Anda di halaman 1dari 107

LIMA BENANG MERAH

OLEH: SINTA JAVANI,SST,MAP


Nama Saya, SINTA JAVANI

Saya berkerja sebagai WI Di UPT


BPKKTK Dinkes Prov. Bali

Kelahiran,
Talibeng, 28 Juni 1981
Saya tinggal di Br. Gede, Sempidi,
Badung

sinta_javani@yahoo.co.id atau hp
081805360351
5 BENANG MERAH??

1. Membuat keputusan klinik


2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
3. Pencegahan Infeksi
4. Pencatatan (rekam medik) asuhan
persalinan
5. Rujukan
TUJUAN
1. Memahami langkah-langkah pengambilan
keputusan klinik
2. Menjelaskan asuhan sayang ibu dan bayi
3. Menjelaskan prinsip dan praktik
pencegahan infeksi
4. Menjelaskan manfaat dan cara pencatatan
medik asuhan persalinan
5. Menjelaskan hal-hal penting dalam
melakukan rujukan
Paradigma masa lalu
Mencegah infeksi pd waktu melakukan
tindakan atau pasca tindakan pd pasien
AIDS tidak mengenal diskriminasi
Setiap MENIT diseluruh dunia
5 orang meninggal karena
Kasus kematian AIDS di Indonesia
pertama kali ditemukan di RSUP
Sanglah pd 15 April 1987
(wisatawan Belanda)
Epidemi memicu perubahan paradigma
Pencegahan Infeksi
Dikembangkan paradigma baru yg merupakan bg dr upaya
Pencegahan Infeksi utk melindungi petugas pelayanan
kesehatan (termasuk petugas kebersihan) & pasien lain dr
penularan

Pakai masker O2 lebih dulu sblm menolong


orang lain
Paradigma baru
Kewaspadaan Universal :
• Darah dan cairan tubuh setiap pasien
hrs dianggap terinfeksi

• Semua alat medis yg sudah selesai


dipakai hrs dianggap sebagai sumber
penularan

• Penularan dpt terjadi pd setiap pelayanan


kesehatan & pd setiap tingkat pelayanan
(puskesmas, rumah sakit)
Tes HIV tidak mungkin dilakukan pd semua
Px krn :
• Tes HIV tanpa memberitahu pasien
melanggar peraturan internasional &
HAM
• Biaya mahal

• Hasil tes sering baru diterima stl Px


selesai dirawat
• Hasil (-) palsu menyebabkan kurang kewaspadaan
• Hasil (+) palsu menyebabkan kegelisahan
yg tdk perlu utk pasien dan staf
Bila Kewaspadaan Universal diterapkan pd setiap Px, maka
petugas pelayanan kesehatan :
•Tdk perlu takut terkena infeksi saat memberikan pelayanan
•Tdk boleh melakukan diskriminasi pd Px AIDS
•Tdk perlu memasalahkan gaya hidup Px
DEFINISI
MIKROORGANISME :
Agen (bakteri, virus, jamur & parasit) yg
menyebabkan terjadinya infeksi
Mikroorganisme pd manusia sehat ada pd :
• permukaan kulit
• saluran nafas bagian atas
• usus
• vagina
ASEPSIS :
Membunuh mikroorganisme pd permukaan benda hidup
(kulit, jaringan) dan benda mati (peralatan medis) hingga
mencapai tingkat yg aman
ANTISEPSIS :
Membunuh/menghambat mikroorganisme pd kulit &
jaringan tubuh dg menggunakan larutan kimia
Larutan Antiseptik :
• Alkohol (60 - 90% Etil, Isopopil atau Metil Spiritus)
• Yodium (1 - 3%); Yodium Tingtur (Lar. Yodium dg Alkohol)
• Iodofor (Betadin)
• Klorheksidin gluconat 4 % (Hibiscrub, Hibitane)
• Klorheksidin gluconat & Setrimid (Savlon)
• Paraklorometaksilenol (Dettol)
Hal² yg hrs diperhatikan pd penggunaan antiseptik :
• Semua antiseptik dpt tercemar
• Siapkan wadah yg lebih kecil utk kebutuhan se-hari²
• Jangan merendam kasa atau lainnya didlmnya
• Botol yg sudah dibuka hrs habis dlm 1 minggu
• Simpan dlm tempat dingin dan gelap
• Cuci wadah setiap kali mengganti dan keringkan terlebih
dahulu
• Beri label dan catat tanggal penggantian
• Pemakaiannya dg cara menuang, bukan dg mencelupkan
kasa
SIKLUS PENYEBARAN INFEKSI
Mikroorganisme patogen

