Anda di halaman 1dari 7

Manajemen Organisasi Kamar Operasi di Indonesia

Berdasarkan prosedur tetap. Kamar operasi atau ruang bedah atau yang lebih dikenal
dengan OK singkatan dari bahasa belanda Operation Kamer (OK) sebagai sebuah unit kerja
yang terorganisir sangat komplek dan terintegrasi merupakan fasilitas untuk melaksanakan
kegiatan operasi di suatu Rumah Sakit terdiri dari :
A. Pelaksana pelayanan Kamar Operasi (OK) oleh:
1. Tenaga Medis.
2. Paramedis Perawat.
3. Paramedis non Perawat.

Sumber daya manusia di Ruang Operasi terdiri dari berbagai tenaga profesional seperti
dokter spesialis bedah, dokter spesialis anestesi, penata anestesi, perawat bedah , dan bidan
serta petugas sterilisasi.

1. Dokter spesialis bedah


 Sp.B : Spesialis bedah. Biasanya di sebut juga spesialis bedah umum karena
biasanya menangani berbagai penyakit yang memerlukan pembedahan. Biasanya
untuk menjadi dokter bedah yang lebih khusus, mereka harus menjadi Sp.B dulu,
namun hal ini mulai berubah dan sudah ada yang membolehkan langsung ke
spesialis bedah yang lebih khusus
 Sp.BD : Spesialis bedah digestif. Spesialis bedah digestif. Spesialis bedah untuk
penyakit organ-organ percernaan seperti, hati,usus,empedu,dan pankreas.
 Sp.BOT : Spesialis Bedah Orthopedi dan Traumatologi, menangani pembedahan
tulang, otot, dan ligamen (jaringan yang menyambung otot dan tulang), serta
keadaan yang diakibatkan oleh trauma atau luka akibat kecelakaan, bencana,dan
sebagainya.
 Sp.BS : Spesialis bedah saraf, menangani pembedahan saraf seperti otak,tulang
belakang,dan saraf-saraf lainnya.
 Sp.BTKV : Spesialis Bedah Thoraks Kardiovaskular. Menangano bedah pada organ
dada termasuk jantung dan pembuluh darah jantung, dan paru-paru.
 Sp.BP : Spesialis bedah plastik
 Sp.BA : Spesialis bedah anak
 Sp.Bonk : Spesialis bedah Onkologi, dokter yang menangani pembedahan tumor dan
kanker.
 Sp.U : Spesialis urologi. Menangani pembedahan saluran kemih dan ginjal, dan alat
kelamin.
 Sp.GK : Spesialis gizi klinik. Menangani perawatan gizi pada penyakit seperti pada
diabetes, kegemukan,dan keadaan-keadaan lain yang memerlukan penanganan gizi.
 Sp.RM : Spesialis rehabilitas Medik. Dokter ini bertugas untuk melakukan
rehabilitasi fungsi-fungsi fisik dan organ yang mengalami gangguan akibat kondisi
dan penyakit tertentu, misalnya pada pasien pasca stroke yang kesulitan berbiacara
dan berjalan, pasien denganj fungsi paru yang menurun akibat penyakit paru kronis
atau menahun dan lain-lain.
 Sp.KK : spesialis kulit dan kelamin. Dokter spesialis ini adapula yangg lebih
terkonsentrasi ke kecantikan dan kosmetik.
 Sp.An : Spesialis anestesiologi. Dokter spesialis yang bertugas untuk melakukan
pembiusan serta penanganan pasien-pasien di ICU,sekarang telah berkembang pula
sub spesialisasi atau konsultan dari bidang ini sebagai contoh : Sp.An-KIC spesialis
Anestesi-konsultan intensive care atau intensivist yang merupakan sub bagian yang
mengalami penanganan pasien-pasien gawat di ICU.

2. Dokter spesialis Anestesi

Tindakan anestesi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis
asetsi dan atau perawat anestesi di kamar operasi pada pasien yang akan menjalani
pembedahan

a. Memeberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien yang sedang menjalani


pembedahan
b. Memberikan kenyamana pada dokter bedah dalam melakukan tindakan pembedahan
c. Mengembalikan fungsi fisiologis pasien setelah menjalani pembedahan seperti saat
sebelum menjalani operasi
Dokter spesialis anestesi bertugas :
a. Melakukan pemeriksaan pada pasien sebelum menjalani progam pembedahan
melalui kunjungan pre-operasi atau konsultasi yang dilakukan oleh dokter
spesialis anestesi.
b. Melakukan tindakan perbaikan atau konsultasi ke bagian lain jika ditemukan
hal yang dianggap belum layak pada pasien untuk menjalani pembedahan
c. Menentukan teknik anestesi yang terpilih pada pasien yang akan menjalani
pembedahan dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien
d. Melakukan tindakan anestesi sesuai prosedur tetap
e. Memberikan pengawasan dan bimbingan kepada kepada perawat anestesi
secara berkesinambungan.
f. Senantiasa menambah dan mengembangkan keilmuan anestesi melalui
pertemuan ilmiah secara berkala dan berkesinambungan.

3. Penata Anestesi
Penata anestesi bertugas:
a. Melakukan persiapan alat dan obat-obatan yang akan dipergunakan untuk
tindakan anestesi pada pasien yang akan menjalani pembedahan di kamar
operasi.
b. Melakukan tindakan anestesi sesuai prosedur tetap atas petunjuk yang
diberikan oleh dokter spesialis anestesi.
c. Melakukan pengawasan dan monitoring pasien selama menjalani tindakan
pembedahan.
d. Melakukan upaya resusitasi dan pengelolaan apabila diperlukan selama pasien
menjalani pembedahan dan pemulihan.
e. Melakukan konsultasi kepada dokter anestesi setiap akan melakukan tindakan
anestei.
f. Membuat medical report/pelaporan pada pasien selama menjalani pembedahan
g. Menambah dan mengembangkan pengetahuan ilmu anestesi yang up to date
melalui kegiatan atau pertemuan ilmiah.

Merupakan wewenang dan tanggung jawab dokter anestesi yang dibantu oleh
perawat anestesi sesuai dengan bidangnya. Adapun pelayanan anestesi dan
reanimasi yang dilakukan oleh perawat anestesi adalah merupakan pelimpahan
wewenang dari dokter anestesi.

Adapun kesepakatan dalam melaksanakan tindakan medis, keperawatan sesuai


dengan hak dan kewajibannya :
a. Melakukan tindakan anesthesiologi pada pasien yang akan dilakukan
operasi baik di ruang instalasi bedah sentral ataupun emergency.
b. Tindakan perawatan dari persiapan hingga melakukan pengawasan selama
pasien belum sadar secara penuh.
c. Memberikan obat-obatan anestesi bila diperlukan baik dalam persiapan,
selama maupun pasca pembedahan anestesi perintah dokter anestesi.
4. Perawat Bedah
a. Petugas mengganti baju dan sepatu atau sendalnya di ruang loker selanjutnya
mengenakan baju,penutup kepala, dan penutup hidung atau mulut yang
sebelumnya sudah disterilkan
b. Melakukan kegiatan persiapan perlengkapan operasi meliputi penyiapan peralatan
bedah, mensterilkan ruang bedah dengan fogging, mengelap meja bedah, lampu
bedah, anestesi dengan cairan atau lap yang sesuai. Memeriksa seluruh utilitas
ruang operasi (tekanan gas medis, fakum, udara tekan medis, kotak kontak listrik,
jam dinding, tempat sampah medis, dsb)
c. Untuk penyiapan peralatan bedah dilakukan di ruang peralatan bedah yang
letaknya dekat dengan ruang bedah.
d. Setelah siap, dokter bedah akan memeriksa kembali seluruh peralatan bedah yang
diperlukan, dan mengujinya bila diperlukan.
e. Selanjutnya peralatan bedah ini di masukkan ke kamar bedah. Apabila pengadaan
ruang persiapan peralatan bedah ini karena sesuatu hal tidak dimungkinkan,
makan persiapan peralatan bedah dapat dilakukan di kamar bedah.

5. Bidan

Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari proses
kegiatan pelayanan kesehatan

a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi


kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
c. Membeikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi
dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga
e. Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi
serrta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
f. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan keluarga.

6. Petugas sterilisasi
Tugas petugas sterilisasi :
a. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan disinfeksi dan disterilisasi
sampai aman untuk dipakai pada operasi berikutnya.
b. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi harus melalui persiapan,
meliputi :
 Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai. Penataan-pengemasan-pelabelan-
sterilisasi.
 Persiapan sterilisasi instrumen baru : penataan dilengkapi dengan sarana pengikat
(bila diperlukan)- pelabelan-sterilisasi
 Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama :
Disinfeksi-pencucian(dekomentasi)-pengeringan (pelipatan bila perlu)-penataan-
pelabelan-sterilisasi
c. Indikasi kuat untuk tindakan disinfeksi/sterilisasi :

 Semua peralatan medik atau perlatan perawatan pasien yang dimasukkan ke dalam
jaringan tubuh, sistem vaskuler atau melalui saluran darah harus selalu dalam keadaan
steril sebelum digunakan
 Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopsi, pipa endotracheal
harus disterilkan/didisinfeksi dahulu sebelum digunakan.
 Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh,darah,atau sekresi
harus selalu dalam keadaan steril sebelum dipergunakan. Kepmenkes
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
32/50.

d. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/didisinfeksi harus terlebih dahulu
dibersihkan secara seksama untuk menghilangkan semua bahan organik (darah dan
jaringan tubuh) dan sisa bahan linennya.

e. Steriliasi ( 1320 C selama 3 menitpada gravity displacement steam sterilizer) tidak


dianjurkan untuk implant.

f. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya, karena dibersihkan, disterilkan atau
didisinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh karena itu, hindari proses ulang yang
dapat mengakibatkan keadaan toxin atau mengganggu efektivitas perkerjaan.

g. jangan menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya yang tidak tahan terhadap
sterilisasi, karena akan mengakibatkan kerusakan seperti kemasannya rusak atau
berlubang, bahannya mudah sobek, basah ,dan sebagainya.

h.penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat (lemari)
khusus setelah dikemas steril pada ruangan :

 Dengan suhu 180 C - 220 C dan kelembaban 35 % - 75 %, ventilasi menggunakan


sistem tekanan positif dengan efisiensi partikular antara 90 %- 95 % (untuk partikular
0,5 mikron)
 Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus,kuat, dan mudah dibersihkan.
 Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm-24 cm
 Lantai minimun43 cm dari langit-langit dan 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk
menghindari terjadinya penempelan debu kemasan.
i. Pemeliharaan dan cara penggunaan perlatan sterilisasi harus memperhatikan petunjuk
dari pabriknya dan harus dikalibrasi minimal 1 kali satu tahun.

j. peralatan operasi yang telah steril jalur masuk ke ruangan harus terpisah dengan
peralatan yang telah terpakai.

k. sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan peralatan medis
dilakukan sesuai permintaan dari kesatuan kerja pelayanan medis dan penunjang medis.

Anda mungkin juga menyukai