Anda di halaman 1dari 16

Kampus Tercinta – IISIP Jakarta

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta

Makalah Komunikasi Lintas Budaya


Difusi Budaya

Disusun oleh:

Novita Kusuma Wardhani 2017230236

Dwi Handayani 2017230215

Indriani Widya Putri 2018140002


Annisa Maulidia 2018140006

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, serta tidak lupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih pula kami ucapkan kepada Bapak Drs. Irwan Siregar,
M.Ikom selaku dosen mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya, yang telah
membimbing serta mengajar kami.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Hal tersebut
karena keterbatasan kami dalam menyusun makalah ini, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga kami mampu untuk dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi dikesempatan yang akan datang. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih, wassalamualaikum, Wr. Wb.

Jakarta, 29 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................... i
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... i
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... i
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1. Pengertian Difusi ...................................................................................... 3
2.2. Jenis- Jenis Difusi Kebudayaan ................................................................ 4
2.3. Proses Difusi Kebudayaan........................................................................ 5
2.4. Ciri Difusi Kebudayaan ............................................................................ 7
2.5. Dampak Difusi Budaya ............................................................................ 8
2.6. Contoh Difusi Kebudayaan ...................................................................... 9
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................. 11
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2. Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketika cara berpikir mengenai evolusi kebudayaan berkuasa para sarjana
menguraikan gejala persamaan itu disebabkan karena tingkat-tingkat yang sama
dalam proses evolusi kebudayaan diberbagai tempat dimuka bumi. Sebaliknya ada
juga uraian-uraian lain yan mulai tampak dikalangan ilmu antropologi, terutama
waktu cara berpikir mengenai evolusi kebudayaan mulai kehilangan pengaruh,
yaitu kira-kira pada akhir abad ke-19. menurut uraian ini, gejala persamaan
unsure-unsur kebudayaan diberbagai tempat didunia disebabkan karena
persebaran atau difusi unsur- unsur itu ketempat tadi.
Dalam rangka menjelaskan asal mula terjadinya aneka ragam masyarakat
dan kebudayaan manusia diseluruh belahan dunia selain dikenal adanya teori
evolusi jugadikenal adanya teori difusi.Difusi adalah persebaran kebudayaan yang
disebabkan adanya migrasi manusia. Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain
akan menularkan budaya tertentu.
Survivalnya adalah daya eksis budaya. Survival tidak lain merupakan daya
tahan budaya tersebut setelah mendapatkan pengaruh budaya lain sehingga
menimbulkan makna baru. Difusi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan
teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan.Inovasi merupakan ide, praktik,
atau obyek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya.Teori ini
meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang
bisa diprediksi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan difusi serta difusi budaya??
2. Bagaimanakah bentuk difusi budaya?
3. Bagaimanakah ciri dari difusi budaya?

1
2

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan
dicapai adalah sebagai berikut:

Untuk dapat memahami materi tentang difusi budaya secara lebih dalam,
serta bertujuan pula untuk memahami karakteristik dan juga dampak dari
difusi budaya

1.4. Manfaat Penulisan


Suatu penulisan karya ilmiah akan sangat berguna apabila dapat
memberikan manfaat bagi orang lain ataupun pembacanya, untuk itu
makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Makalah ini diharapkan untuk dapat memberikan wawasan serta


menambah pengetahuan pembaca tentang apa itu difusi budaya secara
lebih mendalam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Difusi


Difusi ialah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke
tempat lain, sedikit demi sedikit hal ini berlangsung berkaitan dengan teriadinya
perpindahan atau penyebaran manusia dari satu tempat ke tempat lain (Setiadi
dkk, 2005: 164).
Bercampurnya suatu budaya yang bertahan hidup di suatu kalangan
masyarakat dengan budaya baru yang datang merupakan suatu bentuk difusi
budaya…Difusi budaya tersebut dapat berbentuk akulturasi maupun asimilasi
(Rokhani, dkk, 2015: 145).
Persebaran unsur-unsur kebudayaan berlangsung bersamaan dengan
peristiwa migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi ke berbagai
penjuru dunia, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah. Proses
demikian dalam ilmu antropologi dikenal sebagai difusi (diffusion)
(Koentjaraningrat dalam Prijono, 2015: 3).
W.A. Haviland menyatakan bahwa difusi adalah penyebaran kebiasaan
atau adat istiadat dari kebudayaan satu kepada kebudayaan lain. Proses difusi
berlangsung menggunakan teknik meniru atau imitasi. Meniru lebih mudah
daripada menciptakan sendiri, terutama tentang hal-hal yang baru.
Menurut Koentjaraningrat, difusi adalah proses pembiakan dan gerak
penyebaran atau migrasi yang disertai dengan proses penyesuaian atau adaptasi
fisik dan sosial budaya dari makhluk manusia dalam jangka waktu beratus-ratus
ribu tahun lamanya sejak zaman purba.

3
4

2.2. Jenis- Jenis Difusi Kebudayaan


2.1.1. Jenis Difusi Menurut Ruang Lingkup Terjadinya
Menurut ruang lingkup terjadinya difusi, terapat dua jenis difusi,
diantaranya (Soerjasih, dkk, 2017: 35). :
a. Difusi Intra Masyarakat
Difusi intra masyarakat, yaitu difusi yang terjadi pada masyarakat itu
sendiri.
Difusi intramasyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1) Suatu pengakuan bahwa unsur baru tersebut mempunyai kegunaan.
2) Ada tidaknya unsur-unsur yang mempengaruhi diterima dan
ditolaknya unsur-unsur baru.
3) Suatu unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama
kemungkinan besar tidak akan diterima.
4) Pemerintah dapat membatasi difusi yang akan diterima.

b. Difusi Antar masyarakat


Difusi antarmasyarakat yaitu difusi yang terjadi antarmasyarakat
yang satu dan masyarakat lain.
Difusi antarmasyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Adanya kontak dalam masyarakat tersebut.
2) Kemampuan untuk mendemonstrasikan manfaat baru tersebut.
3) Pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut.
4) Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru di dunia ini.
5) Paksaan dapat juga digunakan untuk menerima suatu penemuan
baru.
2.1.2. Jenis Difusi Menurut Cara Berlangsungnya atau Bentuk
Penyebarannya

Jenis difusi menurut cara berlangsungnya atau bentuk


penyebarannya menurut (e-book) di antaranya sebagai benkut:
a. Symbolic, yaitu pertemuan antarindividu dari satu masyarakat dan
individu-individu dari masyarakat lainnya tanpa mengubah
kebudayaan masmg-masing. Contohnya proses barter yang terjadi
antara orang suku pedalaman Kongo dan orang suku pedalaman Togo
di Afrika.
b. Penetration pasifique, yaitu masuknya kebudayaan asing dengan cara
damai dan tidak disengaja dan tanpa paksaan. Misalnya, masuknya
para pedagang dari Gujarat. Persia dan Arab yang berniat berdagang.
tetapi tanpa disadari menyebarkan agama Islam.
c. Penetration violete, yaitu masuknya kebudayaan asing dengan cara
paksa. Misalnya. kewajiban melakukan seikirei pada masa penjajahan
Jepang di Asia.

2.3. Proses Difusi Kebudayaan


Proses difusi yaitu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh
perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Proses Difusi dapat dikatakan juga
sebagai “Penyebaran Manusia” (Soerjasih, dkk, 2017: 22).
Komunikasi-komunikasi antar kebudayaan telah menyebabkan terjadinya
proses difusi atau menyebarnya unsur-unsur kebudayaan yang kemudian diikuti
oleh proses akulturasi, yaitu berintegrasinya unsur-unsur kebudayaan asing
dengan sebuah kebudayaan, bahkan bisa pula terjadi asimilasi yaitu
berintegrasinya unsur-unsur kebudayaan menjadi sebuah kebudayaan yang baru
(Hendro, …: 154).
Hal yang terpenting dalam difusi adalah adanya pertukaran informasi
antara satu orang dengan lainnya atau lebih untuk mengomunikasikan ide baru
tersebut (Rusmiarti, 2015: 88).
Pada proses difusi, pemindahan unsur-unsur nilai budaya bukanlah hanya
sekedar kebudayaan yang dipindahkan dari satu masyarakat ke masyarakat yang
lain seperti halnya dari generasi tua ke generasi muda, tetapi juga tentang proses
interaksi antara individu dengan kebudayaan (Soerjasih, dkk, 2017).
Proses difusi, akulturasi, dan asimilasi dan sebagainya merupakan
dinamika masyarakat. Dinamika masyarakat merupakan suatu kehidupan
masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih individu dalam suatu wilayah yang
memiliki hubungan psikologis secara jelas antara masyarakat yang satu dengan
yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
Perubahan-perubahan dipengaruhi oleh gerakan-gerakan sosial dari
individu dan kelompok sosial yang menjadi bagian dari masyarakat. Gerakan
sosial dalam sejarah masyarakat dunia bisa muncul dalam bermacam bentuk
kepentingan, seperti mengubah struktur hubungan sosial, mengubah pandangan
hidup, dan kepentingan merebut peran politik (kekuasaan) (Soerjasih, dkk, 2017:
30-31).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa difusi adalah sebuah
bentuk dari dinamika kebudayaan, atau perubahan kebudayaan, yang mana difusi
ini merupakan sebuah proses pertama atas masuknya unsur-unsur kebudayaan
baru, dan setelah itu unsur-unsur tersebut akan ditentukan oleh masing-masing
masyarakat di suatu negara atau wilayah apakah unsur-unsur kebudayaan baru
tersebut akan dibuat menjadi sebuah akulturasi atau bahkan asimilasi.
Ada tiga kategori proses atau mekanisme difusi, anatara lain:
a. Difusi Langsung
Terjadi ketika dua budaya sangat dekat satu sama lain, menghasilkan
perkawinan, perdagangan, dan bahkan peperangan antar dua budaya tersebut.
Difusi langsung adalah umum pada zaman kuno, ketika sekelompok kecil
manusia tinggal di pemukiman yang berdampingan.
Contoh difusi langsung antara Amerika Serikat dan Kanada, di mana orang-
orang yang tinggal di perbatasan kedua negara terlibat dalam hoki, yang dimulai
di Kanada, dan bisbol, yang populer dalam budaya Amerika.
b. Difusi Tidak Langsung
Terjadi ketika sifat-sifat diturunkan dari satu budaya melalui perantara ke
budaya lain, tanpa adanya kontak langsung dari kedua budaya tersebut.
Contohnya adalah keberadaan makanan Meksiko di Kanada, karena wilayah
yang luas (Amerika Serikat) berada di antaranya.
Difusi tidak langsung adalah umum di dunia saat ini karena media massa
dan penemuan Internet. Yang juga menarik adalah karya sejarawan dan kritikus
Amerika Daniel J. Boorstin dalam bukunya The Discoverers, di mana ia
memberikan perspektif historis tentang peran penjelajah dalam difusi inovasi
antar peradaban.

2.4. Ciri Difusi Kebudayaan


Proses difusi disebabkan oleh penyebaran ciri-ciri budaya. Ciri-ciri budaya
material dan non-material mengalami transmisi dari satu masyarakat ke
masyarakat lain. Ciri-ciri material menyebar dengan cepat sementara non-material
membutuhkan waktu lebih lama dan menyebar secara bertahap.Contohnya ajaran
Muhammad yang disebarkan dari masyarakat ke masyarakat adalah difusi budaya.

Berikut ini adalah karakteristik difusi budaya, antara lain:


a. Proses Selektif
Proses selektif melibatkan seleksi lakukan sifat-sifat dari satu budaya
yang tampaknya sesuai dan harus diadopsi oleh yang lain pada seleksi.

b. Difusi Kebudayaan Material Berlangsung Cepat


Dalam difusi budaya aspek material berubah dengan cepat sedangkan
aspek non-material seperti arti nilainorma, kebiasaan kaku atau sulit untuk
berubah.
c. Proses Dua Arah
Ada jembatan antara dua budaya. Jika satu budaya memberi sifat
kepada yang lain, akan mudah untuk mengambil sifat lain dari budaya yang
berlawanan.

d. Budaya Yang Mengakar Kuat Kurang Dapat Disebar


Budaya lemah memiliki lebih banyak perubahan untuk menyebar
sementara budaya yang telah mengakar kuat dan berkembang menyebar
perlahan.Masyarakat dengan populasi besar dan berakar pada budaya
tertentu, sehingga mengubah budaya sosial seperti itu sulit.

e. Proses Terus Menerus dan Meningkat


Difusi budaya adalah proses yang berkelanjutan dan terus meningkat
di setiap masyarakat.

2.5. Dampak Difusi Budaya


Difusi kebudayaan dapat memberikan dampak positif maupun negative
bagi masyarakat.Berikut penjelasnnya.
a. Dampak Positif
Difusi kebudayaan dapat memberikan dampak positif.Banyak budaya telah
mendapat manfaat dari adanya pertukaran budaya.Dampak positif difusi
kebudayaan adalah ketika teknologi baru tersebar di seluruh dunia.Penemuan
seperti teleskop, mesin cetak, mesin uap, mobil, dan komputer semuanya
memiliki dampak besar pada bagaimana orang hidup di setiap wilayah di dunia.
Penemuan ini juga meningkatkan laju di mana difusi budaya dapat terjadi

b. Dampak Negatif
Difusi kebudayaan juga dapat memberikan dampak negative dalam
kehidupan masyarakat, misalnya nilai sakral suatu dogma telah bergeser,
demikian juga halnya dengan mitos dan kepercayaan.Kejujuran telah berubah
menjadi manipulasi dan keserakahan.Kapitalisme sudah mulai merambah
hingga pelosok negeri. Nilai humanisasi juga mengalami pergeseran ke arah
dehumanisasi.
Difusi budaya yang berdampak tidak baik juga terjadi ketika seks bebas
telah dianggap sebagai hal yang lumrah.Selain itu, terjadinya kasus narkoba,
perselingkuhan, dan pergaulan bebas dapat menjadi pemicu tersebarnya
penyakit HIV/AIDS.
Dampak negatif lain dari terjadinya difusi budaya yaitu prostitusi yang
berkembang pesat, karena budaya permisif masyarakat menjadikan prostitusi
mendapat tempat sebagai hal yang wajar. Oleh karena itu, filter terhadap
fenomena yang ada saat ini harus kuat agar kita bisa bertahan dari nilai negatif
yang bisa menggoyahkan nilai yang menjadi pendrong disintegrasi bangsa.

2.6. Contoh Difusi Kebudayaan


Bila kita merujuk pada pengertian difusi itu sendiri, dimana difusi adalah
sebuah bentuk dari masuknya unsur-unsur budaya baru atau penyebaran unsur-
unsur budaya dari satu tempat ke tempat lain, dan difusi hanyalah sebuah proses
bahkan faktor eksternal yang menyebabkan perubahan sosial. Difusi dapat
dikatakan sebagai faktor yang menyebabkan perubahan sosial karena difusi
mampu menentukan terjadinya suatu akulturasi ataupun asimilasi di suatu lingkup
masyarakat. Sehingga tidak mengherankan, pada saat ini banyak sekali bentuk
difusi kebudayaan di suatu wilayah.
Peristiwa yang terjadi pada belahan bumi yang lain dapat disaksikan dan
didengarkan pada waktu yang bersamaan meski orang berada di wiIayah yang
sangat jauh dan tempat berlangsungnya kejadian tersebut. Peristiwa peperangan di
negara-negara Balkan atau bencana kelaparan yang terjadi di Afrika dengan
mudah dan cepat dapat segera diketahui dalam hitungan detik, bahkan secara
langsung dapat diketahui saat itu juga. Arus globalisasi informasi semakin
mempermudah proses difusi kebudayaan, seolah teknologi internal semakin
berkembang sehingga pembauran kebudayaan asing tidak bisa dihindarkan Hal ini
juga berarti semakin mempermudah terjadinya proses pembauran atau
percampuran pada suatu bangsa.
Terdapat beberapa proses difusi, di antaranya adalah persebaran unsur-
unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu-
individu dalam suatu kelompokmanusia dengan individu kelompok tetangga.
Pertemuan antara kelompok ini dapat berlangsung dengan berbagai cara. Salah
satu di antaranya adalah bentuk hubungan yang disebabkan karena perdagangan.
Unsur-unsur kebudayaan asing dibawa oleh para pedagang masuk ke dalam
kebudayaan penerima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan atau secara
damai. Namun terdapat pula pemasukan secara paksa. Hubungan ini disebabkan
karena peperangan dan serangan penaklukan yang berakibat pada masuknya
unsur-unsur kebudayaan asing dan mulailah proses akulturasi (Koentjaraningrat
dalam Prijono, 2015: 3).
Difusi antar budaya juga dapat terjadi dalam banyak hal. Populasi yang
bermigrasi akan membawa budaya mereka. Gagasan budaya dapat dibawa oleh
pengunjung lintas budaya, seperti pedagang, penjelajah, tentara, diplomat, budak,
dan pengrajin yang disewa.
Perkawinan lintas budaya antara dua budaya yang bertetanggaan atau
bersilangan juga dapat berkontribusi pada terjadinya difusi budaya. Di antara
masyarakat yang melek huruf, difusi dapat terjadi melalui surat, buku, dan, di
zaman modern, melalui media elektronik.
Berikut ini beberapa contoh terjadinya difusi kebudayaan dalam
masyarakat, antara lain:
1. Unsur-unsur budaya timur dan barat yang masuk ke Indonesia dilakukan
melalui teknik imitasi atau meniru. Misalnya yaitu penyebaran agama
Islam yang dilakukan melalui media perdagangan, yang disertai dengan
cara berdagang yang jujur, dan model pakaian yang digunakan, lambat
laun ditiru oleh masyarakat.
2. Gaya berpakaian para pejabat kolonial Belanda ditiru oleh para penguasa
pribumi.
3. Cara makan orang Eropa dengan menggunakan sendok ditiru oleh orang
Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Difusionisme menekankan pada pengaruh masyarakat individual saling
bergantung dan meyakini, bahwa perubahan sosial terjadi karena sebuah
masyarakat menyerap berbagai ciri budaya dari masyarakat lain. Proses difusi
(diffusion) adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh dunia.
Difusi merupakan salah satu objek ilmu penelitian antropologi, terutama sub-ilmu
antropologi diakronik. Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya
unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, tetapi
terutama sebagai proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh individu dari
suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan
lain.

3.2. Saran
Dengan mempelajari mengenai Difusi Kebudayaan, diharapkan pembaca
lebih mengenal dan mempelajari lebih dalam penyebaran budaya, bukan hanya di
Indonesia tapi di berbagai belahan dunia juga harus kita pelajari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Soerjasih, Indrijati, dkk. (2017). MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN


BERKELANJUTAN. Jakarta: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN. Dalam
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repos
itori.kemdikbud.go.id/5947/&ved=2ahUKEwjatsyD15PmAhXUAnIKH
S3dAMEQFjABegQIBBAB&usg=AOvVaw2WXD2Xuk1GvJJDCQ2
Vbo2u. Diakses pada 27 November 2019 .

Jurnal

Hendro, Eko Punto. (2018). Membangun Masyarakat Berkepribadian di Bidang


Kebudayaan dalam Memperkuat Jawa Tengah sebagai Pusat
Kebudayaan Jawa. Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi. E-ISSN : 2599-
1078. Dalam
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejou
rnal.undip.ac.id/index.php/endogami/article/download/19230/13411&v
ed=2ahUKEwiTqJaR05PmAhVab30KHRT1BYgQFjAAegQIAxAB&u
sg=AOvVaw16mJiO5GAgZ6GXo-gQYK8C. Diakses pada 27
November 2019 .

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta : UI Press

Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta :


Djambatan

Prijono, Sudarti. (2015). ASPEK ADAPTASI DAN AKULTURASI BUDAYA


DI SITUS BUMI RONGSOK, TASIKMALAYA. Bandung : Balai
Arkeologi Bandung.

Rokhani, Umilia, dkk. (2015). Konstruksi Identitas Tionghoa melalui Difusi


Budaya Gambang Kromong: Studi Kasus Film Dikumenter Anak Naga
Beranak Naga. Identitas Tionghoa dan Gambang Kromong. Vol. 16 .
No. 3. dalam
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journ

12
al.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/1679&ved=2ahUKEwiZqMjg1
ZPmAhUDVH0KHYDuBgkQFjABegQIBhAB&usg=AOvVaw2VrZqF
7x843eHNeIJLjlMc. Diakses pada 27 November 2019 .

Rusmiarti, Dewi Ariningrum. (2015). ANALISIS DIFUSI INOVASI DAN


PENGEMBANGAN BUDAYA KERJA PADA ORGANISASI
BIROKRASI. Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi. Vol. 6. No.
2. Dalam
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.
lib.ui.ac.id/abstrakpdf%3Fid%3D20414342%26lokasi%3Dlokal&ved=
2ahUKEwjw_s_j1pPmAhULXSsKHRRwArkQFjACegQIBBAB&usg=
AOvVaw2XahaZTYW_ZJvz66sX0SoJ. Diakses pada 27 November
2019 .

Website

Sosiologi.Com Dosen.2019.Pengertian Difusi Kebudayaan, Bentuk, Proses, Ciri,


Dampak, dan Contohnya. dalam http://dosensosiologi.com/difusi-kebudayaan/.
Diakses pada 27 November 2019.

13

Anda mungkin juga menyukai