Sumber

Pejamu

Tempat keluar
mikroorganisme

Tempat masuk
mikroorganisme

Metode transmisi
PENCEGAHAN INFEKSI
Memutus rantai penyebaran infeksi
1 2
CUCI TANGAN PEMAKAIAN
ALAT
PELINDUNG
DIRI

3 4
PENGELOLAAN PENGELOLAAN
BENDA TAJAM ALAT
BEKAS PAKAI

5
PENGELOLAAN
LIMBAH
1
CUCI TANGAN
Sebelum dan sesudah
melakukan tindakan

Setelah melepas sarung tangan

Setelah terkena darah/cairan tubuh


Cara cuci tangan sesuai dengan kebutuhan :
1. Cuci tangan higienik atau rutin :
bertujuan mengurangi kotoran
dan flora yg ada di tangan
dg menggunakan sabun

2. Cuci tangan aseptik :


dilakukan sblm tindakan aseptik pd pasien dg
menggunakan antiseptik

3. Cuci tangan bedah /surgical handscrub :


dilakukan sblm melakukan tindakan
bedah dg antiseptik dan sikat
Mikro-organisme dpt tumbuh dan berkembang biak dlm
air yg diam meskipun telah diberi Antiseptik
• Hindari memasukkan tangan ber-ulang2
kedalam air di baskom
• Bila tidak ada air mengalir :
• Pakai gayung

Cara mengguyur dg gayung memiliki


risiko cukup besar utk terjadinya
pencemaran, baik melalui gagang gayung
ataupun percikan air bekas cucian
kembali ke bak penampungan air bersih
• Pakai alkohol
2
PEMAKAIAN
ALAT
PELINDUNG
DIRI
Pemakaian
Alat Pelindung
Diri
Disesuaikan dg
jenis tindakan
Topi
Apron
Masker

Sarung Tangan
Kaca mata

Baju Operasi

Sepatu
SARUNG TANGAN

Dipakai bila akan :

1. Melakukan tindakan pada pasien

2. Membersihkan alat-alat

3. Membuang sampah medis


CARA MEMAKAI SARUNG TANGAN

CARA MELEPAS SARUNG TANGAN


3
PENGELOLAAN
BENDA TAJAM
Beberapa perilaku yg menempatkan petugas
pelayanan kesehatan atau pasien dlm keadaan
berisiko :
• Menutup jarum suntik kembali
• Melepas jarum dari tabung
• Membengkokkan atau mematahkan jarum sebelum
dibuang
• Salah meletakkan jarum atau pisau/alat tajam
• Dekontaminasi alat suntik sblm dibuang

• Buang alat suntik tanpa ditutup dlm kontainer yg tahan


tusukan atau mesin penghancur

• Bakar kontainer
JARUM JAHIT
Bila pakai jarum tajam, stl selesai menjahit,
pegang benangnya
jarum akan
terkulai (tdk
dpt menusuk)

SKALPEL
SAAT TERTUSUK BENDA TAJAM
Setelah dipakai
Saat dipakai sebelum dibuang
40% 40%

Saat
Lain² pembuangan
5% 15%
PETUGAS PELAYANAN KESEHATAN
TERTUSUK BENDA TAJAM

MEDIS PARAMEDIS
37% 45%
Risiko terinfeksi akibat tertusuk benda tajam
Kasus 1
Residen (as op II) tertusuk jarum saat SC
pasien yg telah diketahui HIV (+)
Kasus 2
Residen tertusuk
jarum saat
menjahit luka epis
pasien HIV (+) yg
tdk diketahui
sblmnya
Kasus 3
PENANGANAN SETELAH TERTUSUK/TERPERCIK

