Montesquieu berpendirian bahwa aneka warna kebudayaan yang kini tampak pada bangsa-
bangsa di muka bumi tidak disebabkan karena bangsa-bangsa itu dahulu berasal dari jenis-jenis
makhluk induk yang berbeda melainkan karena mereka terkena pengaruh lingkungan alam yang
berbeda-beda dan arena proses belajar yang berbeda.
3. Filsafat Positivisme dan Masalah Aneka Warna Manusia
Auguste Comte adalah contoh dari ahli filsafat social yang paling konsekwen menerapkan
metode positifisme tersebut. Comte mengajukan pendapatnya mengenai metode ilmiah umum,
artinya yang dapat diterapkan terhadap ilmu pengetahuan yang ada. Dalam hubungan itu, comte
mengakui bahwa ada tingkat kompleksitas dalam metode ilmiah. Ilmu pasti, ilmu astronomi, dan
ilmu alam adalah ilmu-ilmu yang paling mudah bagi penerapan metodologi positif dan untuk
mencapai generalisasi dan perumusan kaidah yang tetap.
SISTEM KEKERABATAN
2. Kelompok-Kelompok Kekerabatan
Murdock membedakan antara 3 kategori kelompok kekerabatan berdasarkan fungsi-fungsi
sosialnya, serta berdasarkan terminology atau peristilahan yang ia gunakan sebagai berikut :
a. Kelompok kekerabatan berkorporasi, yang sifatnya eksklusif dan biasanya memiliki ciri-ciri
kelompok sosial pada umumnya.
b. Kelompok kekerabatan kadang kala, kelompok yang tidak berinteraksi secara terus menerus
tetapi berkumpul hanya kadang-kadang saja.
c. Kelompok kekerabatan menurut adat, kelompok ini bentuknya sudah sedemikian besar.
Rasa kepribadian kelompok sering kali juga ditentukan oleh tanda-tanda adapt tersebut.
3. Keluarga Luas
Keluarga luas termasuk kategori kelompok kekerabatan yang merupakan kesatuan sosial yang
sangat erat selalu terdiri dari lebih dari satu keluarga inti. Terutama di daerah pedesaan, warga
keluarga luas umumnya masih tinggal berekatan, dan sering kali bahkan masih tinggal bersama-
sama dalam satu rumah.
Dilihat dari komposisinya, paling tidak dapat didefinisikan tiga jenis keluarga luas, yang
semua didasarkan pada suatu adat menetap sesudah menikah. Apabila adat itu berubah, maka
keluarga luas dalam masyarakat pun akan retak dan akhirnya hilang. Secara lebih khusus, dapat
dikaji tiga jenis keluarga luas itu sebagai berikut :
a. Keluarga luas utrolokal (berdasarkan adat utrolokal), yang terdiri dari satu keluarga inti
senior dengan keluarga-keluarga inti anak-anaknya baik yang pria maupun yang wanita.
b. Keluarga luas virilikal (berdasarkan adat virilokal), yang terdiri dari keluarga inti senior
dengan keluarga inti dari anak laki-lakinya.
c. Keluarga luas uxorilokal (berdasarkan adat uxorilokal), yang terdiri dari keluarga inti senior
dengan keluarga inti anak-anak wanita.
5. Klen
Istilah klen diambil dari istilah asing clan, yang sudah dikenal luas dalam terminology atau
peristilahan antropologi, namun dalam pembahasannya seringkali masih di artikan berbeda-beda.
Secara lebih khusus dapat diidentifikasi fungsi lengkap dari kelompok kekerabatan yang di
namakan klen kecil adalah :
a. Memelihara harta pusaka, atau memegang hak ulayat atau hak milik komunal atau harta
produktif.
b. Bergotong-royong dalam melakukan berbagai kegiatan mata pencaharian.
c. Bergotong-royong dalam melakukan berbagai kegiatan social mupun pribadi.
d. Mengatur permainan sesuai dengan adat eksogami.
Di samping klen kecil, dikenal pula klen besar, yaitu kelompok kekerabatan yang terdiri dari
semua keturunan dari seorang leluhur, yang diperhitungkan melalui garis keturunan pria atau
wanita, sehingga ada klen besar patrilineal dan klen besar matrilineal. Biasanya anggota klen besar
sudah tidak saling menganal, meskipun sudah saling tidak menganal, warga klen besar merasa
dirinya terikat pada klen besar berkat adanya tanda-tanda lahir yang dimiliki klen besar yang
bersangkutan, yaitu :
a. Nama
b. Nyanyian-nyanyian
c. Dongeng-dongeng suci tertentu, dan
d. Lambing-lambang
Sebagai kelompok kekerabatan yang menghimpun semua keturunan dari seorang leluhurnya, klen
besar ini memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Mengatur perkawinan
b. Menyalenggarakan kehidupan keagamaan kelokpok
c. Mengatur hubungan antar kelas dalam masyarakat, dan
d. Dasar dari organisasi-organisasi politik.
6. Fratri
Kata fratri ini menunjukan pada kelompok-kelompok kekerabatan patrilineal maupun
kelompok kekerabatan matrilineal yang sifatnya local, dan merupakan gabungan dari kelompok-
kelompok kekerabatan dalam bentuk klen setempat (bisa klen kecil, tetapi bisa juga bagian dari klen
besar). Penggabungan ini tidak selalu merata dan menyangkut seluruh klen besar.
KELUARGA SEBAGAI INSTITUSI PENDIDIKAN
Dalam arti luas pendidikan adalah proses pembudayaan melalui mana masing-masing anak
yang dilahirkan dengan potensi belajar yang lebih besar dari makhluk menyusui lainnya, dibentuk
menjadi anggota penuh dari suatu masyarakat, menghayati dan mangamalkan bersama-sama
anggota-anggota lainnyasatu kebudayaan tertentu.
Dalam perspektif ilmu pendidikan, keluarga dipandang sebagai ilmu pendidikan yang pertama
dan utama, yang oleh Ki Hajar Dewantara (1962:375) ditegaskan bahwa “ alam keluarga itu buat
tiap-tiap orang adalah alam pendidikan yang permulaan. Pendidikan disitu pertama halnya bersifat
pendidikan dari orang tua yang berkedudukan sebagai guru (penuntun), sebagai pengajar, dan
sebagai pemimpin pekerjaan (pemberi contoh).
Diakui bahwa dewasa ini kehidupan keluarga tengah mengalami dinamika perubahan
mengikuti arus perubahan zaman. Bahkankini keluarga pada kelompok masyarakat tertentu
disinyalir jauh berkurang peranannya dalam kehidupan anak-anaknya, terutama pada saat anak
mendekati usia remaja dan dewasa. Dengan adanya lembaga-lembaga masyarakat seperti sekolah,
institusi pemerintah yang banyak mempengaruhi sosialisasi anak dan bahkan merebutnya, sehingga
pentingnya orang tua dalam pembinaan mental dan budaya manjadi berkurang.
Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab orang tua hingga saat ini tetap menentukan dalam
memenuhi kebutuhan perkembangan pribadi anak, membantu anak dalam memenuhi kebutuhan
fisik dan psikososialnya dengan mempertahankan jalinan hubungan emosional dan rasional sebagai
tuntutan azasi kepada seluruh komponen anggota keluarga nenurut kedudukannya.
Ardiwinata, Jajat. dan Hufad, Achmad. (2007). Sosiologi Antropologi Pendidikan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia Press.