Anda di halaman 1dari 25

Judul Buku : Antropologi Budaya suatu Perspektif Komtemporer Jilid 1

Penulis : Roger M. Keesing, Samuel Gunawan


Penerbit : Erlangga
Tebal : 288 halaman

BAB 1 : PENDEKATAN ANTROPOLOGIS


Dahulu, Antropologi dikenal sebagai kajian tentang orang - orang “primitif”.
Akan tetapi, para pakar Antropologi tidak lagi hanya bekerja, atau bahkan
terutama, dalam masyarakat demikian: mereka mengkaji para petani dusun,
termasuk yang bermukim di Eropa; mengkaji kota - kota, di negeri mereka sendiri
ataupun di Dunia Ketiga; mengkaji ber-bagai perusahaan multinasional dan
pengadilan serta kerabat kesukuan. Hal ini membuat Antropologi lebih rumit
dibandingkan dengan 50 tahun yang lalu. Ketika kajian klasik yang dilakukan
oleh Margaret Mead, Ruth Benedict, dan Bronislaw Malinowski untuk pertama
kalinya menarik perhatian khalayak ramai pada Antropologi masyarakat terpencil
dan eksotis, untuk menentukan apa yang merupakan ciri khas Antropologi, apa
yang membedakannya dari sosiologi dan ilmu - ilmu sosial lainnya. Antropologi
secara internal beranekaragam, meliputi spektrum yang memuat berbagai kajian
khusus tentang biologi dan evolusi manusia sampai dengan kajian tentang
kehidupan sosial manusia komtemporer, baik di daerah pedesaan maupun
perkotaan. Beberapa di antaranya ditampilkan berikut ini :

1. Antropologi sebagai suatu Bidang Pengetahuan


“Antropologi" berarti "kajian manusia" akan tetapi, yang jelas para
pakar Antropologi bukan satu - satunya pakar yang berurusan dengan
manusia karena ada juga berbagai spesialis tentang Beethoven,
Euripides, Oedipus kompleks, dan Perang Boer. Juga tidak berarti bahwa
para ahli Antropologi hanya mengkaji manusia sebagian menghabiskan
waktunya menerobos rimba Afrika untuk mengkaji primat berbulu.
- Cabang Antropologi
Salah satu cabang Antropologi Budaya yang utama adalah
Arkeologi Prasejarah atau Prasejarah. Berbeda dengan para pakar
Arkeologi klasik, yang populer dengan stereotip penggalian
reruntuhan kuno dan candi, pakar prasejarah terutama mengkaji
orang - orang yang tidak mempunyai tradisi tulis. Upaya mereka untuk
merekonstruksi tata cara kehidupan kuno mendorong mereka lebih
sering melintasi timbunan reruntuhan lama ketimbang candi.
Antropologi bahasa berfokus pada bahasa (terutama yang tak
mengenal tradisi tulis) orang - orang yang bukan barat. Bidang ini
menguji teori bahasa yang terutama didasarkan pada bahasa Eropa,
dan mengamati bahasa dalam konteks latar belakang sosial dan
budaya. Dua orang yang dikenal sebagai bapak Antropologi modern
Amerika, Franz Boas dan Edward Sapir, adalah spesialis dalam kajian
bahasa dan budaya orang Indian di Amerika. Pertalian antara bahasa
dan budaya merupakan tema utama Antropologi Amerika.
"Antropologi budaya" merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut bidang yang lebih sempit yang mengkaji adat istiadat
manusia, yaitu kajian bandingan mengenai budaya dan masyarakat.
Pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, Antropologi merupakan
cabang ilmu yang mengkaji perbandingan orang - orang yang
dijumpai di batas pemukiman (frontier) daerah ekspansi negara -
negara Eropa, tetapi dengan tujuan yang agak berbeda dengan tujuan
Antropologi modern.

- Ciri – ciri Antropologi


Adanya tradisi bekerja dalam masyarakat kecil atas dasar peran
serta secara akrab dalam kehidupan masyarakat sehari - hari. Mereka
mempunyai suatu orientasi, seperangkat gaya dan metode penelitian,
yang membedakan Antropologi dengan ilmu - ilmu sosial lainnya.
Orientasi Antropologis ini sangat bersifat kemanusiaan, lebih
berkaitan dengan makna ketimbang ukuran, dengan konteks
kehidupan sehari - hari dalam masyarakat daripada abstraksi formal
yang tetap berharga dan bahkan penting dalam dunia yang semakin
didominasi oleh teknokrasi.
2. Bentuk – bentuk Pemahaman Antropologi : Teori, Penafsiran, dan Ilmu
Pengetahuan
Para pakar Antropologi harus berjuang menghadapi masalah
komunikasi pada saat mereka bekerja melintasi jurang pemisah
perbedaan budaya. Karena tak mungkin menggunakan pengujian, daftar
pertanyaan, pengumpulan pendapat, percobaan, dan sejenisnya, dalam
berkomunikasi dengan sesama manusia di mana mereka hadir sebagai
tamu dan di mana peralatan "obyektivitas" barat tidak berfungsi lagi, para
pakar Antropologi memanfaatkan kembali kemampuan kemanusiaan
dalam belajar, memahami, dan berkomunikasi. Mereka menghindari
banyak peralatan, yang secara tidak tepat mengobyektivitaskan kontak -
kontak kemanusiaan, sebab rnereka memang tidak mungkin
menggunakannya.
Antropologi seperti halnya sejarah, punya cara - cara dalam
mengeksplorasi dan menafsirkan suatu perwujudan sebagai sesuatu
yang unik, dan berusaha menafsirkannya dan punya cara - cara untuk
mencari generalisasi dan berteori sedemikian rupa, sehingga
menempatkan dirinya di dalam kelompok ilmu sosial. Metode - metode
yang digunakan adalah yang cocok dengan kondisi persoalan yang dikaji,
yaitu terutama bersifat menafsirkan atau membuat generalisasi dan
berteori. Tetapi dalam Antropologi, metode yang digunakan dibentuk
secara langsung oleh corak kontak - kontak dimana para ahli Antropologi
mengadakan pengamatan dan pengkajian.

BAGIAN I
PERSPEKTIF EVOLUSIONER

Sudut pandang etologis yang terlampau disederhanakan, yaitu sosiobiologi


yang berusaha mempelajari makhluk manusia menurut cara - cara yang
dikembangkan oleh para biolog, pada akhirnya nanti tidak akan memadai lagi
untuk bisa memperoleh pengertian mengenai unsur - unsur manusiawi, karena
cara - cara tersebut tidak bisa menampung kemampuan manusia yang luar bisa
sebagai hasil evolusi dalam menciptakan dunia simbolik.
Sebagai suatu pengantar mengenai evolusi manusia yang disajikan dengan
garis besar kronologi, urutan dan proses budayanya. Secara ringkas dan selektif
akan membahas mengenai kerangka waktu dan urutan perkembangan tradisi
budaya.

