BAGIAN I
PERSPEKTIF EVOLUSIONER
BAGIAN II
BUDAYA, MASYARAKAT, DAN INDIVIDU
“Budaya terdiri dari gagasan - gagasan dan makna yang dimiliki bersama”
(Robert M. Keesing:1992). Dalam hal memaknai budaya sebagai suatu sistem
yang dimiliki bersama adalah pola yang terjadi serta bentuk - bentuk tindakan
yang mempengaruhi terbentuknya budaya itu sendiri. Hal tersebut bisa dimaknai
secara kesepakatan bersama dalam suatu pembentukan budaya. Budaya pada
dasarnya ada karena di konstruksikan sendiri oleh masyarakat .
Kita perlu untuk bisa memahami budaya sebagai suatu proses sosial yang
terjadi di masyarakat. “Kita juga perlu memahami distriusi pengetahuan budaya
di dalam masyarakat , agar kita bisa mengkonseptualisasikan proses - proses
penyaluran dan perubahan budaya serta mengkaitkan semua tadi dengan
berbagai kenyataan politik dan ekonomi“ (Robert M. Keesing:1992). Hubungan
yang ada antara budaya dengan masyarakat ketika peran identitas dan
kelompok juga terlibat sebagai perantara keduanya.
Para pakar bahasa yang meneliti bahasa - bahasa bukan barat misalnya
bahasa penduduk pribumi Amerika, atau bahasa Afrika atau bahasa bangsa tribal
di Pasifik, selama puluhan tahun pertalian mereka dengan Antropologi sama
eratnya dengan linguistik. Semenjak tahun 1960, revolusi pemikiran dalam
linguistik memaksa ditinggalkannya berbagai asumsi tentang bahasa dan
pertaliannya dengan segi - segi budaya yang lain. Revolusi pemikiran ini, yang
dikenal sebagai tata bahasa “transformasional" atau “generatif", bertujuan untuk
memberikan penjelasan formal tentang pengetahuan bahasa seorang penutur
sebagai seperangkat kaidah logis yang eksplisit.
Pertama, bahasa yang terutama digumuli oleh para pakar teori bahasa ialah
bahasa Eropa (terutama bahasa Inggris, Jerman, dan Rusia) Salah satu asumsi
dasar mereka ialah bahwa sebagai sistem formal, semua bahasa adalah
perbedaan - perbedaan di permukaan, relatif punya banyak kesamaan dan
karena intuisi seorang penutur merupakan unsur penting dalam menguji kaidah.
kaidah bahasa adalah cukup beralasan jika bahasa asli si pakar bahasa yang
dijadikan sasaran analisis.
Bahasa memiliki beberapa prinsip pokok, antara lain mengenai arti bahasa itu
sendiri. “Bahasa adalah suatu sandi yang konseptual, sistem pengetahuan (yang
terutama tidak disadari) yang memberikan kesanggupan pada penutur dan
pendengar guna menghasilkan dan memahami ujaran - ujaran tersebut.”
Beberapa bahasa mempunyai sistem kata kerja yang kompleks atau
penggolongan kata, sederhananya adalah “aglutinatif” yang berarti tentang
penggabungan sederet imbuhan.
Dengan bahasa kita dapat menemukan suatu budaya, maksudnya adalah kita
akan dapat melihat perkembangan bahasa dengan berkembangnya suatu
budaya. Dengan bahasa kita akan dapat menemukan suatu gagasan,
pengetahuan yang terus berkembang dan baru. Terbukti dengan hal tersebut kita
dapat mencermati suatu gejala budaya yang terjadi di dalam masyarakat.
Komunikasi ada dua yaitu yang bahasa dan non bahasa. Yang non bahasa
bisa berupa suatu gerakan - gerakan yang dapat dipelajari dari Simpanse yang
dalam masa purbanya mengalami evolusi budaya. Pengaruh komunikasi yang
seperti inilah yang memudahkan budaya terbentuk. Dengan penggunaan ruang
gerak berupa fisik dalam sistem dan struktur sosial.
BAGIAN III
MASYARAKAT TRIBAL : KE ARAH PANDANGAN SISTEMIK
Selain itu Keesing mengatakan kalau kegiatan pemburu dan meramu ini
adalah salah satu kegiatan yang didasarkan pada sifat alamiah manusia.
Maksudnya para pemburu dan peramu kontemporer ini dianggap sebagai
sumber lansung bagi data mengenai masyarakat purba. Menghadapi masyarakat
secara murni dan dengan keadaan yang terisolasi. Mereka bekerja karena
menyesuaikan lingkungan dan dorongan untuk mencari pangan untuk
penghidupan keluarganya di jaman tersebut.
Dalam kelompok masyarakat pemburu dan meramu ini juga sudah mengenal
organisasi sosial. Hal ini dibuktikan dengan adanya sistem pembagian kerja di
jaman purba tersebut. Di dalam buku ini Keesing memberikan contoh kasus
mengenai model sosial patrilokal yang semua mengarah kepada garis ayah .
Para pria menghabiskan waktunya untuk berburu sedangkan anak perempuan
meninggalkan kelompok tersebut saat kawin.
Adaptasi peternakan dalam ruang dan waktu, dalam hal ini seperti yang ada di
daerah Iran dan Afghanistan yang tanahnya sangat kering sehingga tidak cocok
untuk bertani lalu memilih untuk menjadi peternak. “Menurut sejarahnya,
peternakan merupakan suatu pemisah dari kompleksitas campuran antara
pertanian dan peternakan zaman purba, sebagai adaptasi terhadap padang
rumput yang kering. Masyarakat yang ada di Afghanistan dan Iran ini buki bahwa
adanya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang ada yang sangat
mempengaruhi pekerjaan serta didorong dengan tujan untuk mencari sesuap
makan yang mendesak masyarakat untuk mengatasi persoalannya sendiri.
Dengan beternak dianggapnya sebagai profesi yang cocok dilakukan di padang
rumput yang kering karena tanah kering tidak cocok untuk bertani.
BAGIAN IV
“Para pakar ekonomi yang berusaha mengontrol inflansi bekerja dengan suatu
sistem teoritis yang dibangun atas dasar asumsi mengenai hakikat manusia dan
masyrakat Begitu juga para ilmuwan politik dan sosiolog. Tugas utama
antropologi yang kini baru saja mulai berteori setelah beberapa dasarwasa hanya
berusaha menguraikan kebiasaan yang eksostik adalah mengajukan pertanyaan
fundamental ini secara jujur dan dengan mempertanyakan hal tersebut terhadap
dasar keseluruhan tata cara kehidupan manusia dalam waktu dan ditempat yang
berbeda - beda diharapkan diperoleh dasar yang lebih kukuh bagi ilmu sosial
perbandingan”.
Kita telah melihat bahwa dalam masyarakat tribal seperti Maring, Iban, dan
Trobriand, sebagaimana halnya masyarakat kita (orang Barat) sendiri, kelompok
domestik rumah tangga merupakan unit primer dalam kegiatan produksi dan
konsumsi sehari - hari. Mengapa unsur pokok bangunan masyarakat paling
mudah dapat diamati melalui, dan berdasarkan, sistem keturunan dan
perkawinan ialah karena berdasarkan sistem keturunan dan perkawinan itulah
kelompok rumah tangga dibentuk, diatur organisasinya, dan diikat menjadi satu.
Sumbu variasi dalam struktur komunitas. Berbagai jenis desa dan dusun kecil
yang terdapat pada masyarakat tribal merupakan keadaan tengah - tengah
antara pangkalan para pemburu peramu yang selalu berpindah - pindah dan kota
masyarakat urban (yang telah berkoeksistensi selama ribuan tahun). Bahkan di
antara masyarakat yang secara kasar kita klasifikasikan sebagai dunia tribal
terdapat variasi besar mengenai besarnya komunitas. Di antara pekebun
hortikultura yang berpindah - pindah, kelompok rumah tangga hidup terpencar di
suatu daerah dalam kelompok dua, tiga atau empat, atau bahkan satu rumah
tangga yang harus sering berpindah mengikuti siklus perpindahan ladang.
Dinamika Sistem Politik. Evolusi sistem politik yang lebih kompleks juga sudah
mulai didokumentasikan dari banyak daerah di Afrika, Asia, dan Amerika.
Perubahan sistem ekonomi dan politik ke arah yang lebih kompleks dari
"masyarakat tribal' ke masyarakat kesukuan (chiefdom), dari masyarakat
kesukuan ke negara mini mungkin timbul karena adanya gagasan yang berasal
dari tetangga mereka. Kemudian perlu dingat pula bagaimana penyebaran
gagasan keagamaan dan politik Hindu ke Asia Tenggara menjadi katalisator bagi
lahirnya berbagai negara dari sistem masyarakat kesukuan.
Tanpa Pengadilan: Jangkauan Proses Hukum. Bila tidak ada struktur politik
formal, yang mempersatukan anggota - anggota dari berkelompok kerabat yang
berbeda mekanisme penyelesaian perselisihan kemungkinan besar akan
didasarkan atas perundingan atau konfrontasi langsung antara orang - orang
atau kelompok - kelompok kerabat yang tersangkut. Dalam masyarakat tanpa
negara, perselisihan dengan mudah dapat meledak menjadi dendam kesumat.
Jadi suatu pelanggaran dapat diselesaikan melalui perundingan hukum atau di
luar kerangka hukum.
Dalam hal ini bisa terdapat kelompok dewa - dewi, satu dewa, atau sama
sekali tidak ada roh atau bahkan mahluk dan kekuatan yang berlebihan,
kelompok ini secara konstan dapat menghalangi kegiatan manusia atau tanpa
terlibat dan jauh. Kelompok ini bersifat hukum (punitive) atau bersifat positif.
Berhubung dengan ini manusia dapat merasa kagum/hormat atau dapat merasa
takut tetapi juga mereka dapat membangkitkan kekuatan gaib atau berusaha
memperdayakannya (mengakalinya). Agama kepercayaan dapat juga mengatur
moral manusia melakukan atau melanggar moral.
Kolonialisme dan Mitos Barat. Orang - orang Amerika yang dibesarkan dengan
mitos yang menjadi warisan sejarah mereka, George Washington menebang
pohon ceri, Abe Lincoln membebaskan budak belian, Teddy Roosevelt
menyerang San Juan Hill kemungkinan besar tidak akan mempunyai perspektif
kritis terhadap sejarah mereka sendiri dan sejarah peradaban Barat yang juga
menjadi warisan mereka, kecuali kalau mereka bekeria keras untuk belajar
sendiri lagi.
Para ahli antropologi yang bekerja di garis depan kolonial atau di antara orang
Indian di Amerika, relatif lamban untuk mengetahui bahwa proses perubahan
yang terjadi di depan mata mereka sendiri itu pantas untuk dijadikan bahan studi
yang serius (F.M. Keesing 1952). Tugas mereka terutama dilihat sebagai usaha
untuk membuat rekonstruksi dari tata kehidupan "masa kini etnografis", suatu
tugas di mana perubahan - perubahan yang disebabkan oleh administrasi kolonil,
oleh kaum misionaris, dan oleh perkebunan dipandang sebagai penghambat
analisis.
BAB 20 : PETANI
Petani itu menjadi bagian dari panorama dunia sejak timbulnya negara dan
pusat perkotaan di Timut Tengah. Jadi, adanya petani itu bersamaan waktunya
dengan tata kehidupan kesukuan yang terbesar dan diversifikasi di dunia bagian
tengah, yang kebanyakan beriklim tropis. Akan tetapi, Antropologi, yang mulai
sebagai studi tentang masyarakat berskala kecil yang “primitif" dan terdapat di
sepanjang garis depan ekspansi kolonial, lamban sekali mengalihkan
pandangannya kepada penduduk petani yang besar, yang terdapat di Amerika
Latin, Asia, dan Eropa. Perkembangan Antropologi yang sering tentang
masyarakat petani terutama terjadi sejak tahun 1950 ini merupakan tema yang
semakin luas dalam dasawarsa itu, dan hingga sekarang sebagian besar studi
Antropologi memusatkan perhatiannya kepada komunitas petani.
Komunitas Petani sebagai Sistem Tertutup dan Terbuka. Sebuah unsur yang
esensial dalam kehidupan petani ialah sifatnya yang mendua. Di satu pihak,
secara karakteristik petani itu menghasilkan banyak dari kebutuhan hidup
mereka sendiri. Secara karakteristik, komunitas petani itu mempunyai orientasi
swasembada dan tertutup. Akan tetapi di lain pihak, petani juga menghasilkan
bahan pangan dan produk lain yang mengalir ke pusat perkotaan, baik sebagai
produsen maupun sebagai konsumen, dalam suatu sistem yang lebih luas yang
menghubungkan mereka dengan pasaran di kota, nasional dan internasional.
Sifat yang mendua itu, para-doks antara swasembada dan swadaya, dan pada
waktu yang sama tergabung dalam sistem ekonomi yang lebih luas, merupakan
tema kehidupan, dan studi pedesaan yang dominan.
Komunitas Petani. Para ahli Antopologi yang bekerja dalam komunitas petani
selama 30 tahun terakhir ini telah mengumpulkan catatan - catatan terinci
tentang susunan hubungan sosial dari banyak bagian dunia petani dan telah
meneliti ekonomi, agama, dan proses politik. Dengan melihat komunitas petani
pada dasarya seperti mereka melihat komunitas kesukuan sebagai komunitas
yang sedikit banyak tertutup dan swasembada, dan sering. tanpa diketahui
sejarahnya para ahli Antropologi itu telah memancangkan gambaran keadaan
petani yang hidup dan sekaligus membuka mata, dan dalam banyak hal tidak
memadai.
Kota Besar, Timur, dan Barat. Perbandingan antara pengalaman di kota - kota
Dunia Ketiga menyebabkan orang mempermasalahkan generalisasi yang telah
sejak lama dibuat oleh para ahli sosiologi atas studi mereka kota Barat. Gideon
Sjoberg mengadakan usaha penting untuk. mengumpulkan bukti-bukti tentang
"kota - kota praindustri", terutama kota zaman kuno. la menemukan model ideal
dari kota praindustri, kota sebenarnya hanyalah mendekatinya semacam standar
gabungan. Karakteristik kota kuno itu sebagai pusat pemerintahan dan agama; di
dalam berdiam para elit dan hanya di tempat kedua menjadi pusat perdagangan.
Kelompok etnis cenderung membentuk kantong terpisah, dimana rumah tangga
keluarga luas (extended family) mempunyai kedudukan penting.
Akan tetapi, seperti dikemukakan oleh Southall (1973) dan lainnya, gabungan
ideal seperti itu mengaburkan banyak variasi yang menarik. Southall mengutip
sejumlah kasus seperti Sumeria dari Dinasti Lama, Meksiko pada zaman Aztec,
Damaskus, Kartage, dan Eropa pada abad pertengahan dan zaman
Renaissance, di mana pedagang - pedagang itu kaya dan berkuasa, tidak kotor
dan bukan golongan periferi. Untuk tiap karakteristik gabungan ideal Sjoberg,
dapat ditemukan kekecualiannya. Dan dimana keadaannya tidak demikian
(misalnya, dimana karakteristik seperti dominasi kaum pria atau fungsi
pendidikan yang memperkuat konservatisme dan kedudukan elit itu kelihatannya
berlaku di semua kota praindustri) juga berlaku untuk masyarakat kesukuan dan
komunitas pedesaan jadi itu semua sama sekali tidak merupakan kekhususan
kehidupan kota. Teknologi dan industri terus - menerus mengubah kota dimana -
mana, dan menciptakan kemungkinan adanya penduduk yang lebih banyak,
pengendalian politik yang lebih ekstensif, cara - cara produksi baru, hubungan
kelas yang baru.
BAB 23 : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN DUNIA KETIGA
Kritisi Antropologi dan Kolonialisme lain yang radikal menuduh bahwa para ahli
Antropologi sosial, kebanyakan ahli Inggris dan Afrika Selatan, yang mempelajari
Afrika kolonial Inggris pada tahun 1930-an itu adalah instrument kebijaksanaan
kolonial, yang mengembangkan model struktur dan politik lineage mereka untuk
mempertahankan kekuasaan kolonial. Banyak studi tentang lembaga politik dan
kekerabatan dibiayai oleh pemerintah yang pejabat perlu mengetahui bagaimana
lembaga itu dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan kekuasaan kolonial
dalam kerangka adat kebiasaan lokal.
Salah satu sumber panduan dalam usaha mencari hari depan umat manusia
ialah masa lampau manusia: tata kehidupan yang menciptakan pertalian,
kehangatan, yang memberi nilai dan makna. Ahli Antropologi, karena ada di
tempat, berbagai makna dengan. Rakyat setempat, dan menerima nilai - nilai
mereka, dan menulis apa yang dapat mereka tulis, telah menjadi penulis sejarah
kebudayaan yang telah punah atau sedang akan hilang.