Pertolongan Pertama
Bila tertusuk :
Cuci dg air mengalir dan sabun
Bila terpercik :
Cuci dg air
BILA TERPAPAR HEPATITIS B
 Tes Antigen
 Bila belum divaksinasi, beri :
 Obat : Hepatitis B Hyperimmunoglobuline
 Vaksin

 Obat : Interferon

 Beri obat : Anti Retro Viral


 Periksa laboratorium sp 6 bulan
BIAYA BILA TERPAPAR HIV
Di AMERIKA :
antara US $ 500 sampai $ 5,000

Di INDONESIA :
gratis

• Ketakutan dan kecemasan


• Penanganan toksisitas obat²an
• Waktu yg hilang selama menjalani
pengobatan
• Kemungkinan kehilangan pekerjaan
4
PENGELOLAAN
ALAT
BEKAS PAKAI
DEKONTAMINASI
Mengurangi tetapi tdk menghilangkan
jumlah mikroorganisme pd alat & bahan
yg terkontaminasi oleh darah/cairan tubuh
selama atau setelah operasi

Prinsip
• Mematikan virus Hepatitis & AIDS
• Membuat alat² aman utk penanganan selanjutnya
• Harus dilakukan sblm pencucian alat²
Praktek
Alat-alat & sarung tangan yg baru selesai dipakai,
rendam dlm larutan KLORIN 0,5 %
selama 10 menit dan segera dicuci (WHO 1989)
DEKONTAMINASI

CUCI & BILAS


Prinsip
• Menghilangkan bahan² organik
Bahan² organik melindungi mikroorganisme terhadap
Sterilisasi & Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
• Harus dilakukan utk mengefektifkan Sterilisasi & DTT
Praktek
• Cuci dg air & deterjen
• Sikat sp tampak bersih

• Bilas dg air bersih

• Keringkan
DEKONTAMINASI

CUCI & BILAS


Metode terbaik

STERILISASI Prinsip
Membunuh semua mikro-
organisme (bakteri, virus,
jamur & parasit) termasuk
bakteri endospora dr
semua peralatan
Praktek
1. Menguapkan (Otoklaf )
Suhu hrs mencapai 121ºC
Tekanan106 kPa (15 lb/in2)
Waktu :
20 menit utk alat² yg tdk dibungkus
30 menit utk alat² yg dibungkus
2. Memanaskan (Oven)
Suhu 170ºC utk 1 jam atau 160ºC utk 2 jam
Diamkan selama 1 jam kmd dinginkan
selama 2 jam
Jarum & scalpel pd suhu 160 ºC , bila suhu lebih tinggi
mudah tumpul
3. Merendam (Kimiawi)
• Rendam dalam :
- Glutaraldehyde (Cydex)
selama 8 - 10 jam
atau
- Formaldehyde (Formalin)
selama 24 jam
• Bilas dg air steril
DEKONTAMINASI

CUCI & BILAS


Metode terbaik Metode Alternatif

STERILISASI DESINFEKSI TINGKAT TINGGI


Prinsip
Menghilangkan semua mikro-
organisme kecuali Endospora
Praktek
• Merebus
• Mengukus
• Merendam
1. MEREBUS
• Rebus selama 20 menit
Waktu 20 menit utk
ketinggian sp 5500 m
• Waktu merebus dihitung
sejak air mulai mendidih
• Alat² hrs terbenam seluruhnya
dlm air
• Jangan tambah apapun stl air
mulai mendidih
2. MENGUKUS
Kukus selama 20 menit dihitung sejak keluar uap