BAB 2 : EVOLUSI MANUSIA

3. Garis Keturunan Hominid


Manusia adalah primat. Evolusi Manusia bisa dibuktikan dengan
adanya perubahan yang terlihat dalam tahap - tahap evolusi manusia.
Tahapan - tahapan tersebut mulai dari manusia yang dikatakan sebagai
makhluk “primat” hingga menjadi manusia yang modern seperti sekarang
ini. “Ramapithecus” makhluk dari pinggiran hutan tropis, tersebar luas di
Afrika dan Asia selatan. Ramapithecus kemungkinan besar adalah
binatang yang hidup di pohon - pohon , jelas bahwa ia bisa berkeliaran di
atas permukaan tanah untuk mencari makan dan dapat berjalan di atas
kedua kakinya. Bisa jadi Ramapithecus ini adalah nenek moyang
langsung garis keturunan dari manusia dan kera. Simpanse dianggap
sebagai hewan yang memiliki kekerabatan paling dekat dengan manusia
ketimbang orang utan.
Pada dasarnya yang membuat manusia itu punya ciri yang khas ketika
dalam penggunaan bahasa dan simbol - simbol. Hal ini terbukti dalam
kehidupan para “primat” yang sudah bisa melakukan komunikasi dengan
kelompok - kelompok dengan penggunaan bahasa serta pemanfaatan
simbol yang ada, sehingga dalam hal ini bisa kita bisa menyimpulkan
bahwa bahasa dan simbol inilah faktor utama dalam evolusi manusia.
Munculnya tradisi budaya serta organisasi sosial yang dilakukan oleh
“primat” pada waktu itu.
4. Tradisi Perilaku Primat
Penelitian yang dilakukan oleh Van Lawick-Goodall dan rekan -
rekannya pada Simpanse di cagar satwa Gombe, dan Scaller dan Fossey
pada Gorila, sangat terkenal melalui media populer dan sejumlah kajian
rinci telah dilakukan pada binatang yang kurang dekat tingkat
kekerabatannya, yakni Kera besar Asia dan Kera. Semakin banyak
Simpanse dan Gorila yang dipelihara dalam rumah orang mendapat
pelajaran bahasa isyarat dan isyarat komputer. Hal yang sangat khas dari
kerabat - kerabat kita terdekat, yakni Simpanse dan Gorila, ialah adanya
"kemampuan untuk memelihara jalinan - jalinan sosial dalam
ketidakhadiran individu - individu yang bersangkutan." Kemampuan ini
memungkinkan Simpanse memelihara bentuk - bentuk kelompok sosial
yang sangat luwes.
Dalam jangka waktu satu hari, kelompok - kelompok yang terdiri dari
jantan semua, dari betina - betina dan anaknya, dari yang tua - tua dan
yang dewasa dari kedua jenis kelamin, bisa berhimpun, berpisah, dan
berhimpun lagi dengan cara - cara yang berbeda. Kita dapat menduga
bahwa keluwesan serupa merupakan ciri - ciri dari nenek moyang
bersama yang kita miliki bersama Simpanse, dan juga hominid - hominid
taraf awal.
5. Bahasa dan Simbol
Komunikasi pada Primat Non-Manusia, penggambaran keunikan
manusia ini telah banyak dikikis oleh kajian - kajian tentang kemampuan
komunikatif dan simbolik dari Simpanse dan Gorila yang dilakukan di
hutan, di laboratorium dan di rumah di mana kera besar telah dipelihara
dalam keluarga manusia. Kekayaan kode gerakan Simpanse baru mulai
dipahami. Sifat - sifat dasar primat dari kebanyakan khasanah tingkah
laku manusia dapat dilihat pada komunikasi Simpanse.
6. Budaya dan Biologi
Pandangan Kaum Interaksionis
Pertentangan masa kini yang menyelimuti sosiobiologi, perdebatan
mengenai perbedaan - perbedaan jenis kelamin yang digerakkan oleh
gerakan kaum wanita, dan pertentangan yang berkepanjangan perihal
dugaan perbedaan kecerdasan "rasial" menggambarkan ledakan politis
dari perdebatan lama tentang "bawaan-lingkungan" dalam selubung
modernnya. Mengatakan bahwa pembawaan biologis sangat
berpengaruh bagi pembentukan kepribadian atau kemampuan mental,
membuka kemungkinan bahwa populasi yang berlainan, atau pria dan
wanita, punya bekal yang berbeda dan hal ini memberi peluang pada
pembenaran bahwa ekonomi politik masyarakat industri merupakan
ungkapan dari kondisi biologis manusia.

BAB 3 : PERKEMBANGAN BUDAYA

7. Pakar Prasejarah sebagai Pakar Antropologi


Pakar Arkeologi yang berorientasi teori mulai bekerja dengan banyak
kelemahan, karena bukti pendukung biasanya begitu sedikit dan sulit
ditafsirkan. Corak bukti pendukung yang harus digunakannya mau tak
mau mengarahkan perhatian pada segi materi ketimbang segi gagasan
kehidupan manusia. Segi budaya yang dapat direkonstruksi dengan
sangat baik ialah cara penyesuaian terhadap lingkungan fisik - piranti,
pola pemukiman, perekonomian swasembada. Perihal kekayaan dimensi
pemikiran dan kreativitas manusia, kita hanya dapat menemukan sedikit
sekali peninggalan dalam bentuk hiasan pada barang pecah-belah,
ukiran, dan lukisan pada batu.
Pakar Prasejarah Kontemporer memiliki peralatan canggih teknologi
abad atom guna membantu pekerjaan penafsiran. Penentuan kurun
waktu dengan radiokarbon (radiocar- bon dating), yang menggunakan
tingkat konstan degradasi isotop karbon radioaktif sebagai penunjuk usia
benda organik, adalah cara yang paling banyak digunakan untuk
menentukan umur tempat kuno.
8. Manusia Paleolitik
Kehidupan manusia purba ini mungkin sudah melampaui teknologi
sekedar untuk bisa hidup. Tetapi gagasan, juga suatu barang yang tak
tahan lama, hampir tidak terlihat sepanjang kurun waktu yang lama ini.
Secara tradisional, kurun waktu penting masa prasejarah ditandai dengan
tradisi budaya batu yang merupakan bukti kuat teknologi masa itu. Jadi,
kurun waktu yang panjang dari masa piranti batuan purba sampai kurun
waktu sebelum mulainya pertanian disebut Paleolitik “zaman batu purba".
Pada gilirannya, hal ini terbagi menjadi "zaman batu lama" dan "zaman
batu baru' (kurun waktu di mana manusia mula - mula digolongkan
modern secara anatomi, mulai sekitar 35.000 tahun yang lalu).
9. Produksi Pangan
Asal mula produksi pangan bercocok tanam dan memelihara binatang
tak henti - hentinya dikaji secara Arkeologis dan tak habis - habisnya
diperdebatkan secara teoretis. Walaupun urutan apa yang terjadi tampak
agak jelas, bagaimana dan mengapa hal itu terjadi, belum dapat
dipastikan. Produksi pangan mengalami evolusi secara terpisah paling
tidak di tiga bagian dunia di Timur Dekat, di Asia Tenggara, dan di
Mesoamerika. Evidensi bagi Asia Tenggara masih terpenggal - penggal
tetapi urutan perkembangan di Timur Dekat dan Meso-Amerika telah
menantang para teoretisi perubahan budaya dan asal - usul negara, yang
melihat perubahan budaya sebagai eksplorasi sejajar dalam perjalanan
menuju masyarakat yang lebih kompleks dengan kontrol teknologi yang
lebih besar.
10. Urbanisme dan Timbulnya Negara
Perkembangan cara kehidupan di daerah perkotaan, munculnya
negara, dan lahirnya peradaban, menggambarkan adanya proses evolusi
maupun proses revolusi: evolusi dalam pengertian seperti munculnya
pertanian semuanya tadi berlangsung secara berangsur - angsur, bukan
perubahan dramatis dan revolusi dalam pengertian seperti produksi
pangan peradaban perkotaan dan masyarakat negara membawa
masyarakat kepada bentuk dan corak kehidupan yang sama sekali baru.
Peradaban ialah suatu tradisi budaya yang dikembangkan, khususnya
ditandai oleh adanya sistem tulisan. Peradaban mencerminkan
penciptaan himpunan pengetahuan khusus, perkembangan dalam seni
dan ilmu, suatu jenis yang hanya diciptakan dan dipertahankan oleh suatu
kelas atau kelas - kelas tertentu.
Urbanisme menggambarkan suatu bentuk organisasi dalam ruang,
yang ditandai bukan hanya oleh tempat pemukiman yang berdekatan dari
jumlah penduduk yang besar, tetapi oleh bentuk organisasi yang
diperlukan untuk mempertahankan patokan minimal tentang hukum dan
ketertiban, pemasokan pangan dan air, dan sebagainya.

BAGIAN II
BUDAYA, MASYARAKAT, DAN INDIVIDU

Pemahaman mengenai pengertian budaya , masyarakat dan individu . Selain


mengetahui konsep dasar mengenai budaya, kita akan membahas mengenai
struktur pikiran dan bahasa yang mempengaruhi evolusi budaya. Di bab
selanjutnya kita akan membahas mengenai bagaimana hubungannya manusia
dengan budaya dengan adanya sistem pengetahuan yang juga dapat
mempengaruhi perkembangan budaya itu sendiri.

BAB 4 : BUDAYA DAN MANUSIA : BEBERAPA KONSEP DASAR

Goodenough (1957,1961) telah mengemukakan bahwa kebanyakan definisi


dan pemakaiannya telah mengaburkan perbedaan penting antara pola untuk
perilaku dengan pola dari perilaku. istilah budaya dipakai untuk mengacu pada
sistem pengetahuan dan kepercayaan yang disusun sebagai pedoman manusia
dalam mengatur pengalaman dan persepsi mereka, menentukan tindakan, dan
memilih di antara alternatif yang ada.

“Budaya terdiri dari gagasan - gagasan dan makna yang dimiliki bersama”
(Robert M. Keesing:1992). Dalam hal memaknai budaya sebagai suatu sistem
yang dimiliki bersama adalah pola yang terjadi serta bentuk - bentuk tindakan
yang mempengaruhi terbentuknya budaya itu sendiri. Hal tersebut bisa dimaknai
secara kesepakatan bersama dalam suatu pembentukan budaya. Budaya pada
dasarnya ada karena di konstruksikan sendiri oleh masyarakat .

Kita perlu untuk bisa memahami budaya sebagai suatu proses sosial yang
terjadi di masyarakat. “Kita juga perlu memahami distriusi pengetahuan budaya
di dalam masyarakat , agar kita bisa mengkonseptualisasikan proses - proses
penyaluran dan perubahan budaya serta mengkaitkan semua tadi dengan
berbagai kenyataan politik dan ekonomi“ (Robert M. Keesing:1992). Hubungan
yang ada antara budaya dengan masyarakat ketika peran identitas dan
kelompok juga terlibat sebagai perantara keduanya.

“Kelompok sosial adalah sekumpulan individu yang mengadkan hubungan


secara berulang-ulang dalam perangkat hubungan identitas yang bertalian.
Sistem sosial adalah sistem yang terjadi diantara hubungan suatu identitas
dengan kelompoknya” (Robert M. Keesing:1992).

BAB 5 : BAHASA DAN KOMUNIKASI

Para pakar bahasa yang meneliti bahasa - bahasa bukan barat misalnya
bahasa penduduk pribumi Amerika, atau bahasa Afrika atau bahasa bangsa tribal
di Pasifik, selama puluhan tahun pertalian mereka dengan Antropologi sama
eratnya dengan linguistik. Semenjak tahun 1960, revolusi pemikiran dalam
linguistik memaksa ditinggalkannya berbagai asumsi tentang bahasa dan
pertaliannya dengan segi - segi budaya yang lain. Revolusi pemikiran ini, yang
dikenal sebagai tata bahasa “transformasional" atau “generatif", bertujuan untuk
memberikan penjelasan formal tentang pengetahuan bahasa seorang penutur
sebagai seperangkat kaidah logis yang eksplisit.

Pertama, bahasa yang terutama digumuli oleh para pakar teori bahasa ialah
bahasa Eropa (terutama bahasa Inggris, Jerman, dan Rusia) Salah satu asumsi
dasar mereka ialah bahwa sebagai sistem formal, semua bahasa adalah
perbedaan - perbedaan di permukaan, relatif punya banyak kesamaan dan
karena intuisi seorang penutur merupakan unsur penting dalam menguji kaidah.
kaidah bahasa adalah cukup beralasan jika bahasa asli si pakar bahasa yang
dijadikan sasaran analisis.

Bahasa memiliki beberapa prinsip pokok, antara lain mengenai arti bahasa itu
sendiri. “Bahasa adalah suatu sandi yang konseptual, sistem pengetahuan (yang
terutama tidak disadari) yang memberikan kesanggupan pada penutur dan
pendengar guna menghasilkan dan memahami ujaran - ujaran tersebut.”
Beberapa bahasa mempunyai sistem kata kerja yang kompleks atau
penggolongan kata, sederhananya adalah “aglutinatif” yang berarti tentang
penggabungan sederet imbuhan.

Dengan bahasa kita dapat menemukan suatu budaya, maksudnya adalah kita
akan dapat melihat perkembangan bahasa dengan berkembangnya suatu
budaya. Dengan bahasa kita akan dapat menemukan suatu gagasan,
pengetahuan yang terus berkembang dan baru. Terbukti dengan hal tersebut kita
dapat mencermati suatu gejala budaya yang terjadi di dalam masyarakat.

Komunikasi ada dua yaitu yang bahasa dan non bahasa. Yang non bahasa
bisa berupa suatu gerakan - gerakan yang dapat dipelajari dari Simpanse yang
dalam masa purbanya mengalami evolusi budaya. Pengaruh komunikasi yang
seperti inilah yang memudahkan budaya terbentuk. Dengan penggunaan ruang
gerak berupa fisik dalam sistem dan struktur sosial.

BAB 6 : BUDAYA DAN INDIVIDU

Pada dasawarsa 1930-an, 1940-an, dan 1950-an, para pakar Antropologi


kebanyakan berasal dari Amerika, dimana dikenal antara lain nama - nama
seperti Margaret Mead, Ruth Benedict, dan Ralph Linton - menggumuli persoalan
- persoalan tersebut secara langsung. Suatu tradisi penelitian tentang "budaya
dan kepribadian" segera terbentuk di bidang Antropologi, terasa diperlukan
dengan sangat mendesak selama Perang Dunia II lantaran adanya upaya untuk
memahami "watak nasional" dari sekutu dan musuh. Sejak 1960, penelitian
dalam "budaya dan kepribadian" menjadi tidak populer dan dianggap buruk.
Salah satu akibat yang sangat disayangkan ialah banyaknya berbagai masalah
konseptual penting dan empiris disapu begitu saja dan diabaikan.

“Kepribadian dalam arti konvensional lebih merujuk kepada suatu integrasi


berkelangsungan dari alam kejiwaan seseorang daripada terhadap suasana hati
dan motif” (Robert M.Keesing :1992). Dalam hal ini kita akan tahu bahwa
kepribadian dapat dibedakan dari tradisi budaya masyarakatnya. Di dalam
proses budaya kita akan menemukan suatu penyakit kejiwaan yang berarti
mempengaruhi antara pribadi,kelompok dan masyarakat yang dapat membawa
dampak penyakit kejiwaan. Pentingnya kita untuk mengetahui perbedaan dari
presespsi dengan memory. Seperti yang dikatakan oleh R.L Gregory mengenai
presepsi itu sendiri, “cara kita melihat dibentuk oleh apa yang diketahui“ ( Roger
M.Keesing:1992).

BAGIAN III
MASYARAKAT TRIBAL : KE ARAH PANDANGAN SISTEMIK

Dalam bab ini akan membahas mengenai perubahan sudat pandang


mengenai masyarakat tribal yang tadinya tidak melihat secara sudut pandang
yang regional dan sistemik. Keesing akan mengajak kita untuk melihat
masyarakat primitif dengan sudut pandang yang regional dan Sistemik agar kita
bisa melihat masyarakat benar - benar terasing itu hanyalah mitos dan
penyerderhanaan.

BAB 7 : DUNIA TRIBAL SEBAGAI MOSAIK, SEBAGAI TAHAPAN, DAN


SEBAGAI SISTEM

Pada pandangan mosaik, masyarakat tribal berskala kecil seperti di daerah


Afrika, Asia Tenggara dan Amerika Selatan merupakan semacam mosaik
berbagai budaya. Setiap budaya dipandang seolah - seolah merupakan
potongan yang berlainan warna, atau terpisah dalam suatu mosaik
keanekaragaman manusia yang harus dinilai secara mandiri atau satu persatu.
Sedangkan pada pandangan tahapan menunjukkan tingkatan perkembangan
yang terjadi pada masyarakat tribal khususnya pada sistem organisasi.

Masyarakat tribal yang dijadikan sebagai sistem, masih adanya


pencampuradukan teknologi dan tingkatan budaya. Hal ini jika kita berpikir
menggunakan tahapan kita akan cenderung memandang masyarakat tribal di
berbagai daerah tropis sebagai manusia zaman neolitik karena penggunaan
piranti dianggap sebagai kekuatan dan pendorong besar dalam penyebaran
penduduk dan perekonomian. Perubahan - perubahan yang terjadi dalam
tingkatan masyarakat tribala seperti yang dikatakan Keesing bahwa perubahan
yang dilakukan oleh orang yang beranjak dari satu tingkatan ke tingkatan yang
lain termasuk perkembangan dari segi ekonomi dan mata pencaharian karena
pengaruh langsung dari peradaban.

Keesing menyimpulkan bahwa budaya tribal tidak terpisahkan dari pengaruh


negara atau peradaban, dan pendapat orang Eropa pertama kali mengenai
budaya tribal yaitu “sejak zaman dahulu kala” adalah sesuatu hal yang salah.

BAB 8 : BENTUK SUBSISTENSI, BENTUK ADAPTASI


Pemburu dan meramu yang kontemporer sangat berhubungan dengan
perkembangan teknologi yang pesat. Keesing mengatakan adanya gangguan
kedatangan orang barat yang membawa persoalan terus diperdebatkan.
Pengaruh yang dibawa dari orang - orang barat ini adalah pemburu dan peramu
menjadi terikat oleh sistem politik dan sosial. Persoalan untuk adaptasi menjadi
persoalan tentang sistem regionalnya.

Selain itu Keesing mengatakan kalau kegiatan pemburu dan meramu ini
adalah salah satu kegiatan yang didasarkan pada sifat alamiah manusia.
Maksudnya para pemburu dan peramu kontemporer ini dianggap sebagai
sumber lansung bagi data mengenai masyarakat purba. Menghadapi masyarakat
secara murni dan dengan keadaan yang terisolasi. Mereka bekerja karena
menyesuaikan lingkungan dan dorongan untuk mencari pangan untuk
penghidupan keluarganya di jaman tersebut.

Dalam kelompok masyarakat pemburu dan meramu ini juga sudah mengenal
organisasi sosial. Hal ini dibuktikan dengan adanya sistem pembagian kerja di
jaman purba tersebut. Di dalam buku ini Keesing memberikan contoh kasus
mengenai model sosial patrilokal yang semua mengarah kepada garis ayah .
Para pria menghabiskan waktunya untuk berburu sedangkan anak perempuan
meninggalkan kelompok tersebut saat kawin.

Adaptasi peternakan dalam ruang dan waktu, dalam hal ini seperti yang ada di
daerah Iran dan Afghanistan yang tanahnya sangat kering sehingga tidak cocok
untuk bertani lalu memilih untuk menjadi peternak. “Menurut sejarahnya,
peternakan merupakan suatu pemisah dari kompleksitas campuran antara
pertanian dan peternakan zaman purba, sebagai adaptasi terhadap padang
rumput yang kering. Masyarakat yang ada di Afghanistan dan Iran ini buki bahwa
adanya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang ada yang sangat
mempengaruhi pekerjaan serta didorong dengan tujan untuk mencari sesuap
makan yang mendesak masyarakat untuk mengatasi persoalannya sendiri.
Dengan beternak dianggapnya sebagai profesi yang cocok dilakukan di padang
rumput yang kering karena tanah kering tidak cocok untuk bertani.

BAB 9 : BAGAIMANA KEBUDAYAAN BERKEMBANG


Pada dasarnya hidup manusia sangat berpengaruh oleh alam dan
ligkungannya. Dengan kebiasaan yang ada akan menciptakan suatu
perkembangan budaya yang terus menerus berkembang karena adanya
kemampuan adapatsi masing - masing individu yang berbeda - beda serta
lingkungan yang juga belum stabil. Pada dasarnya perubahan - perubahan pola
masyarakat yang terjadi memunculkan suatu perkembangan budaya . Selagi
manusia masih bisa beradaptasi dengan lingkungan disitulah manusia bisa
membentuk suatu budaya baru yang akan terus berkembang sesuai
lingungannya dengan tujuan untuk survive atau bertahan hidup demi
kelangsungan hidup masyarakat.

BAGIAN IV

DUNIA TRIBAL WARISAN KEANEKARAGAMAN MANUSIA

“Para pakar ekonomi yang berusaha mengontrol inflansi bekerja dengan suatu
sistem teoritis yang dibangun atas dasar asumsi mengenai hakikat manusia dan
masyrakat Begitu juga para ilmuwan politik dan sosiolog. Tugas utama
antropologi yang kini baru saja mulai berteori setelah beberapa dasarwasa hanya
berusaha menguraikan kebiasaan yang eksostik adalah mengajukan pertanyaan
fundamental ini secara jujur dan dengan mempertanyakan hal tersebut terhadap
dasar keseluruhan tata cara kehidupan manusia dalam waktu dan ditempat yang
berbeda - beda diharapkan diperoleh dasar yang lebih kukuh bagi ilmu sosial
perbandingan”.

BAB 10 : BERBAGAI SISTEM PEREKONOMIAN

Dalam produksi didalam masyarakat tribal lebih menggunakan pada sistem


pembagian kerja berdasarkan spesialisasi pembagian kerja berdasarkan usia
dan jenis kelamin. Serta dalam pendistribusian hasil kerja di dasarkan pada
sistem kekrabatan dan perkawinan. Tak ada yang mengatur dalam
pendistribusian ini sehingga yang mendasari ini semua berdasarkan melalui
struktur dan ungkapan kekerabatan dan komunikasi. Dalam sarana dan cara
produksi dalam hal ini dijelaskan bahwa hanya alat-alat yang dimilki oleh
perorangan secara kolektif.

BAB 11 : KEKERABATAN, KETURUNAN DAN STRUKTUR SOSIAL

Adanya perbedaan antara budaya (gagasan, kategori, dan peraturan) dan


social (orang tindakan, peristiwa dan kelompok) akan sangat penting. Kategori
budaya adalah seperangkat satuan di dunia ini, orang, barang, peristiwa,
kegaiban yang dikelompokkan dalam suatu kategori untuk berbagai maksud
tertentu, karena mempunyai kesamaan dalam satu atribut budaya atau lebih.
Sedangkan suatu kelompok social, di pihak lain, terdiri dari manusia
sesungguhnya yang terdiri dari darah daging. Yang membedakan kelompok
social dari kerumunan atau gerombolan adalah adanya organisasi.

Menurut Keesing Kekerabatan bagi kita secara intuisi menunjuk pada


“hubungan darah”. Kita menganggap hubungan kekerabatan, yang didasarkan
pada “darah” sebagai suatu hal yang alamiah dan abadi, hubungan ini yang
menyebabkan timbulnya kewajiban solidaritas. Sistem kekerabatan ini juga
dianggap sebagai suatu tindakan sosial yang terjadi karena adanya interaksi
antar individu yang memberikan kewajiban sosial terhadap individu masing -
masing.

Kekerabatan juga dianggap sebagai ungkapan dasar dari hubungan social.


Dalam menganalisis suatu masyarakat tribal atau tani, kita harus lebih dulu
kekerabatan agar bisa memahami berbagai hal lainnya. Bahkan bila orang -
orang di dalam masyarakat tribal bersaing guna memperoleh keuntungan
ekonomi atau kekuasaan politik, mereka cenderung membicarakan apa yang
mereka perbuat berdasarkan kekerabatan. Kerabat itu juga memiliki
pengklasifikasian yang terdiri dari Teori alternative tentang terminology
kekerabatan. Pengertian mengenai Terminology kekerabatan adalah cara
mengklasifikasikan “berbagai jenis orang” yang dilihat dari segi sosial relevan
untuk kehidupan seseorang dan itu tergantung kepada bagaimana cara suatu
masyarakat diorganisasikan menjadi kelompok, dan bagaimana kelompok itu
berkaitan satu dengan yang lain.
Judul Buku : Antropologi Budaya suatu Perspektif Komtemporer Jilid 2
Penulis : Roger M. Keesing, Samuel Gunawan
Penerbit : Erlangga
Tebal : 324 halaman

BAB 12 : PERKAWINAN, KELUARGA, DAN KOMUNITAS


Perkawinan adalah suatu transaksi yang menghasilkan suatu kontrak di mana
sese-orang (pria atau wanita, korporatif atau individual, secara pribadi atau
melalui wakil) memiliki hak secara terus - menerus untuk menggauli seorang
wanita secara seksual, hak ini mempunyai prioritas atas hak untuk menggauli
secara seksual yang sedang dimiliki atau yang kemudian diperoleh oleh orang -
orang lain terhadap wanita tersebut (kecuali yang melalui transaksi semacam),
sampai kontrak hasil transaksi itu berakhir dan wanita yang bersangkutan
dianggap memenuhi syarat untuk melahirkan anak (Goodenough:1970).

Pemikiran - pemikiran umum yang penting untuk memahami arti perkawinan


dalam dunia tribal (kesukuan) :

1. Secara karakteristik perkawinan itu bukan hubungan antara individu akan


tetapi suatu kontrak antar kelompok.
2. Perkawinan menimbulkan perpindahan atau peralihan berbagai hak - hak
yang berpindah dari kelompok istri ke kelompok suami (atau sebaliknya)
sangat berbeda antara lain meli-puti jasa tenaga, hak seksual, hak atas
anak, harta milik, dan sebagainya.
3. Meskipun perkawinan menyangkut hak prioritas bagi suami untuk
menggauli istri secara seksual, itu tidak harus dilaksanakan seperti yang
sudah kita lihat, secara langsung atau tidak.
4. Perkawinan itu tidak harus monogami.

Kita telah melihat bahwa dalam masyarakat tribal seperti Maring, Iban, dan
Trobriand, sebagaimana halnya masyarakat kita (orang Barat) sendiri, kelompok
domestik rumah tangga merupakan unit primer dalam kegiatan produksi dan
konsumsi sehari - hari. Mengapa unsur pokok bangunan masyarakat paling
mudah dapat diamati melalui, dan berdasarkan, sistem keturunan dan
perkawinan ialah karena berdasarkan sistem keturunan dan perkawinan itulah
kelompok rumah tangga dibentuk, diatur organisasinya, dan diikat menjadi satu.

Sumbu variasi dalam struktur komunitas. Berbagai jenis desa dan dusun kecil
yang terdapat pada masyarakat tribal merupakan keadaan tengah - tengah
antara pangkalan para pemburu peramu yang selalu berpindah - pindah dan kota
masyarakat urban (yang telah berkoeksistensi selama ribuan tahun). Bahkan di
antara masyarakat yang secara kasar kita klasifikasikan sebagai dunia tribal
terdapat variasi besar mengenai besarnya komunitas. Di antara pekebun
hortikultura yang berpindah - pindah, kelompok rumah tangga hidup terpencar di
suatu daerah dalam kelompok dua, tiga atau empat, atau bahkan satu rumah
tangga yang harus sering berpindah mengikuti siklus perpindahan ladang.

BAB 13 : KEKUASAAN DAN POLITIK

Sistem Politik sebagai Superstruktur. Basis ekonomi masyarakat yaitu


organisasi produksi dan distribusinya, mempunyai segi sosial cara bagaimana
manusia diorganisasikan dan segi teknis, berupa alat - alat, pengetahuan, dan
sumber daya fisik, seperti misalnya tanah, yang bisa diusahakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Bersama - sama, hubungan sosial dan sumber
daya teknologi membentuk basis atau infrastruktur.

"Masyarakat Tribal" tanpa Penguasa. Ini merupakan masalah Antropologi


yang klasik. Gerombolan masyarakat Aborigin Australia atau orang Bushman
cukup kecil sehingga kepemimpinan informal, atau wibawa kaum tua,
kelihatannya sudah memadai untuk skala organisasi masyarakat tersebut. Akan
tetapi bila para Antropolog yang berorientasi teori harus berhadapan dengan
masyarakat Afrika dengan jumlah penduduk sebanyak puluhan atau bahkan
ratusan ribu orang, masalah tata tertib menjadi suatu masalah besar.

Dinamika Sistem Politik. Evolusi sistem politik yang lebih kompleks juga sudah
mulai didokumentasikan dari banyak daerah di Afrika, Asia, dan Amerika.
Perubahan sistem ekonomi dan politik ke arah yang lebih kompleks dari
"masyarakat tribal' ke masyarakat kesukuan (chiefdom), dari masyarakat
kesukuan ke negara mini mungkin timbul karena adanya gagasan yang berasal
dari tetangga mereka. Kemudian perlu dingat pula bagaimana penyebaran
gagasan keagamaan dan politik Hindu ke Asia Tenggara menjadi katalisator bagi
lahirnya berbagai negara dari sistem masyarakat kesukuan.

BAB 14 : DUNIA WANITA DAN DUNIA PRIA

Dunia Wanita. Perbedaaan - perbedaan yang besar mengenai peranan wanita,


kehidupan wanita, dan citra simbolis wanita pada waktu yang berbeda - beda
dan di berbagai tempat mulai tampak dengan jelas sesudah dasawarsa tahun
1970-an diadakan kerja etnografi yang serius mengenai dunia wanita. Sejumlah
buku telah berusaha mengadakan generalisasi berdasarkan hasil penelitian
etnografis tersebut suatu tugas yang semakin sukar karena literatur yang terbit
semakin banyak dan beragam. Bermula pada awal tahun 1970-an dan
meningkat menjadi arus buku dan artikel yang semakin deras, para antropolog
yang mewakili semua aliran teori, kebanyakan di antaranya ditulis oleh orang
Amerika dan sebagian besar wanita, telah menghasilkan literatur yang sama
sekali baru tentang kedudukan wanita secara lintas-budaya.

Prasangka Pria dalam Antropologi. Dewasa ini sudah cukup didokumentasikan


bahwa karena seksisme dalam seiarah masyarakat dan ilmu sosial Barat, para
antropologi baik pria maupun wanita melihat berbagai peristiwa di lingkungan
masyarakat lain, dan memaparkannya dengan prasangka pria yang kuat. Kita
hanya perlu mengingat lagi upacara distribusi kaum wanita yang spektakuler,
yang berhubungan dengan kematian di Trobriand, yang boleh dikatakan tidak
terlihat dan tidak pernah diceritakan selama bertahun - tahun. Bahwa berbagai
aspek kehidupan dan dunia wanita yang tidak begitu mencolok praktis tidak
diketahui dalam masyarakat demi masyarakat, hampir tidak mengherankan.
Prasangka pria dalam penafsiran adalah suatu tema yang tiada habis - habisnya.

BAB 15 : STRUKTUR KESENJANGAN


Konseptualisasi Kesenjangan. Pada zaman yang telah lalu hampir di mana -
mana terdapat aturan peringkat sosial yang rumit. Di Roma purba ada patrisian,
prajurit, plebeian dan budak. Pada abad pertengahan ada bangsawan feodal,
vasal (orang kepercayaan bangsawan bertindak sebagai (penggaduh tanah),
pengrajin, pekerja harian, magang (apprentice), dan budak. Dalam hampir semua
kelas tersebut terdapat lagi pembedaan tingkat (Marx dan Engels 1848).

Berdasarkan teori kelas seperti itu Marx menganggap petani (peasant)


sebagai kelompok yang meragukan. Kelas dalam arti yang sebenarnya ditandai
oleh adanya kesadaran akan nasib bersama, adanya tempat bagi suatu
kelompok dalam suatu susunan tertentu dalam hubungannya dengan orang -
Orang lain, ditandai oleh adanya solidaritas kolektif kelompok, dan adanya
kepentingan bersama dalam kaitannya dengan produksi. la menyatakan bahwa
petani Eropa tidak menunjukkan adanya kebersamaan yang menyatakan adanya
kelas dalam arti yang sebenarnya.

Perbudakan. Perbudakan menjadi lebih mudah dipahami kalau kita kaitkan


dengan hubungan antar-kelas. Di sini stereotip kita tentang perbudakan di
perkebunan sangat menyesatkan. Pertama, ada baiknya untuk memikirkan
tentang sentralitas perbudakan di Yunani dan Roma pada zaman dahulu.
Perbudakan di dunia lama, yang terutama diperoleh dari tawanan - tawanan
perang, mempunyai pengertian kelas yang berbeda sekali dengan perbudakan di
perkebunan Amerika. Demikian juga keadaan perbudakan dalam masyarakat
prakolonial Afrika. Miers dan Kopytoff (1977) dalam kata pengantar yang panjang
untuk sebuah buku mereka tentang sistem perbudakan mengemukakan bahwa
untuk memahami perbedaan besar antara fenomena yang dimasukkan ke dalam
pengertian “perbudakan", orang harus melepaskan beberapa premis Barat
tentang individualisme dan otonomi.

BAB 16 : HUKUM DAN PENGENDALIAN SOSIAL


Tulisan tentang "konformitas dan penyimpangan", khususnya dalam sosiologi,
biasanya mulai dengan menentukan konsep “norma" yang sempit, sebagai
sesuatu katakanlah yang harus dikerjakan atau justru tidak boleh dikerjakan.
Beberapa norma memang bersifat umum dan ditaati atau dilanggar secara sadar.
Akan tetapi banyak "peraturan - peraturan" lain yang bersembunyi di bawah
permukaan, telah berhasil diungkapkan oleh peneliti Antropologi dengan
mengikuti petunjuk yang diberikan oleh kaidah tata bahasa. Peraturan tersebut
terkandung secara implisit dalam perilaku kita, tertanam dalam pada kebiasaan
dan proses kejiwaan yang tidak disadari. Peraturan yang kita langgar atau ingin
kita langgar, terletak pada permukaan sistem pengetahuan bersama yang
kompleks dan rumit yang kita sebut budaya. Dalam berkomunikasi kita memang
merupakan dan harus menjadi pengikut aturan.

Tanpa Pengadilan: Jangkauan Proses Hukum. Bila tidak ada struktur politik
formal, yang mempersatukan anggota - anggota dari berkelompok kerabat yang
berbeda mekanisme penyelesaian perselisihan kemungkinan besar akan
didasarkan atas perundingan atau konfrontasi langsung antara orang - orang
atau kelompok - kelompok kerabat yang tersangkut. Dalam masyarakat tanpa
negara, perselisihan dengan mudah dapat meledak menjadi dendam kesumat.
Jadi suatu pelanggaran dapat diselesaikan melalui perundingan hukum atau di
luar kerangka hukum.

BAB 17 : AGAMA : RITUAL, DONGENG, DAN ALAM SEMESTA

Bentuk - bentuk Kepercaryaan. Para ahli Antropologi dapat dengan mudah


untuk mengenali peristiwa dan tingkah laku manusia seperti dalam kepercayaan
yang dilakukan oleh : masyarakat pedesaan di Filipina, dimana mereka
menghidangkan makanan tambahan bagi peserta makhluk halus yang tak
kelihatan, orang dewasa di Afrika Barat mengaduk anggur dan beras atau
membunuh seekor kambing sambil berbicara dengan mahluk yang tak nampak,
suku Trobriand menghidangkan makanan dan mendirikan mimbar bagi
pengunjung yang tak kelihatan di desa mereka, orang Indian Amerika pergi
sendiri - sendiri ke dalam hutan belantara untuk mengunjungi tamu - tamu yang
dapat dikhayalkan dalam pikiran mereka. Agama sangat bervariasi dalam
peranannya di alam semesta ini dan cara manusia berhubungan denga agama
tersebut.

Dalam hal ini bisa terdapat kelompok dewa - dewi, satu dewa, atau sama
sekali tidak ada roh atau bahkan mahluk dan kekuatan yang berlebihan,
kelompok ini secara konstan dapat menghalangi kegiatan manusia atau tanpa
terlibat dan jauh. Kelompok ini bersifat hukum (punitive) atau bersifat positif.
Berhubung dengan ini manusia dapat merasa kagum/hormat atau dapat merasa
takut tetapi juga mereka dapat membangkitkan kekuatan gaib atau berusaha
memperdayakannya (mengakalinya). Agama kepercayaan dapat juga mengatur
moral manusia melakukan atau melanggar moral.

BAB 18 : INTEGRASI MASYARAKAT, STRUKTUR KEBUDAYAAN

Antropologi abad ke-19 sebagian besar terlibat dalam spekulasi di belakang


meja tentang evolusi masyarakat pada zaman dahulu dalam membuat bagan
bagaimana perkawinan, kekerabatan, dan agama secara progresif berkembang.
Rekonstruksi spekulatif seperti itu akhirnya menyebabkan orang di Inggris
maupun di Amerika Serikat menolak “sejarah yang bersifat konjektural" (terkaan).
Di Amerika, reaksi terhadapnya mula - mula mengambil bentuk historisisme yang
hati - hati, oleh Franz Boas, A. L. Kroeber, dan Ralph Lowie. Kemudian
kemunculan pandangan holistik tentang kebudayaan, dalam karya sarjana
seperti (kebanyakan murid Boas) Kroeber, Ruth Benedict, Ralph Linton, Margaret
Mead, Melville Herskovits, dan Clyde Kluckhohn.

Sejak tahun 1960-an terjadilah saling pendekatan antara tradisi - tradisi


tersebut terjadilah suatu internasionalisasi dan perluasan dari pendidikan
teoretis. Dengan mendefinisikan bidang sosial agak lebih sempit dan lebih tajam,
dan mendefinisikan "kebudayaan" lebih sebagai sesuatu yang ideasional dan
bukan institusional, kita mendapat sarana untuk menyesuaikan kedua perspektif
tersebut seketika.
BAGIAN V

ANTROPOLOGI DAN MASA KINI

Dengan mempelajari keanekaragaman tata kehidupan di masyarakat berskala


kecil Antropologi telah mendapat kemampuan untuk secara khusus memahami
keanekaragaman umat manusia dan kemungkinan umat manusia. Akan tetapi
justru sistem sosial dan ekonomi Barat yang membawa para sarjana Sampai ke
perbatasan "peradaban" malahan memperbudak dan menghancurkan bangsa -
bangsa di sepanjang perbatasan itu. Selama 100 tahun sejak Antropologi
menjadi studi akademis yang serius, kenaikan bintang dan dominasi Barat
menjadi sempurna ratusan masyarakat telah dipunahkannya atau ditelannya.
Meskipun bangsa yang dahulu merupakan dunia kesukuan itu kebanyakan telah
menjadi anggota negara merdeka, banyak di antaranya menceburkan diri dalam
dunia yang lebih luas hanya untuk diperas, menjadi miskin, kehilangan
Kekuasaan, marginal, dan di bidang kebudayaan menjadi miskin.

BAB 19 : RESPONS TERHADAP BENCANA DUNIA KESUKUAN DAN


EKSPANSI BARAT

Kolonialisme dan Mitos Barat. Orang - orang Amerika yang dibesarkan dengan
mitos yang menjadi warisan sejarah mereka, George Washington menebang
pohon ceri, Abe Lincoln membebaskan budak belian, Teddy Roosevelt
menyerang San Juan Hill kemungkinan besar tidak akan mempunyai perspektif
kritis terhadap sejarah mereka sendiri dan sejarah peradaban Barat yang juga
menjadi warisan mereka, kecuali kalau mereka bekeria keras untuk belajar
sendiri lagi.

Pemahaman global dari ekspansi Barat dan dampakya memerlukan


pengulangan analisis dari pranata - pranata Barat yang paling dikeramatkan.
Sebuah contoh yang jelas adalah agama Kristen. Yang mulai sebagai agama
untuk kaum tertindas, menjelang Perang Salib dan khususnya pada jaman
"penemuan - penemuan" orang Spanyol dan Portugis, telah menjadi agama para
penakluk. Secara historis, agama Kristen dalam dirinya sendiri telah menjadi
kekuatan imperialis dan ekspansionis, dan menjadi budak imperium dalam
menundukkan bangsa yang dikalahkan dan mengatur organisasi mereka menjadi
komunitas dimana tenaga mereka dapat diperas.

Para ahli antropologi yang bekerja di garis depan kolonial atau di antara orang
Indian di Amerika, relatif lamban untuk mengetahui bahwa proses perubahan
yang terjadi di depan mata mereka sendiri itu pantas untuk dijadikan bahan studi
yang serius (F.M. Keesing 1952). Tugas mereka terutama dilihat sebagai usaha
untuk membuat rekonstruksi dari tata kehidupan "masa kini etnografis", suatu
tugas di mana perubahan - perubahan yang disebabkan oleh administrasi kolonil,
oleh kaum misionaris, dan oleh perkebunan dipandang sebagai penghambat
analisis.

BAB 20 : PETANI

Petani itu menjadi bagian dari panorama dunia sejak timbulnya negara dan
pusat perkotaan di Timut Tengah. Jadi, adanya petani itu bersamaan waktunya
dengan tata kehidupan kesukuan yang terbesar dan diversifikasi di dunia bagian
tengah, yang kebanyakan beriklim tropis. Akan tetapi, Antropologi, yang mulai
sebagai studi tentang masyarakat berskala kecil yang “primitif" dan terdapat di
sepanjang garis depan ekspansi kolonial, lamban sekali mengalihkan
pandangannya kepada penduduk petani yang besar, yang terdapat di Amerika
Latin, Asia, dan Eropa. Perkembangan Antropologi yang sering tentang
masyarakat petani terutama terjadi sejak tahun 1950 ini merupakan tema yang
semakin luas dalam dasawarsa itu, dan hingga sekarang sebagian besar studi
Antropologi memusatkan perhatiannya kepada komunitas petani.

Komunitas Petani sebagai Sistem Tertutup dan Terbuka. Sebuah unsur yang
esensial dalam kehidupan petani ialah sifatnya yang mendua. Di satu pihak,
secara karakteristik petani itu menghasilkan banyak dari kebutuhan hidup
mereka sendiri. Secara karakteristik, komunitas petani itu mempunyai orientasi
swasembada dan tertutup. Akan tetapi di lain pihak, petani juga menghasilkan
bahan pangan dan produk lain yang mengalir ke pusat perkotaan, baik sebagai
produsen maupun sebagai konsumen, dalam suatu sistem yang lebih luas yang
menghubungkan mereka dengan pasaran di kota, nasional dan internasional.
Sifat yang mendua itu, para-doks antara swasembada dan swadaya, dan pada
waktu yang sama tergabung dalam sistem ekonomi yang lebih luas, merupakan
tema kehidupan, dan studi pedesaan yang dominan.

Pembudidaya di pedesaan yang secara deskriptif kita sebut "petani" itu


terdapat dalam tipe masyarakat yang sangat berbeda - beda dan dalam zaman
historis yang berlainan misalnya, dalam fodalisme Eropa dan Jepang, dalam
imperium agraris prakapitalis di India dan Cina, atau di banyak negara Dunia
Ketiga zaman sekarang, di mana kolonialisme merupakan faktor sejarah yang
penting yang melahirkan kaum petani dengan karakteristik khusus (Bernstein
1979:422).

Komunitas Petani. Para ahli Antopologi yang bekerja dalam komunitas petani
selama 30 tahun terakhir ini telah mengumpulkan catatan - catatan terinci
tentang susunan hubungan sosial dari banyak bagian dunia petani dan telah
meneliti ekonomi, agama, dan proses politik. Dengan melihat komunitas petani
pada dasarya seperti mereka melihat komunitas kesukuan sebagai komunitas
yang sedikit banyak tertutup dan swasembada, dan sering. tanpa diketahui
sejarahnya para ahli Antropologi itu telah memancangkan gambaran keadaan
petani yang hidup dan sekaligus membuka mata, dan dalam banyak hal tidak
memadai.

BAB 21 : TERBENTUKNYA DUNIA KETIGA

Masalah – masalah dunia ketiga :

1. Bentuk organisasi sosial, nilai, dan adat kebiasaan “tradisional” itu


menurut sifatnya adalah konservatif dan menghambat perubahan sosial
yang membutuhkan inisiatif individual, pengambilan risiko, inovasi dan
kebebasan dari ikatan kekerabatan/kewajiban menurut adat.
2. Negara - negara Dunia Ketiga yang secara karakteristik terbentuk atas
sejumlah masyarakat yang saling berbeda bahasa dan kebudayaannya,
itu ke dalam penuh perselisihan dan pertentangan kesukuan.
3. Daerah pedesaan itu terbelenggu dalam sistem pemilikan tanah dan
budidaya tradisional yang. teknis terbelakang, sangat berorientasi kepada
subsistensi dan tidak dapat mencapai intensifikasi produksi karena
organisasi masyarakatnya berskala kecil, tidak efisien, dan tradisional.

BAB 22 : KOTA – KOTA BESAR

Kota Besar, Timur, dan Barat. Perbandingan antara pengalaman di kota - kota
Dunia Ketiga menyebabkan orang mempermasalahkan generalisasi yang telah
sejak lama dibuat oleh para ahli sosiologi atas studi mereka kota Barat. Gideon
Sjoberg mengadakan usaha penting untuk. mengumpulkan bukti-bukti tentang
"kota - kota praindustri", terutama kota zaman kuno. la menemukan model ideal
dari kota praindustri, kota sebenarnya hanyalah mendekatinya semacam standar
gabungan. Karakteristik kota kuno itu sebagai pusat pemerintahan dan agama; di
dalam berdiam para elit dan hanya di tempat kedua menjadi pusat perdagangan.
Kelompok etnis cenderung membentuk kantong terpisah, dimana rumah tangga
keluarga luas (extended family) mempunyai kedudukan penting.

Akan tetapi, seperti dikemukakan oleh Southall (1973) dan lainnya, gabungan
ideal seperti itu mengaburkan banyak variasi yang menarik. Southall mengutip
sejumlah kasus seperti Sumeria dari Dinasti Lama, Meksiko pada zaman Aztec,
Damaskus, Kartage, dan Eropa pada abad pertengahan dan zaman
Renaissance, di mana pedagang - pedagang itu kaya dan berkuasa, tidak kotor
dan bukan golongan periferi. Untuk tiap karakteristik gabungan ideal Sjoberg,
dapat ditemukan kekecualiannya. Dan dimana keadaannya tidak demikian
(misalnya, dimana karakteristik seperti dominasi kaum pria atau fungsi
pendidikan yang memperkuat konservatisme dan kedudukan elit itu kelihatannya
berlaku di semua kota praindustri) juga berlaku untuk masyarakat kesukuan dan
komunitas pedesaan jadi itu semua sama sekali tidak merupakan kekhususan
kehidupan kota. Teknologi dan industri terus - menerus mengubah kota dimana -
mana, dan menciptakan kemungkinan adanya penduduk yang lebih banyak,
pengendalian politik yang lebih ekstensif, cara - cara produksi baru, hubungan
kelas yang baru.
BAB 23 : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN DUNIA KETIGA

Gelombang ekspansi Eropa yang berturut - turut melanda dunia non-Barat


menghadirkan di garis depan sejumlah pengamat bangsa dan adat kebiasaan
eksotis yang tangguh dan beritikat baik. Misionaris, perajurit, penjelajah yang
berbakat dll. Sarjana di garis depan kolonial telah menciptakan dasar yang
dijadikan landasan oleh ahli teori di kemudian hari seperti Morgan, Tylor, Frazer,
dan Durkheim.

Kritisi Antropologi dan Kolonialisme lain yang radikal menuduh bahwa para ahli
Antropologi sosial, kebanyakan ahli Inggris dan Afrika Selatan, yang mempelajari
Afrika kolonial Inggris pada tahun 1930-an itu adalah instrument kebijaksanaan
kolonial, yang mengembangkan model struktur dan politik lineage mereka untuk
mempertahankan kekuasaan kolonial. Banyak studi tentang lembaga politik dan
kekerabatan dibiayai oleh pemerintah yang pejabat perlu mengetahui bagaimana
lembaga itu dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan kekuasaan kolonial
dalam kerangka adat kebiasaan lokal.

BAB 24 : MENUJU KELANGSUNGAN HIDUP MANUSIA

Salah satu sumber panduan dalam usaha mencari hari depan umat manusia
ialah masa lampau manusia: tata kehidupan yang menciptakan pertalian,
kehangatan, yang memberi nilai dan makna. Ahli Antropologi, karena ada di
tempat, berbagai makna dengan. Rakyat setempat, dan menerima nilai - nilai
mereka, dan menulis apa yang dapat mereka tulis, telah menjadi penulis sejarah
kebudayaan yang telah punah atau sedang akan hilang.

Catatan yang dihasilkan oleh ahli Antropologi, pemahaman yang mereka


bangun, dapat menjadi sumber berharga untuk mengejar kelangsungan hidup.
Untuk membangun masyarakat baru perlu mengadakan reorganisasi produksi,
reorientasi hubungan kelas, hubungan baru antara kaum pria dan wanita, dan
restrukturisasi hubungan sosial masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai