Anda di halaman 1dari 16

Pelayanan kontrasepsi dan

Sistem Rujukan
Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas

Dosen Pengampuh Mata Kuliah :


Rizka Angrainy, SKM, M.Kes

By :
Irene Septy Lukeria Debataraja
1814250013
A. Sistem Rujukan
Rujukan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara
timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal
(komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal
(komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke
fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan
tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.

Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang


dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan
yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari
dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang
dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan
kesehatan atau fasilitas kesehatan lain secara horizontal
maupun vertical.
Tujuan Sistem Rujukan

Menurut Mochtar, 1998 Rujukan mempunyai berbagai macam


tujuan antara lain :
1.  Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan
sebaik-baiknya
2.   Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau
bahan
laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih
lengkap
fasilitasnya
3.  Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of
knowledge &
skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan
dan daerah perifer
Jenis Rujukan

>> Rujukan Medik


rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif). Dapat juga mencakup rujukan
spesimen (bahan lab)
agar dilakukan pemeriksaan dengan lengkap
Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit
kronis (jantung
koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit
>>umum
Rujukan Kesehatan
daerah
berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan
(promotif) dan
pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik
konsultasi gizi (pojok
gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja
ke klinik sanitasi
puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
Tingkatan Rujukan
a.      Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat sehat
untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena
jumlah kelompok ini
didalam suatu populasi sangat besar (kurang lebih 85%), pelayanan yang
diperlukan oleh kelompok ini
bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services). Bentuk pelayanan ini
di Indonesia adalah
puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan balkesmas.

b.      Pelayanan Kesehatan tingkat kedua (secondary health services)


Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan inap,
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer. Bentuk
pelayanan ini misalnya
Rumah Sakit tipe C dan D dan memerlukan tersedianya tenaga spesialis

c.      Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)


Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang
sudah tidak dapat
ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah komplek, dan
memerlukan tenaga-
tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia: RS tipe A dan B.
Jalur Rujukan
1.  Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin / bidan desa
c. Puskesmas / puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit pemerintah / swasta
2.  Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin / bidan desa
c. Puskesmas / puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit pemerintah / swasta
3.  Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah
sakit swasta
4.  Dari Pondok bersalin / Bidan Desa
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah
sakit swasta
B. Pelayanan
Kontrasepsi
Menurut WHO (Expert Committe, 1970)
KB merupakan suatu tindakan yang
membantu individu/ pasutri untuk
mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga
Tujuan Program KB
Tujuan adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Efektivitas Kontrasepsi

Menurut Wiknjosastro (2002), ada 2 cara penilaian efektivitas


atau daya guna kontrasepsi yaitu:
>> Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu
kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan,
apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti
aturan yang benar.

>>Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan


kontrasepsi dalam
keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh
faktor-faktor
seperti pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan
aturan pemakaian
dan sebagainya.
Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi

Menurut Pinem (2009). ada 3 faktor yang perlu diperhatikan


dalam memiliki metode kontrasepsi, diantaranya:
>>Faktor pasangan, seperti usia, gaya hidup, frekuensi
senggama, jumlah keluarga
yang diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu,
sikap kewanitaan
dan sikap kepriaan.

>>Faktor kesehatan, seperti kontra indikasi absolut atau relatif,


status kesehatan,
riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan panggul.

>>Faktor metode kontrasepsi, seperti penerimaan dan


pemakaian
berkesinanbungan dipandang dari pihak calon akseptor dan
pihak medis
(petugas KB), efektivitas, efek samping minor, kerugian,
biaya dan komplikasi
potensial.
Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi
Menurut Saifuddin dkk (2003), ada beberapa jenis atau metode kontrasepsi, diantaranya yaitu :

1. Kontrasepsi Sederhana
Adapun jenis alat konstrasepsi sederhana diantaranya yaitu:
• Amenorea Laktasi (MAL), yaitu kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI). MAL sebagai kontrasepsi jika menyusui secara penuh (full breast feeding), belum haid
dan bayi kurang dari 6 bulan. Metode MAL efektif hingga 6 bulan dan harus dilanjutkan
dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.

• Keluarga Berencana Alamiah (KBA), yaitu metode yang dilakukan dengan wanita mendeteksi
kapan masa suburnya berlangsung, yang biasanya dekat dengan pertengahan siklus
menstruasi (biasanya hari ke 10-15), atau ada tanda-tanda kesuburan dan kemungkinan
besar terjadi konsepsi. Senggama dihindari pada masa subur yaitu pada fase siklus
menstruasi dimana kemungkinan terjadinya konsepsi.

• Senggama Terputus, yaitu metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan
alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Metode ini efektif jika
digunakan dengan benar dan bisa digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
2. Kontrasepsi Barier
Metode barier yaitu metode kontrasepsi untuk menghentikan
proses reproduksi
manusia dengan menghambat perjalanan sperma dari
pasangan pria ke wanita
sehingga pembuahan bisa dicegah. Adapun jenis alat
konstrasepsi barier
diantaranya yaitu:
• Kondom, yaitu selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan
di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani)
yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.

• Diafragma, yaitu kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari


lateks (karet)
yang diinersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual atau
menurut serviks.

• Spermisida, yaitu bahan kimia (biasanya non oksinol-9)


3. Kontrasepsi Hormonal
Adapun jenis alat konstrasepsi hormonal diantaranya yaitu:
• Pil kombinasi atau kontrasepsi pil, yaitu jenis kontrasepsi oral
yang harus
diminum setiap hari yang memiliki efektivitas yang tinggi
(hampir menyerupai
efektivitas tubektomi) jika digunakan setiap hari (1 kehamilan
per 1000
perempuan dalam tahun pertama penggunaan). Pil bekerja
dengan cara
mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh
sperma. Efektifitas pil
sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil
kombinasi, dan 3-10%
untuk mini pil.

• Suntikan kombinasi, yaitu 25 mg Depo medroksiprogesteron


asetat dan 5 mg
Estradiol sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali
(Cyclofem), dan 50
mg noretindron enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi I.M.
sebulan sekali. Cara kerjanya sama dengan pil KB. Efek
sampingnya dapat
4. Kontrasepsi Mantap
Adapun jenis alat konstrasepsi mantap diantaranya yaitu:
• Tubektomi, yaitu prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilitas (kesuburan) seseorang secara permanen dengan cara
mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong/memasang
cincin) sehingga sperma tidak bisa bertemu ovum. Tubektomi
merupakan suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah
keluarnya ovum dengan cara mengikat atau memotong pada
kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur ke rahim),
efektivitasnya mencapai 99 %.

• Vasektomi, yaitu prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas


reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa diferensia
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi (penyatuan ovum) tidak terjadi. Vasektomi merupakan
operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya
sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama,
efektifitasnya 99%.
• Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), yaitu alat kontrasepsi
yang
dimasukkan ke dalam rahim yang memiliki banyak bentuk,
terdiri dari plastik
(polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu), dililit tembaga
bercampur perak (Ag)
dan ada juga yang batangnya hanya berisi hormon progesteron.
Cara kerjanya,
meninggikan getaran saluran telur sehingga pada waktu
blastokista sampai ke
rahim endometrium belum siap menerima nidasi, menimbulkan
reaksi mikro
infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang
melarutkan blastokista,
dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.
Efektifitasnya tinggi dan angka
kegagalannya 1%.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai