Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KDK II)

Dosen Pengampu: Sri Handayani, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:

Alifia Nur Fabillah M . P. (2019060001)


Feby Wulandari (2019060005)
Ida Yuniarti (2019060008)
Nur Amalina Salsabila (2019060013)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. PENGERTIAN
Konstipasi adalah kesulitan atau kelambatan pasase feses yang
menyangkut konsistensi tinja dan frekuensi berhajat. Konstipasi dikatakan
akut jika lamanya 1 sampai 4 minggu, sedangkan dikatakan kronik jika
lamanya lebih dari 1 bulan (Mansjoer, 2000).
Konstipasi adalah kesulitan atau jarang defekasi yang mungkin karena
feses keras atau kering sehingga terjadi kebiasaaan defekasi yang tidak
teratur, faktor psikogenik, kurang aktifitas, asupan cairan yang tidak adekuat
dan abnormalitas usus. (Paath, E.F. 2004).
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi adalah
penurunan frekunsi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama
atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu
tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat,
masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar
kandungan air dalam feses diabsorpsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk
melunakkan dan melumasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras
dapat menimbulkan nyeri pada rektum. (Potter & Perry, 2005).  

B. ETIOLOGI
Penyebab umum konstipasi yang dikutip dari Potter dan Perry, 2005 adalah
sebagai berikut:
1. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan untuk
defekasi dapat menyebabkan konstipasi.
2. Klien yang mengonsumsi diet rendah serat dalam bentuk hewani
(misalnya daging, produk-produk susu, telur) dan karbohidrat murni
(makanan penutup yang berat) sering mengalami masalah konstipasi,
karena bergerak lebih lambat didalam saluran cerna. Asupan cairan yang
rendah juga memperlambat peristaltik.
3. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga yang teratur
menyebabkan konstipasi.
4. Pemakaian laksatif yag berat menyebabkan hilangnya reflex defekasi
normal. Selain itu, kolon bagian bawah yang dikosongkan dengan
sempurna, memerlukan waktu untuk diisi kembali oleh masa feses.
5. Obat penenang, opiat, antikolinergik, zat besi (zat besi mempunyai efek
menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk
menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan
dapat menyebabkan diare pada sebagian orang), diuretik, antasid dalam
kalsium atau aluminium, dan obat-obatan antiparkinson dapat
menyebabkan konstipasi.
6. Lansia mengalami perlambatan peristaltic, kehilangan elastisitas otot
abdomen, dan penurunan sekresi mukosa usus. Lansia sering
mengonsumsi makanan rendah serat.
7. Konstipasi juga dapat disebabkan oleh kelainan saluran GI
(gastrointestinal), seperti obstruksi usus, ileus paralitik, dan divertikulitus.
8. Kondisi neurologis yang menghambat implus saraf ke kolon (misalnya
cedera pada medula spinalis, tumor) dapat menyebabkan konstipasi.
9. Penyakit-penyakit organik, seperti hipotirodisme, hipokalsemia, atau
hypokalemia dapat menyebabkan konstipasi.
Ada juga penyebab yang lain dari sumber lain, yaitu:
10. Peningkatan stres psikologi. Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan
konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari
epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus
spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon ). Yang
berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada abdominal,
meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara diare
dan konstipasi.
11. Umur. Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi
pada orang tua turut berperan menyebabkan konstipasi.

C. PATOFISIOLOGI
Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis
yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral
dan perifer, koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang baik dan
kemampuan fisis untuk mencapai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan
pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya mekanisme yang
terlibat pada proses BAB normal (Dorongan untuk defekasi secara normal
dirangsang oleh distensi rektal melalui empat tahap kerja, antara lain:
rangsangan refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal,
relaksasi otot sfingter external dan otot dalam region pelvik, dan peningkatan
tekanan intra-abdomen). Gangguan dari salah satu mekanisme ini dapat
berakibat konstipasi. Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar
yang menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk dan
meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari sfingter anus interna.
Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks
kontraksi dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang
depersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk
BAB dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga
rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut.
kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot
elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam
proses BAB.
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multipel,
mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih. Walaupun konstipasi
merupakan keluhan yang banyak pada usia lanjut, motilitas kolon tidak
terpengaruh oleh bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak
mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran cerna. Perubahan
patofisiologi yang menyebabkan konstipasi bukanlah karena bertambahnya
usia tapi memang khusus terjadi pada mereka dengan konstipasi.
Penelitian dengan petanda radioopak yang ditelan oleh orang usia
lanjut yang sehat tidak mendapatkan adanya perubahan dari total waktu
gerakan usus, termasuk aktivitas motorik dari kolon. Tentang waktu
pergerakan usus dengan mengikuti petanda radioopak yang ditelan,
normalnya kurang dari 3 hari sudah dikeluarkan. Sebaliknya, penelitian pada
orang usia lanjut yang menderita konstipasi menunjukkan perpanjangan
waktu gerakan usus dari 4-9 hari. Pada mereka yang dirawat atau terbaring di
tempat tidur, dapat lebih panjang lagi sampai 14 hari. Petanda radioaktif yang
dipakai terutama lambat jalannya pada kolon sebelah kiri dan paling lambat
saat pengeluaran dari kolon sigmoid. Pemeriksaan elektrofisiologis untuk
mengukur aktivitas motorik dari kolon pasien dengan konstipasi
menunjukkan berkurangnya respons motorik dari sigmoid akibat
berkurangnya inervasi intrinsic karena degenerasi plexus mienterikus.
Ditemukan juga berkurangnya rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang
dapat menyebabkan memanjangnya waktu gerakan usus.
Individu di atas usia 60 tahun juga terbukti mempunyai kadar plasma
beta-endorfin yang meningkat, disertai peningkatan ikatan pada reseptor
opiate endogen di usus. Hal ini dibuktikan dengan efek konstipatif dari
sediaan opiate yang dapat menyebabkan relaksasi tonus kolon, motilitas
berkurang, dan menghambat refleks gaster-kolon.
Selain itu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan
kekuatan otot-otot polos berkaitan dengan usia, khususnya pada perempuan.
Pasien dengan konstipasi mempunyai kesulitan lebih besar untuk
mengeluarkan feses yang kecil dan keras sehingga upaya mengejan lebih
keras dan lebih lama. Hal ini dapat berakibat penekanan pada saraf pudendus
sehingga menimbulkan kelemahan lebih lanjut.
D. PATHWAY

Diet rendah serat Menahan BAB Kurang


dan kurang asupan aktivitas
cairan Rektum
meregang Berpengaruh pada
Absorbsi cairan dan
otot abdomen
elektrolit
kolon sigmoid yang
akan menampung Kontraksi otot
bolus tinja berkurang

Memperpanjang waktu dan Gerakan


transit dikolon karena peristaltik
absorbsi terus berlangsung menurun

6.
Feses mengeras
Tekanan intra abdomen
Gangguan
defekasi Membrane mukorektal dan muskulatur tidak peka
terhadap rangsangan fekal
Relaksasi sfingter interna dan eksterna
Diperlukan rangsangan yang lebih
Kelemahan
kuat untuk mendorong feses

Terjadi spasme dan nyeri kolik pada abdomen bawah Nyeri akut

Kolon kehilangan tonus

Tidak responsif terhadap rangsangan normal Konstipasi

Mendorong feses Mempengaruhi Terapi pijat dengan


keluar otot perut dan usus teknik effleurage

Gambar 1.1 Pathway Konstipasi (Juffrie, 2009 & Loka et al., 2014 &
Madanijah, 2014)
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut Akmal, dkk (2010), ada beberapa tanda dan gejala yang umum
ditemukan pada sebagian besar atau terkadang beberapa penderita sembelit
sebagai berikut:

1. Perut terasa begah, penuh dan kaku;


2. Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, lesu, cepat lelah sehingga malas
mengerjakan sesuatu bahkan terkadang sering mengantuk;
3. Sering berdebar-debar sehingga memicu untuk cepat emosi,
mengakibatkan stress, rentan sakit kepala bahkan demam;
4. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri,
tidak bersemangat, tubuh terasa terbebani, memicu penurunan kualitas,
dan produktivitas kerja;
5. Feses lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, dan lebih sedikit
daripada biasanya;
6. Feses sulit dikeluarkan atau dibuang ketika air besar, pada saat
bersamaan tubuh berkeringat dingin, dan terkadang harus mengejan
atupun menekannekan perut terlebih dahulu supaya dapat
mengeluarkan dan membuang feses ( bahkan sampai mengalami
ambeien/wasir );
7. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan bagai terganjal
sesuatu disertai rasa sakit akibat bergesekan dengan feses yang kering
dan keras atau karena mengalami wasir sehingga pada saat duduk tersa
tidak nyaman;
8. Lebih sering bung angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya;
9. Usus kurang elastis ( biasanya karena mengalami kehamilan atau usia
lanjut), ada bunyi saat air diserap usus, terasa seperti ada yang
mengganjal, dan gerakannya lebih lambat daripada biasanya;
10. Terjadi penurunan frekuensi buang air besar;
Adapun untuk sembelit kronis ( obstipasi ), gejalanya tidak terlalu berbeda
hanya sedikit lebih parah, diantaranya:

1. Perut terlihat seperti sedang hamil dan terasa sangat mulas;


2. Feses sangat keras dan berbentuk bulat-bulat kecil;
3. Frekuensi buang air besar dapat mencapai berminggu-minggu;
4. Tubuh sering terasa panas, lemas, dan berat;
5. Sering kurang percaya diri dan terkadang ingin menyendiri;
6. Tetap merasa lapar, tetapi ketika makan akan lebih cepat kenyang
(apalagi ketika hamil perut akan tersa mulas ) karena ruang dalam
perut berkurang dan mengalami mual bahkan muntah.

F. PENATALAKSANAAN
Banyaknya macam-macam obat yang dipasarkan untuk mengatasi
konstipasi, merangsang upaya untuk memberikan pengobatan secara
simptomatik. Sedangkan bila mungkin, pengobatan harus ditujukan pada
penyebab dari konstipasi. Penggunaan obat pencahar jangka panjang
terutama yang bersifat merangsang peristaltik usus, harus dibatasi. Strategi
pengobatan dibagi menjadi:
1. Pengobatan non-farmakologis
a. Latihan usus besar:
Melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku
yang disarankan pada penderita konstipasi yang tidak jelas
penyebabnya. Penderita dianjurkan mengadakan waktu secara
teratur setiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya.
dianjurkan waktu ini adalah 5-10 menit setelah makan, sehingga
dapat memanfaatkan reflex gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan
kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap
tanda-tanda dan rangsang untuk BAB, dan tidak menahan atau
menunda dorongan untuk BAB ini.
b. Diet:
Peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama
pada golongan usia lanjut. Data epidemiologis menunjukkan
bahwa diet yang mengandung banyak serat mengurangi angka
kejadian konstipasi dan macam-macam penyakit gastrointestinal l
ainnya, misalnya divertikel dan kanker kolorektal. Serat
meningkatkan massa dan berat feses serta mempersingkat waktu
transit di usus. untuk mendukung manfaa serat ini, diharpkan
cukup asupan cairan sekitar 6-8 gelas sehari, bila tidak ada
kontraindikasi untuk asupan cairan.
c. Olahraga:
Cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga membantu
mengatasi konstipasi jalan kaki atau lari-lari kecil yang dilakukan
sesuai dengan umur dan kemampuan pasien, akan menggiatkan
sirkulasi dan perut untuk memeperkuat otot-otot dinding perut,
terutama pada penderita dengan atoni pada otot perut.
2. Pengobatan farmakologis
Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi
farmakologis, dan biasnya dipakai obat-obatan golongan pencahar.
Ada 4 tipe golongan obat pencahar :
a. Memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal,
Methyl selulose, Psilium.
b. Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan
menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah
penyerapan air. Contohnya : minyak kastor, golongan dochusate.
c. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk
digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara
lain : sorbitol, laktulose, gliserin
d.  Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus
besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan
bahwa pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka panjang,
dapat merusak pleksusmesenterikus dan berakibat dismotilitas
kolon. Contohnya : Bisakodil, Fenolptalein.
Bila dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi
dengan cara-cara tersebut di atas, mungkin dibutuhkan tindakan
pembedahan. Misalnya kolektomi sub total dengan anastomosis
ileorektal. Prosedur ini dikerjakan pada konstipasi berat dengan masa
transit yang lambat dan tidak diketahui penyebabnya serta tidak ada
respons dengan  pengobatan yang diberikan. Pasa umumnya, bila tidak
dijumpai sumbatan karena massa atau adanya volvulus, tidak
dilakukan tindakan pembedahan.
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ELIMINASI

A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 1 Mei 2020

Ruang : Mawar

No. Registrasi : 1243

1. BIODATA :
a. Identitas pasien :
Nama : Tn. M

Umur : 20 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku / bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan :-

Alamat : Jl. Siamang No. 12

Tanggal pengkajian : 1 Mei 2020

Jam pengkajian : 13.00

b. Identitas penanggung jawab :


Nama : Ny. S
Umur : 42 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku / bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat : Jl. Siamang No. 12

Hubungan dengan pasien : Ibu

2. KELUHAN UTAMA : Tidak bisa BAB selama


2 minggu

3. RIWAYAT KEPERAWATAN :
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pasien datang ke RS Labuang Baji pada tanggal 1 Mei 2020 pukul
11.00 dengan keluhan tidak BAB selama 2 minggu. Pasien juga
merasakan pusing dan mual.
b. Riwayat keperawatan masa lalu
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat di RS
c. Riwayat keperawatan keluarga
Ayah pasien memiliki riwayat hipertensi

4. POLA-POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


MODEL KONSEPTUAL SESUAI KASUS ( CONTOH : MODEL
KONSEPTUAL GORDON
A. Pola Manajemen Kesehatan-
Persepsi Kesehatan
1) Tingkat pengetahuan kesehatan: Pasien mengatakan ia mengetahui
tentang penyakit yang dideritanya.
2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan: Pasien mengatakan
saat ia merasakan susah BAB, ia meminum obat pencahar yang
dibelinya dari warung.
B. Pola Istirahat Tidur
1) Sebelum sakit: Pasien mengatakan kebutuhan tidurnya tidak
terganggu. Tidur ±7-8 jam sehari mulai pukul 21.00-05.00. Pasien
dapat tidur dengan nyenyak.
2) Selama sakit: Pasien mengatakan selama sakit kebutuhan tidurnya
tidak terlalu terganggu, hanya saja terbangun lebih awal karena rasa
tidak nyaman di perutnya.
C. Pola Nutrisi Metabolik
1) Sebelum sakit: Pasien mengatakan sebelum sakit, makan dan
minumnya tidak mengalami masalah. Pasien makan 3x/hari, pasien
sering makan makanan cepat saji yang kurang berserat. Pasien
mengatakan tidak terlalu suka minum air, ia hanya minum ±3-4
gelas/hari.
2) Selama sakit: Pasien mengatakan nafsu makannya tidak terlalu
berubah, makan 3x/hari. Hanya saja porsinya lebih sedikit karena
merasa tidak enak pada perutnya. Pasien masih jarang minum air.
D. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit: Pasien mengatakan sebelum sakit BABnya teratur
1x/hari, dengan karakteristik feses tidak keras dan tidak cair. Pasien
biasanya BAK 4-5x/hari.
2) Selama sakit: Pasien mengatakan selama sakit sudah 2 minggu
tidak dapat BAB, tetapi sering merasakan mulas. BAKnya hanya
sedikit, urin yang dihasilkan hanya sekitar 300cc/hari.
E. Pola Kognitif Perseptual
1) Sebelum sakit: Pasien mengatakan dapat berkomunikasi serta
merespon dan berorientasi dengan baik kepada orang-orang sekitar.
2) Selama sakit: Pasien mengatakan selama sakit ia masih dapat
berkomunikasi dan merespon dengan baik. Akan tetapi selama sakit
pasien jarang bicara, bicara hanya seperlunya saja.
F. Pola Konsep Diri
1) Gambaran diri: Pasien mengatakan pasien tidak pernah mengeluh
tentang kondisi tubuhnya.
2) Identitas diri: Pasien mengatakan pasien masih dapat mengenali
dirinya sendiri.
3) Peran diri: Pasien mengatakan pasien berperan sebagai anak dan
mahasiswa
4) Ideal diri: Pasien mengatakan saat ini ia berharap ingin cepat
sembuh.
5) Harga diri: Pasien mengatakan di rumah ia sangat dihargai oleh
keluarganya
G. Pola Toleransi Stress Kopping
1) Sebelum sakit: Pasien selalu menceritakan masalahnya dengan istri
teman atau keluarganya
2) Selama sakit: Pasien selalu bercerita kepada orangtuanya apabila
merasa sakit atau tidak nyaman.
H. Pola Reproduksi-Seksualitas
Pasien berjenis kelamin laki-laki, belum menikah, berstatus
mahasiswa
I. Pola Hubungan Peran
1) Sebelum sakit: Pasien mengatakan hubungannya dengan
keluarganya sangat baik dan tidak ada masalah.
2) Selama sakit: Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarganya
tetap baik dan tidak ada masalah
J. Pola Nilai dan Keyakinan
1) Sebelum sakit: Pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu
2) Selama Sakit: Pasien mengatakan selama sakit banyak beristighfar
dan banyak berdoa memohon kesembuhan dari Allah
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : muka sedikit pucat,
wajah lesu, badan terlihat lemas, ekspresi pasien seperti menahan rasa
tidak nyaman,
b. Tingkat kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital :
Suhu : 38ºC nadi : 90x/menit