Tahun 1994

3. MERENDAM
Rendam dlm Larutan Desinfektan selama 20 menit :
• Klorin 0,1%
• Glutaraldehid ( Cydex) 2-4 %
• Formaldehid (Formalin) 8 %
• Hidrogen Peroksida (Perhydrol) 6 %
Bilas dg air mendidih
PENGELOLAAN ALAT² BEKAS PAKAI

Metode terbaik Metode alternatif

Kimiawi Otoklaf Oven Rebus Kukus Rendam


5
PENGELOLAAN
LIMBAH
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KLINIK

PROSES PEMECAHAN MASALAH (VARNEY,1996)


1. PENGUMPULAN DATA SUBYEKTIF DAN OBYEKTIF
2. MENEGAKKAN DIAGNOSE AKTUAL
3. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSE/MASALAH
POTENSIAL
4. MENETAPKAN TINDAKAN
ANTISIPASI,SEGERA,KOLABORASI,RUJUKAN
5. MENYUSUN RENCANA KOMPREHENSIF
6. PELAKSANAAN ASUHAN
7. EVALUASI HASIL TINDAKAN
7 LANGKAH
MEMBUAT KEPUTUSAN KLINIK

1. Pengumpulan data/identifikasi data


2. Interpretasi data mendukung diagnose dan masalah aktual
3. Antisipasi diagnose dan masalah potensial
4. Nilai akan kebutuhan tindakan segera/ kegawatdaruratan, kolaborasi,
konsultasi dan rujukan
5. Menyusun Rencana/intervensi komprehensif
6. Melaksanakan tindakan sesuai rencana secaraefektifdan efisien
7. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi efektivitas tidakan/asuhan
4 LANGKAH (JNPKKR,2002)

1. Pengumpulan data:subyektif,obyektif
2. Diagnose
3. Penatalaksanaan asuhan
1. Membuat rencana
2. Melaksanakan

4. EVALUASI
CARA PENGUMPULAN DATA

ANAMNESE ( wawancara )
Observasi (mengamati prilaku )
Pemeriksaan fisik,lab,USG, Rontgen,NST
Studi dokumentasi

Data fokus intra natal untuk diagnose


GAPAH,
UK,KEDUDUKAN,PRESENTASI,POSISI,INPARTU
KALA…DENGAN….(DIAGNOSE MEDIS )
INTERPRETASI DATA

DIAGNOSE
MASALAH AKTUAL
MASALAH/DIAGNOSE POTENSIAL
TINDAKAN ANTISIPASI
TINDAKAN SEGERA
TINDAKAN KOLABORASI
TINDAKAN RUJUKAN
RENCANA KOMPREHENSIF
DIAGNOSE

PROSES SIRKULER
MOMENT DIAGNOSE
DIAGNOSE KERJA…..DIUJI…
DIAGNOSE AKHIR
RENCANA
PERENCANAAN

BAHAS BERSAMA KLIEN


HASIL PEMERIKSAAN (BUKTI FISIK)
KEINGINAN DAN KEPERCAYAAN
TEMPAT DAN WAKTU PERTOLONGAN
PERLENGKAPAN,BAHAN,OBAT
BIAYA, DONOR,PENDAMPING
PENGALAMAN KLIEN
CARA MENGAKSES RUJUKAN
SISTIM DUKUNGAN KELUARGA
PELAKSANAAN

TEPAT WAKTU
AMAN
EVALUASI

EFEKTIF ?

KAJI ULANG ?
Asuhan Sayang Ibu

Asuhan : Menghargai budaya, kepercayaan, keinginan


Tanya diri : Sperti inikah asuhan yang
ingin saya dapatkan ?
Mengikutsertakan suami / keluarga
Enkin At.al (2000)
Ibu diberi perhatian & dukungan
Ibu mengetahui proses & asuhan
Akan merasa aman & rasa lebih baik
- Vakum, Cunam, SC, berkurang , Partus
lebih cepat
Asuhan Sayang Ibu
 Panggil nama, hargai
 Jelaskan askeb
 Jelaskan proses
 Anjuran bertanya & diskusikan ketakutan
 Dengar (Tanggapi)
 Dukungan – Besarkan hati
 Teman, suami / keluarga
 Ajak suami/ kel : cara – cara asuhan
 Praktek pencegahan infeksi
 Privasi
 Posisi
 Minum cairan & makan ringan
 Bolehkan praktek tradisional
 Hindarkan yang tak perlu
 Peluk bayi segera
 Siapkan rujukan
 Persiapan alat , bahan
 Mengapa tak mau ditolong bidan?
1. Tidak benar – benar memperhatikan
kebutuhan
2. Peraturan & prosedur yang asing &
menakutkan
ASUHAN SAYANG IBU
SAYANG BAYI
 PRINSIP ----Menghargai-
budaya – kepercayaan - keinginan ibu

 SEPERTI INIKAH ASUHAN YANG INGIN


SAYA
DAPATKAN..?…Untuk diri saya
Untuk keluarga saya

 MENGIKUT SERTAKAN SUAMI –


KELUARGA
-Mendapat dukungan,rasa aman,keluaran
lebih baik
PENCATATAN/DOKUMENTASI

TIDAK MENCATAT – DIANGGAP TIDAK


PERNAH MELAKUKAN

CATAT SEMUA DATA,HASIL PERIKSA ,OBAT, DSB…

INGAT TIDAK MENCATA BERARTI ASUHAN TAK DILAKUKAN


PASTIKAN SETIAP PARTOGRAF BAGI SETIAP PASIEN
PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN

 Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan


1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan
asuhan pada formulir yang tersedia (Rekam
medis/KMS/Status pasien/buku KIA)
2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan
masalah kebidanan
6. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh
perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah
dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan
Karakteristik
Standar Asuhan VARNEY DOKUMENTASI
Kebidanan
Pengkajian Identifikasi data S : Subyektif data
O : Obyektif data
Diagnosa Interpretasi data dalam A : Analisa 
diagnose dan masalah Diagnosa/masalah
aktual
Perencanaan Rumusan tindakan P : Penatalaksanaan
antisipasi
Tindakan segera

Perencanaan Komprehensif

Implementasi Intervensi

Evaluasi Evaluasi

Pencatatan Asuhan
Kebidanan
PENCATATAN/REKAM MEDIK

PARTOGRAF
FORMAT DOKUMENTASI (RM)
S
O
A
P
CATATAN DAN OBSERVASI

Inpartu kala I fase aktif


Inisiasi dan lamanya fase aktif kala I persalinan
Perjalanan kemajuan kala I persalinan
Kondisi ibu dan janin
Asuhan dan asupan bagi ibu
Dugaan adanya penyulit persalinan
Diagnosis dan penatalaksanaan persalinan
PARTOGRAF: UNTUK SIAPA?

Semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan, baik persalinan normal maupun
patologis
Persalinan di institusi pelayanan kesehatan, klinik swasta ataupun di rumah
Persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan (siswa, mahasiswa, bidan,
perawat terlatih ataupun dokter)
CATATAN KONDISI IBU

Kala I Fase Laten (halaman 2) dan Kala I Fase Aktif


(grafik-halaman 1)
Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit (termasuk
pemantauan denyut jantung janin setiap 30 menit)
Nadi setiap 30 menit
Dilatasi serviks setiap 4 jam
Penurunan bagian terbawah setiap 4 jam
Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
Produksi urine, atau adanya aseton atau protein dalam
urine setiap 2-4 jam
DATA DALAM PARTOGRAF

Informasi tentang ibu dan riwayat


kehamilan/persalinan
Kondisi janin
Kemajuan persalinan
Jam dan waktu selama/pascapersalinan
Kontraksi uterus
Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Kondisi ibu
Asuhan, tatalaksana dan keputusan klinik
CATATAN TENTANG AIR
KETUBAN

U: selaput ketuban utuh


J : selaput sudah pecah, cairannya jernih
M: selaput pecah, cairan dengan mekonium
D: selaput pecah, cairan dengan darah
K: selaput pecah, cairan tidak ada (kering)
CONTOH PENGISIAN DILATASI
SERVIKS DAN PENURUNAN BAGIAN
TERBAWAH PADA PARTOGRAF
REGULASI

Untuk pemeriksaan dilatasi serviks yang pertama, tanda dilatasi ( )


dicantumkan pada garis waspada
Pergeseran () menentukan persalinan akan berjalan normal (bergeser ke
kiri) atau patologis (bergeser ke kanan) atau dubius (tetap di garis waspada)
Jika pada pemeriksaan pertama, dilatasi serviks adalah 4 cm maka perhatikan
kualitas kontraksi sebelum mencantumkannya di garis waspada
DILATASI SERVIKS 4 CM DAN
INTERPRETASINYA TERKAIT FREKUENSI
DAN LAMA KONTRAKSI

Jika kontraksi < 3 kali dalam 10 menit dan lamanya < 30 detik maka observasi
dalam 1 jam ke depan (2 kotak kecil)
Jika kondisinya masih sama maka hal ini menunjukkan persalinan belum masuk ke fase
aktif

Jika kontraksi > 4 kali dalam 10 menit tetapi lamanya < 40 detik maka
observasi dalam 1 jam ke depan (2 kotak kecil)
Jika hasilnya masih sama maka hal ini menunjukkan adanya inersia uteri hipotonik
Partograf WHO yang
sudah dimodifikasi (tidak
ada fase laten pada
grafik)
DATA SELAPUT
KETUBAN
Semua data yang ada di bagian atas partograf adalah data epidemiologik di luar
klinik atau kamar bersalin

Data di bagian bawah segmen tersebut adalah data di klinik atau kamar
bersalin

Data tentang ketuban pecah di segmen atas adalah waktu pecah ketuban
sebelum masuk di klinik/kamar bersalin

Data tentang ketuban pecah pada lajur dibawah lajur DJJ adalah waktu dan
kondisi pecah ketuban di klinik/kamar bersalin
GARIS WASPADA, GARIS BERTINDAK, DAN
LAJUR PEMBERIAN OKSITOSIN

Jika grafik dilatasi melewati garis waspada maka penolong harus mewaspadai
bahwa persalinan yang sedang berlangsung telah memasuki kondisi patologis

Jika grafik dilatasi melewati garis bertindak maka persalinan membutuhkan


intervensi aktif dan harus diselesaikan

Partograf menyediakan lajur pemberian oksitosin untuk persalinan patologis


tetapi intervensi ini hanya dilakukan di fasilitas yang memiliki sumberdaya dan
sarana yang lengkap dan petugas memiliki kewenangan untuk melakukan
prosedur tersebut
FREKUENSI DAN LAMA
KONTRAKSI
5 Dalam waktu 30 menit pertama terjadi dua
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
kurang dari
4 20 detik

3
Dalam waktu 30 menit kelima terjadi tiga
kontraksi dalam waktu 10 menit dan
2 lamanya menjadi
20–40 detik
1
Dalam waktu 30 menit ketujuh terjadi lima
0 1 2 3 kontraksi dalam 10 menit dan lamanya
lebih dari
40 detik
Contoh partograf

pada persalinan
normal
 Partograf yang
memperlihatkan inersia
uteri hipotonik yang
dikoreksi
(augmentation) dengan
pemberian oksitosin
Partograf yang
memperlihatkan fase
aktif persalinan yang
memanjang (melewati
garis bertindak)
Partograf yang
memperlihatkan
persalinan macet atau
tidak maju
CONTOH PARTOGRAF HALAMAN 2
CATATAN PERSALINAN
1 . Tanggal: …………………………………………….…..
18. Distosia bahu
2.Nama bidan: ……………………………………………
 Ya, tindakan yang dilakukan: ..………………………………………
3.Tempat persalinan:  Rumah Ibu  Puskesmas ……………………………………………………………………..……
 Polindes  Rumah Sakit
 Tidak
18. Masalah lain, penatalaksanaan masalah tsb dan hasilnya
 Klinik Swasta  Lainnya:……………… .…………………………..……………………….................................…
4.Alamat tempat persalinan: …..……………………… KALA III
19. Inisiasi Menyusu Dini
5. Catatan:  rujuk, kala: I / II / III / IV
 Ya
7.Alasan merujuk: ……….…………….……………..…  Tidak, alasannya .............................................................................
8. Tempat rujukan: ..……….………………………..…… 20. Lama kala III: ……….…….……………..… menit
8. Pendamping pada saat merujuk:
21. Pemberian Oksitosin 10 U im?
 Ya, waktu: …………menit sesudah persalinan
 bidan  teman  suami  dukun  keluarga  tidak ada
 Tidak, alasan………………..…………………..........................….
9. Masalah dalam kehamilan/persalinan ini: Penjepitan tali pusat ............ menit setelah bayi lahir
 Gawatdarurat  Perdarahan  HDK  Infeksi  PMTCT 22. Pemberian ulang Oksitosin (2x)?
 Ya, alasan……………..…..….……………….….
KALA I
 Tidak
10.Masalah pada fase laten : .............................................................. 23. Penegangan tali pusat terkendali?
11. Grafik dilatasi melewati garis waspada: …………………………………………………...  Ya
 Tidak, alasan……………..…………….…………
12. Masalah pada fase aktif, sebutkan .........………..………..………………………………
13. Hasilnya: ………………..……………………………. ……………………..
KALA II
14. Episiotomi:
 Ya, indikasi ……………………………………………
 Tidak
15. Pendamping pada saat persalinan:
 suami  teman  tidak ada
 keluarga  dukun
16. Gawat janin:
 Ya, tindakan yang dilakukan:
a ………………………………………………
1. Rujukan Dini Berencana
2. Rujukan Tepat Waktu
3. Ke fasilitas yang lebih lengkap
B- bidan
A- alat
K- keluarga
S- surat rujukan
O- obat
K- kendaraan
U- uang
Da – darah
 Nadi cepat, lemah (110 x/mnt atau lebih)
 Tekanan darah turun (< 90 mmHg)
 Pucat
 Berkeringat dingin
 Nafas cepat
 Bingung
 Produksi urine sedikit
 Perubahan nadi (> 100 x/mnt)
 Urine pekat
 Produksi urine sedikit
 Nadi cepat
 Suhu tubuh > 38 C
 Menggigil
 Air ketuban berbau
 TD diastolik 90-110 mmHg
 Proteinuria > +2
 Kejang
 Nyeri kepala
 Gangguan penglihatan
 Kontraksi < 3 kali dalam 10 menit
 Lama kontraksi < 40 detik
 DJJ < 120 x/mnt
 DJJ > 160 x/mnt
 Kepala janin tidak Turun
 Cairan ketuban bercampur mekonium
 Teraba tali pusat atau bagian kecil janin
 Kehamilan kembar tan terdeteksi
 BAKSOKUDA
Rujukan terbaik adalah rujukan optimal
dan tepat waktu dimana kondisi ibu dan
bayi masih baik
Rujukan gawatdarurat apabila terdapat
kondisi yang mengancam keselamatan ibu
dan bayi
Sekitar 10-15% kasus persalinan
mengalami masalah sehingga memerlukan
upaya rujukan
 Rujukan terbaik adalah rujukan
optimal dan tepat waktu dimana
kondisi ibu dan bayi masih baik
 Rujukan gawatdarurat apabila
terdapat kondisi yang mengancam
keselamatan ibu dan bayi
 Sekitar 10-15% kasus persalinan
mengalami masalah sehingga
memerlukan upaya rujukan
 3 T (TIGA TERLAMBAT)
- TERLAMBAT MENGAMBIL KEPUTUSAN
- TERLAMBAT DALAM PERJALANAN
RUJUKAN
- TERLAMBAT MENDAPATKAN
PERTOLONGAN DI TEMPAT RUJUKAN
ANY QUESTION
GUYS??

Anda mungkin juga menyukai