Anda di halaman 1dari 2

Petilasan Gunung Pasar, Tempat Berkumpulnya Caleg Jelang Pemilu

Petilasan Gunung Pasar merupakan sebuah tempat sejarah yang berada di Dusun Koripan,
Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Petilasan di Dusun Koripan
ini banyak dipercaya membawa berkah dan ramai dikunjungi di waktu-waktu tertentu.
Biasanya, sebelum hajatan Pemilu Legislatif, puluhan orang calon anggota legislatif (caleg)
berbondong-bondong untuk berburu berkah di tempat tersebut.

Petilasan ini nampak seperti 7 kuburan tua, akan tetapi sebenarnya bukan makam. Menurut
cerita warga sekitar, dulunya petilasan tersebut hanya berupa beberapa batu besar yang mirip
nisan kuburan. Batu itu berada di bawah pohon besar yang belum diketahui nama dan
jenisnya sampai sekarang. Kemudian warga sekitar merawat petilasan tersebut dengan
memberi kain kafan pada batu yang mirip nisan kuburan tersebut. Tak hanya itu, warga juga
memberi pagar disekeliling petilasan.

Bahrun Wardoyo, tokoh masyarakat sekaligus Lurah Desa Dlingo periode 2013-2018,
menceritakan bahwa petilasan bersejarah tersebut belum ditangani oleh Pemerintah Bantul.
Meskipun begitu, beliau serta warga optimis bahwa situs tersebut akan menjadi ikon religius
di Desa Dlingo, khususnya Dusun Koripan. Tak hanya itu, beliau juga berupaya agar
Petilasan Gunung Pasar mendapat sumber dana dari keistimewaan.

Petilasan Gunung Pasar adalah saksi dari sejarah khasanah kerajaan mataram. Karena di
tempat itulah pertemuan antara Ki Ageng Giring saat mengejar Ki Ageng Pemanahan setelah
meminum degan (air kelapa muda) lambang wahyu keprabon Kerajaan Mataram. Ki Ageng
Pemanahan bersama putranya Suto Wijoyo dan Ki Penjawi bahu membahu melaksanakan
tugas tersebut dan atas jasanya diberi tanah merdikan Alas Mentaok.

Di saat akan membuka alas mentaok, mereka mendapat nasehat dari Sunan Kalijogo bahwa
wahyu keprabon jawa berada di daerah Sodo Giring. Barang siapa yang bisa meminum
degan (air kelapa muda) sekali tenggak/sakdegan dari pohon Kelapa Gading yang tingginya
digambarkan apabila seekor burung gagak hinggap di pohon itu akan terlihat kecil seperti
burung emprit, sehingga disebut pohon kelapa gading gagak emprit.

Ki Ageng Giring sudah mendapat kelapa muda tersebut, namun karena belum haus tidak
mungkin dia mampu meminum degan (air kelapa muda) tersebut sekali tenggak/sakdegan.
Oleh karena itu, dia pergi ke ladang untuk bekerja dulu nanti setelah haus maka akan dapat
menghabiskan air degan (air kelapa muda) tersebut.

Di saat Ki Ageng Giring tidak berada di rumah tersebut konon hadirlah Ki Pemanahan di
rumah beliau dan meminum degan (air kelapa muda) tersebut. Mengetahui itu, dengan
bergegas Ki Ageng Giring menyusul Ki Ageng Pemanahan yang telah kembali ke Alas
Mentaok. Tepat di puncak gunung yang terletak di Dusun Koripan, Desa Dlingo, Kecamatan
Dlingo, Kabupaten Bantul, Ki Ageng Giring mampu menyusul Ki Ageng Pemanahan.

Singkat cerita, Ki Ageng Giring berembug dengan Ki Ageng Pemanahan untuk kamulyaning
anak keturunan mereka. Sehingga layaknya tawar menawar kekuasaan bagai di pasar, dan
puncak gunung itulah sekarang dikenal dengan Gunung Pasar. Kala dulu, setiap pagi hari di
gunung itu selalu terdengar suara gemuruh bagai pasar namun setelah di dekati tidak ada
sesuatu. Akhirnya diperoleh kesepakatan bahwa keturunan Ki Ageng Giring akan diberi
kesempatan menjadi raja tahah Jawa pada keturunan yang ketujuh.

Adanya Petilasan Gunung Pasar tak hanya membawa berkah bagi para caleg, melainkan juga
bagi warga sekitar. Setiap kali ada caleg yang datang menebar bunga dan memanjatkan doa
supaya ‘keinginan’ mereka tercapai, warga selalu mendapat berkah ataupun sedekah dari para
caleg yang datang. Biasanya warga akan berkumpul ketika ada caleg yang berziarah, dan
kondisi itu mirip dengan kondisi di pasar, akan tetapi terjadi di gunung.

Anda mungkin juga menyukai