Pernafasan: 23x/menit TD: 130/95mmHg

d. Kepala : simetris, ukuran normal,


rambut kusam dan rontok, wajah simetris dan tidak ada edema
e. Mata : bulu mata dan alis tidak
rontok, konjungtiva anemis
f. Hidung : tidak terdapat polip, bentuk
simetris
g. Telinga : bentuk simetris, sedikit
kotor, membrane timpani normal
h. Mulut : bibir kering, tidak ada
tonsil, gigi lengkap, gusi berwarna pucat, lidah kotor
i. Leher : tidak ada pembengkakan
j. Dada : Tidak nampak retraksi dada,
bentuk dada simetris, pola nafas normal, vocal fremitus normal, tidak
ada nyeri tekan, suara paru sonor dan vesikuler, tidak terdengar
wheezing dan ronkhi. RR=23x/menit
k. Abdomen: Inspeksi  : pembesaran
abdomen, Palpasi : perut terasa keras, ada impaksi feses, Perkusi :
timpani, Auskultasi  : bising usus tidak terdengar
l. Ekstremitas : Pergerakakn sendi
normal, tidak ada edema, tidak ada nyeri gerak, tidak menggunakan
alat bantu, tidak ada fraktur.
m. Genitourinaria : karakteristik urine
keruh, tidak ada darah, tidak ada benjolana
n. Kulit : warna sawo matang,
turgor kulit kurang baik, tidak ada lesi, tidak ada memar.

6. DATA PSIKOLOGIS
a. Status emosi: pasien dapat menahan
emosinya dengan baik
b. Gaya bicara / komunikasi: pasien
berkomunikasi secara normal, cenderung jarang bicara
c. Interaksi social: ekspresi dan tingkahnya
seperti tidak nyaman dengan kondisi kesehatannya
d. Orientasi: berorientasi normal

7. DATA SPIRITUAL : pasien dapat


beribadah dengan baik, pengetahuan agama cukup baik

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Gol darah :B

9. PROGRAM TERAPI
Nama obat Dosis Fungsi
Glycerol supositoria 1x3gram Melunakkan tinja
Dulcolax oral 1x10gr Menstimulasi kerja usus

DATA FOKUS
No Reg : 1243 Nama / Umur : Tn.M/20thn Ruang :
Mawar
Hari, Tanggal Data Subyektif dan Obyektif Ttd/nama
Jumat, 1 Mei 2020 DS: pasien mengeluhkan tidak bisa BAB selama 2
minggu. Pasien juga merasakan pusing.
DO: nadi : 90x/menit
Pernafasan: 23x/menit TD: 130/95mmHg
DS: Pasien selama sakit jarang bicara, ia
hanya bicara seperlunya saja. Pasien juga
merasa sedikit mual
DO: ekspresi dan tingkahnya seperti tidak
nyaman dengan kondisi kesehatannya

ANALISA DATA
No Reg: Nama / Umur : Tn.M/20thn Ruang :
No Ttd,
Tanggal Data Problem Etiologi
Dx Nama
1 1/5/2020 DS: Sudah 2 minggu pasien Konstipasi Kurangnya
tidak dapat BAB, pasien merasa berhubungan asupan serat
pusing. dengan asupan
nutrisi yang
DO: nadi : 90x/menit kurang

Pernafasan: 23x/menit
TD: 130/95mmHg
2 1/5/2020 DS: Pasien selama sakit Hambatan rasa Efek tidak bisa
nyaman BAB
jarang bicara, ia hanya
berhubungan
bicara seperlunya saja.
dengan gejala
Pasien juga merasa sedikit terkait penyakit
mual
DO: ekspresi dan tingkahnya
seperti tidak nyaman dengan
kondisi kesehatannya

DAFTAR MASALAH
No Reg : Nama, Umur Ruang :
Tanggal Masalah Keperawatan Tanggal
No Dx Ttd/nama
Ditemukan Teratasi
1 1/5/2020 Konstipasi berhubungan dengan
asupan nutrisi yang kurang
2 1/5/2020 Hambatan rasa nyaman berhubungan
dengan gejala terkait penyakit

PERENCANAAN

No. Dx Tujuan (NOC) NIC Ttd,nama


1 1. Status nutrisi: Asupan 1. Manajemen nutrisi
nutrisi Aktivitas:
Klien mampu menunjukan o Monitor asupan
tingkat asupan nutrisi yang makanan pasien
adekuat pada tanggal 3 Mei o Tentukan jenis nutrisi
2020. yang dibutuhkan
Kriteria hasil: pasien
 Asupan serat (5) o Bersama dengan ahli
 Asupan mineral (5) gizi mengatur pola
diet pasien yang
2. Kontinensia usus mengandung serat
Klien mampu menunjukan tinggi untuk
tingkat kontinensia usus mencegah konstipasi
yang baik pada tanggal 3 o Anjurkan keluarga
Mei 2020. untuk membawa
Kriteria hasil: makanan kesukaan
 Mengeluarkan feses pasien
minimal 1x sehari (5)
 Minum cairan yang 2. Manajemen
adekuat (5) konstipasi
 Mengonsumsi serat Aktifitas:
dengan jumlah adekuat o Monitor tanda dan
(5) gejala konstipasi
 Konstipasi (4) o Konsultasikan dengan
dokter mengenai
pemberian obat
konstipasi
o Dukung peningkatan
asupan cairan
o Instruksikan pasien
untuk melakukan diet
tinggi serat
2 1. Status kenyamanan: 1. Manajemen
fisik lingkungan:
Klien mampu menunjukan kenyamanan
status kenyamanan yang Aktivitas:
baik pada tanggal 3 Mei o Posisikan pasien
2020. untuk memfasilitasi
Kriteria hasil: kenyamanan
 Sakit kepala (5) o Cepat bertindak
 Mual (5) apabila ada panggilan
 Konstipasi (5) bel

CATATAN KEPERAWATAN

No Reg: 1243 Nama, Umur :Tn. M, Ruang : Mawar


20 th
Hari, Tgl No Dx Tindakan Ttd, nama
Jam Keperawatan dan
Respon
Jumat, 1 1 Tanyakan pasien
Mei 2020 perihal makanan yang
/14.00 seriing dimakan
sebelum sakit dan
makanan kesukaan
DS: pasien
mengatakan seriing
makan makanan
cepata saji belakangan
ini. Pasien suka
makan daging dan
buah-buahan yang
lunak
1 Menganjurkan
keluarga pasien untuk
membawakan
makanan kesukaan
pasien terutama yang
mengandung banyak
serat dan berair
DS: keluarga pasien
mengatakan “iya”
17.00 1 Memberikan makan
malam yang bergizi
dan berserat tinggi
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien
DS:Pasien
mengatakan masih
sedikit mual
DO: Pasien
menghabiskan
makanannya
1 Mengkoordinasikan
keluarga pasien agar
mencukupi kebutuhan
asupan cairan pasien
dengan mengontrol
frekuensi minum
pasien
DO: Keluarga pasien
paham dengan
instruksi yang
diberikan
20.30 1 Memberikan obat
gliserol supositoria
3gr sebelum pasien
tidur
DS: Pasien
mengucapkan
“terimakasih”
21.00 2 Memberikan posisi
tidur yang nyaman
kepada pasien agar
perutnya tidak
tertekan
DS: Pasien
mengatakan posisinya
nyaman
DO: Pasien terlihat
nyaman dengan posisi
tidurnys
Sabtu, 2 1 Menanyakan
Mei 2020 bagaimana kondisi
/07.00 dan perasaan pasien
DS: Pasien merasa
perutnya masih sedikit
tidak nyaman
DO: Perut pasien
masih terasa keras
07.30 1 Memberikan makan
pagi yang sesuai
kebutuhan nutrisi
pasien
DO: Pasien makan
dengan baik dan habis
09.00 2 Membantu pasien
dalam usahanya BAB
DS:Pasien
mengatakan ia merasa
mulas
1 Menyarankan
keluarga pasien untuk
memberikan makanan
kesukaan pasien yang
kaya serat dan cairan
DS: Keluarga pasaien
menyanggupinya
12.00 1 Memberikan makan
siang pasien untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisinya
DS: Pasien
mengatakan perutnya
sedikit lega setelah
bisa BAB walaupun
sedikit
DO: Pasien makan
dengan baik dan
menghabiskan
makanannya
16.00 1&2 Menanyakan kondisi
dan perasaan pasien
DS: Pasien masih
belum merasakan
mulas lagi
DO: Kondisi pasien
mulali membaik,
muka tidak terlihat
lemas dan pucat
seperti sebelumnya
17.30 1 Memberikan makan
malam pasien yang
kaya serat dan nutrisi
DO: Pasien
menghabiskan
makanannya
21.00 1 Memberikan obat
dulcolax oral
sebanyak 10gr
DO: Pasien meminum
obat dengan baik
Minggu, 3 1&2 Menanyakan status
Mei 2020 dan kondisi pasien
/07.00 DS:Pasien
mengatakan sudah
bisa BAB tadi pagi,
fesesnya lumayan
banyak dan teksturnya
tidak keras dan tidak
kering
DO: Pasien terlihat
senang, perut pasien
tidak terasa keras dan
bunyi bisisng usus
mulai normal
PROGRESS NOTE
No Reg : 1243 Nama / Umur : Tn. M / 20 tahun Ruang : Mawar
Kamar : G Dokter : Dx. Medis :
Konstipasi
No Ttd
Catatan Perkembangan
Dx Nama

1. 02-05-2020 02-05-2020 03-05-2020


Indikator
p S M S p s m S p s m S

1.Konstipasi - - - 1 - + + 2 + + + 5
2.Asupan serat - - - 1 - - + 4 + + + 5
3.Asupan mineral - - - 1 - + + 4 + + + 5
4.Mengeluarkan feses - - - 1 - - - 4 + + + 5
minimal 1x sehari
5.Minum cairan yang - - - 1 - + + 4 + + + 5
adekuat
6. Mual - + + 4 - + + 4 + + + 5
7.Muntah - - - 4 + + + 5 + + + 5
EVALUASI

No Reg : 1243 Nama / Umur : Tn. M / 20 th Ruang : Mawar


Kamar : G Dokter : Dx. Medis : Konstipasi
Hari, Tanggal, No Ttd
Tindakan Keperawatan dan Respon
Jam Dx Nama
Jum’at, 1 Mei 1 S: Klien mengatakan :
2020 - Klien sudah tidak mengeluh mual
- Klien sudah tidak mengeluh muntah

O: Jumlah
Indikator
Score
1. Mual 4
2. Muntah 4

A: Klien sudah mampu menunjukkan keseimbangan


cairan dalam tubuh

P: Lanjutkan sampai sesuai target


Sabtu, 02 Mei 2 S: Klien mengatakan :
2020 - Sudah mau memenuhi asupan mineral dan
serat
Jumlah
Indikator
Score
O:
1. Asupan mineral 4
2. Asupan serat 4

Klien sudah mampu menunjukkan keseimbangan


A:
nutrisi dalam tubuh .
P:
Lanjutkan intervensi
Minggu, 3 S: Klien mengatakan :
3-05-2020 - Sudah mempu mengeluarkan feses 1x
sehari

O: Jumlah
No Indikator

A: Klien mampu mengeluarkam feses 1x sehari

P: Tidak dilanjutkan

DAFTAR PUSTAKA
Hadi S,.2001.Psikosomatik pada Saluran Cerna Bagian Bawah, Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi ke-3, Gaya baru, Jakarta.
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 2. Jakarta
:EGC
Akmal, Mutaroh, dkk,. 2010. Ensiklopedi Kesehatan untuk Umum,.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai