Kampung Adat Cikondang Desa Lamajang Kecamatan Pangalengan

Kabupaten Bandung

Usaha masyarakat dalam melindungi kearifan lokal banyak didapati di tatar

jawa barat. Salah satu buktinya diantaranya yang masih memegang teguh usaha
tersebut adalah terdapatnya kampung-kampung adat. Kampung adat yang berada di
jawa barat mempunyai ciri khas serta keyakinan sendiri-sendiri. Tetapi, polanya
memiliki persamaan yakni untuk melindungi nilai-nilai kehidupan yang diwariskan oleh
karuhun (leluhur). Satu diantara kampung adat yang hingga saat ini melindungi adat
kesundaan yaitu Kampung Adat Cikondang yang berada di Pangalengan
Kabupaten Bandung.

Gambar 1. Rumah Adat Cikondang

Sumber: www.disparbud.jabarprov.go.id

Sejarah Rumah Adat Cikondang

Konon awalnya di daerah ini ada seke (mata air) yang tumbuh dari pohon
besar yang diberi nama Kondang. Oleh karenanya kampung ini diberi nama
Cikondang atau kampung Cikondang. Nama tersebut kombinasi dari sumber air serta
pohon; “Ci” berasal dari kata “Cai” yang berarti air (sumber air), sedangkan “Kondang”
berasal dari pohon yang mengeluarkan sumber air dan diberi nama kondang.
 Kapan serta siapa yang membangun Kampung Cikondang begitu sulit untuk
dipastikan, namun masyarakat sekitar percaya bahwa karuhun (leluhur) mereka yaitu
salah seorang wali yang menebarkan agama Islam di daerah itulah pendirinya.
Mereka memanggilnya dengan sebutan Uyut Pameget serta Uyut Istri yan dipercaya
membawa barokah serta bisa ngauban (membuat perlindungan) anak dan cucunya.
Kapan Uyut Pameget serta Uyut Istri mulai tinggal atau membangun lokasi
Cikondang menjadi permukiman? Jawabannya tak ada bukti konkrit yang
menjelaskan peristiwa itu, baik yang tercatat ataupun lisan.
Menurut perkiraa kasar seorang tokoh masyarakat, Bumi Adat diprediksi
sudah berumur lebih kurang 200 tahun. Jadi dapat di simpulkan bahwa prediksi Uyut
Pameget serta Uyut Istri membangun permukiman di kampung Cikondang lebih
kurang pada awal abad ke-XIX atau sektar tahun 1980.

Lokasi Desa Kampung Adat Cikondang

Secara administratif, Kampung Cikondang terletak di Desa Lamajang,
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Utara : Desa Cikalong dan Desa Cipinang Kecamatan Cimaung

Selatan : Desa Pulosari
Timur : Desa Tribakti Mulya
Barat : Desa Sukamaju

Jarak dari pusat Kota Bandung berjarak sekitar 38 km, sedangkan jarak dari
pusat Kecamatan Pangalengan lebih kurang sekitar 11 km. Dari Kota Bandung,
Kampung Adat Cikondang dapat ditempuh kea rah Selatan melalui Kecamatan
Banjaran serta Kecamatan Cimaung.

Kepercayaan Masyarakat Kampung Adat Cikondang

Hutan Larangan
Di kampung Cikondang dikenal juga dengan sebuah hutan keramat, konon
siapapun yang masuk hutan ini diwajibkan melepas sandal atau alas kaki terlebih
dahulu. Hutan larangan ini juga hanya bisa dimasuki pada hari-hari tertentu saja, yakni
pada hari senin, rabu, kamis, serta minggu. Pada hari lain selain dari hari yang telah
disebutkan tadi para pengunjung tidak diizinkan untuk berziarah serta memasuki
hutan larangan. Hutan larangan juga hanya bisa dikunjungi atau dimasuki sesudah
duhur, yakni pukul 12 siang.

Pamali Duduk Selonjoran (merebahkan kaki)

Masyarakat Kampung Cikondang begitu memegang teguh untuk menghormati
kedua leluhurnya itu, hingga dibuatlah larangan untuk duduk selonjoran menghadap
kea rah Selatan. Hal semacam ini dikarenakan di sebelah Selatan terdapat makam
leluhur, sehingga masyarakat Kampung Cikondang beranggapan begitu tiak sopan
jika merebahkan kaki menghadap kea rah Selatan.

Perlengkapan serta Peralatan Rumah

Masyarakat sekitar Kampung Cikondang juga begitu memegang teguh budaya
mereka, hal ini dapat dilihat dari rumah adat kampung cikondang yang tidak diizinkan
di isi beberapa barang elekrtonik, seperti televisi, radio, listrik dan sebagainya. Bahkan
juga dalam hal memasak alat-alat yang digunakan juga masih terkesan sangat
sederhana, contohnya tempat memasak yang diberinama “hawu” atau tungku, gelas
minum yang terbuat dari batok kelapa, dan untuk penerangan masyarakat Kampung
Cikondang memakai lentera dikarenakan tidak menggunakan listrik.