pandangan Islam berkaitan dengan donor ASI?
Dalam hal ini hendaklah kita menelaah beberapa sumber berikut:

Firman Allah SWT:

“Dan ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara-saudara


sepersusuanmu.” (QS. Ali Imran ayat 23).

7
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah ayat 2).

Hadist Rasulullah SAW:

“Diharamkan (untuk dinikahi) akibat persusuan apa-apa yang


diharamkan (untuk dinikahi) dari nasab/hubungan keluarga.” (HR.
Bukhari).

Dalam hal donor ASI MUI telah mengeluarkan fatwa (fatwa


MUI/no:28/tahun 2013), yang beberapa ringkasannya ialah sebagai
berikut:

1. Seorang ibu boleh memberikan ASI kepada anak yang bukan anak
kandungnya. Demikian juga
sebaliknya, seorang anak boleh menerima ASI dari ibu yang bukan
ibu kandungnya sepanjang memenuhi ketentuan syar`i.

2. Kebolehan memberikan dan menerima ASI harus memenuhi dua


ketentuan. Yang pertama, ibu yang memberikan ASI harus sehat,
baik fisik maupun mental. Yang kedua, ibu tidak sedang hamil.

3. Terjadinya mahram (haramnya terjadi pernikahan) akibat radla`


(persusuan) jika: usia anak yang menerima susuan maksimal dua
tahun dalam kalender Qomariah, ibu ASI diketahui identitasnya
secara jelas, jumlah ASI yang dikonsumsi sebanyak minimal lima
kali persusuan, cara penyusuannya baik secara langsung ke puting
susu ibu maupun melalui perahan, ASI yang dikonsumsi anak
tersebut mengenyangkan.

8
4. Pemberian ASI yang menjadikan berlakunya hukum persusuan
adalah masuknya ASI tersebut ke dalam perut seorang anak dalam
usia antara 0 sampai 2 tahun dengan cara penyusuan langsung atau
melalui perahan.

5. Seorang muslimah boleh memberikan ASI kepada bayi non


muslim, karena merupakan bagian dari kebaikan antar umat
manusia. Dalam kegiatan donor ASI diperbolehkan adanya
pemberian upah sebagai jasa pengasuhan anak , sedangkan
penjual-belian ASI dilarang.

G. Hukum Donor ASI


Ada suatu kondisi tertentu saat seorang ibu mengalami kesulitan
mengeluarkan ASI dari payudaranya. Dalam kondisi ini, hal yang dapat
dilakukan adalah mengikuti program donor ASI atau pergi ke Bank ASI.
Namun, ada beberapa orang yang masih mempertanyakan, apakah
kegiatan donor ASI diizinkan agama, terutama Islam?
Hukum donor ASI diperbolehkan alias halal. Disebutkan juga, dalam Al
Quran surat Al Baqarah ayat 233, waktu yang pas untuk menyusui secara
sempurna maksimal 2 tahun. Jika ada kendala, misalnya sang ibu tidak
memiliki air susu yang sedikit, dibolehkan kurang dari 2 tahun, asalkan
terdapat kesepakatan antara suami dan istri.
Menurut surat Al Baqarah ayat 233, donor ASI dibolehkan dalam
Islam. Selain itu, kegiatan donor tidak selalu diasosiasikan dengan
kegiatan sosial atau non-profit. Jadi, ibu pendonor ASI dapat menerima
upah atas jasa pemberian ASI, asalkan pembayarannya dengan cara yang
patut. Salah satu bukti bahwa donor ASI diperbolehkan dalam Islam,
menurut Isnawati pula, adalah pengalaman yang dialami oleh Nabi
Muhammad SAW di masa kecilnya. Di mana saat itu beliau mempunyai
ibu susu bernama Halimah. Kemudian Nabi Muhammad dibawa ke tempat
tinggal Halimah di daerah pegunungan, karena saat itu keadaan Mekkah,

9
khususnya kondisi udaranya, tidak lagi ideal bagi kelangsungan hidup
bayi.
Ada dua jenis donor ASI, yaitu langsung dan tidak langsung.
Donor langsung artinya sang ibu pendonor susu diketahui jelas
identitasnya. Sementara dalam donor tidak langsung, identitas sang ibu
pendonor bisa jelas, bisa juga tidak, dan mereka memberikan ASI melalui
alat seperti selang atau dot. Namun ada beberapa hal yang harus digaris
bawahi oleh para ibu yang akan melakukan donor ASI, maupun mencari
jasa donor ASI. Yaitu ternyata, ada dampak hukum terhadap donor ASI
yang melarang atau mengharamkan hubungan pernikahan antara kedua
keluarga yang memberikan donor ASI maupun yang menerimanya.
Ketentuan itu dinamakan Mahram.
Adapun pengelompokan orang yang diharamkan untuk dinikahi
karena sepersusuan yaitu perempuan yang menyusui dan ibunya, anak
perempuan dari perempuan yang menyusui, saudara perempuan dari
perempuan yang menyusui, anak perempuan dari anak perempuan dari
perempuan yang menyusui, ibu dari suami dari perempuan yang
menyusui, saudara perempuan dari suami dari perempuan yang menyusui,
anak perempuan dari anak laki-laki dari perempuan yang menyusui, anak
perempuan dari suami dari wanita yang menyusui, serta istri lain dari
suami dari wanita yang menyusui.Dituturkan pula, banyak pendapat yang
telah dilontarkan mengenai Mahram ini. Ada beberapa ulama mengatakan,
Mahram sudah terjadi saat penyusuan pertama kalinya. Sementara ulama
lain menyebutkan, Mahram baru terjadi setelah 3 kali penyusuan.
Namun sebagian besar ulama menyepakati, kondisi Mahram baru
terjadi setelah 5 kali penyusuan yang sempurna dalam waktu dua tahun.
Artinya, jika seorang bayi meminum susu dari ibu pendonor yang sama
lebih dari lima kali, dan setiap kali meminum ASI bayi itu merasa kenyang
atau melepaskan sendiri mulutnya dari puting susu sang ibu, maka terjadi
pengharaman hubungan pernikahan di antara kedua keluarganya. Ketika
seorang bayi telah 5 kali berturut-turut menerima donor ASI dari ibu yang

10
sama, maka terjadilah hubungan Mahram. Hal ini berlaku pada kedua jenis
donor, langsung maupun tidak langsung.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Donor ASI merupakan makanan ideal bagi bayi yang tidak tergantikan
oleh susu formula. Komposisi nutrien yang terkandung di dalam ASI sangat
tepat dan ideal untuk tumbuh kembang bayi, selain juga memenuhi kebutuhan
dasar anak akan kasih sayang dan stimulasi. Namun, tak sedikit para ibu yang
tidak dapat menyusui bayinya, terutama bayi prematur, karena produksi ASI
belum maksimal. Di lain pihak, banyak para ibu yang memiliki ASI berlimpah
sehingga sayang untuk dibuang dan memilih untuk mendonorkannya.
B. Saran
Dari segi kesehatan, sebelum berbagi ASI perlu diperhatikan kemungkinan
terjadinya penularan penyakit. Karena itu, sebelum mendonorkan ASI-nya,
seseorang perlu melakukan skrining ada tidaknya penyakit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya. surah Al-Baqarah Ayat 233 dan surah An-Nissa’
ayat 23. Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu.

Digilib.Uinsby.Ac.Id/17287/

Jauhari, Iman. 2018. PERLINDNGAN HAK ANAK TERHADAP TERHADAP


PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI). Yogyakarta. CV Budi Utama.

Repository.Unhas.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/23522/Pdf%20skripsi%20

izky%20dwi%20putri%20abdullah.Pdf?Sequence=1(diakses tanggal 30

September Pukul. 23.00 WIB)

Scholar.Google.Co.Id/Scholar?Hl=Id&As_Sdt=0%2c5&Q=Hukum+Donor+Asi&

Btng= (diakses tanggal 30 September Pukul. 22.00 WIB)

Tarjih.Muhammadiyah.Or.Id/Content-14-Sdet-Himpunan-Tarjih.Html(diakses

tanggal 30 September Pukul. 22.20 WIB)

www.aisyiyah.or.id/en/berita/mpk-aisyiyah-mengkaji-isu-donor-asi-untuk

mendorong-fatwa.html(diakses tanggal 30 September Pukul. 22.10 WIB)

www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/05/22/noqm0f6-donor-asi

dalam-fikih-islam(diakses tanggal 30 September Pukul. 22.40 WIB)

13

Anda mungkin juga menyukai