Strukutralisme
Bahasan dalam topik ini berkaitan denan kemunculan pemikiran setelah adanya
teori sosial modern dengan diawali strukturalisme hingga post-strukturalisme dan akhirnya
dikenal sebagai teori post-modern. Strukturalisme merupakan praktik signifikansi yang
membangun makna sebagai hasil struktur atau regularitas yang dapat diperkirakan dan berada
diluar diri individu. Bersifat antihumanis karena mengesampingkan agen manusia dari inti
penyelidikannya. Fenomena hanya memiliki makna ketika dikaitkan dengan sutruktur
sistematis yang sumbernya bukan terletak pada individu. Pemahaman strukutalis terhadap
kebudayaan memusatkan perhatian pada sistem relasi struktur yang mendasarinya. [1]
Post-Strukturalisme
Poststrukturalisme adalah pendekatan teoretis yang muncul pada abad ke-20 dalam
filsafat, sastra, dan studi budaya. Pendekatan ini menantang pandangan strukturalis yang
menganggap bahwa struktur linguistik atau budaya memiliki makna yang tetap dan
menentukan identitas individu. Poststrukturalisme berpendapat bahwa makna dan identitas
adalah produk dari permainan tanda dan kekuasaan, serta bersifat tidak stabil dan bervariasi.
Salah satu karya Foucoult adalah Archeology of Knowledge yang merupakan tujuan
dari studinya mencari struktur pengetahuan, ide-ide dan modus dari diskursus atau wacana. Ia
mempertentangkan arekeologinya itu dengan sejarah atau sejarah ide-ide. Dalam karyanya
itu, Foucoult juga ingin mempelajari pernyataan-pernyataan baik lisan maupun tertulis
sehinga ia dapat menemukan kondisi dasar yang memungkinkan sebuah diskursus atau
wacana bisa berlangsung. Konsep kunci dari Foucoult adalah arkeologi, geneologi dan
kekuasaan. Bila arkeologi memfokuskan pada kondisi historis yang ada, sementara geneologi
lebih mempermasalahkan tentang proses historis yang merupakan proses tentang jaringan
jaringan diskursus. [7]
Hubungan secara konseptual antara Strukturalis dan Pos-strukturalis
Post-strukturalis melihatnya bahwa kartu kredit tersebut kurang atau tidak bermanfaat,
simbol kartu yang dimaknai sebagai alat tukar bergengsi justru dimaknai oleh post-
strukturalis sebagai penciptaan masalah baru. Ada unsur ketidakstabilan. Makna “kewajiban”
membayar berbeda pemaknaannya oleh pemakai kartu, karena ketidakmapunannya untuk
membayar atau karena ketidakdisiplinannya dalam membayar cicilan. Bila kewajiban yang
harus dipenuhi oleh pemegang kartu kredit untuk melunasi atau mencicil hutang tidak
dijalankan, maka ada sanksi tertentu terhadap pemegang kartu, baik denda maupun sanksi
hukum, bila tidak sanggup membayar.
Bila dilihat dari sudut pandang pengetahuan/kekuasaan, maka orang-orang yang
mengetahui kebaikan dan keburukan kartu, tentu akan “menguasai” kartu tersebut, dalam arti
dapat memanfaatkan sebaik-baiknya. Dia akan mempelajari, berapa beban bunganya dalam
sebulan atau setahun, berapa biaya adiministrasinya, berapa dendanya bila terlambat, berapa
iuran anggotanya pertahun, dan setiap tanggal berapa dia harus membayar tagihan serta
berapa yang harus dibayar. Pengetahuan ini yang menurut pandangan Foucoult berkaitan
dengan kekuasaan. Bila nasabah/pemegang kartu memiliki pengetahuan, maka dia akan
berkuasa (kartu tersebut bermanfaat) namun bila tidak, maka pihak bank yang akan berkuasa
(beruntung).
1. "Of Grammatology" (De la grammatologie) karya Jacques Derrida (1967) - Buku ini
merupakan salah satu karya paling penting dalam poststrukturalisme. Derrida
mengkritik ide bahwa tulisan dan bahasa memiliki makna yang tetap dan merujuk pada
keberadaan di luar teks itu sendiri. Ia menunjukkan bahwa makna terbentuk melalui
permainan tanda dan tidak memiliki stabilitas esensial.
2. "Discipline and Punish" (Surveiller et punir) karya Michel Foucault (1975) - Buku ini
membahas bagaimana kekuasaan dijalankan melalui institusi dan disiplin yang
mengontrol masyarakat. Foucault menyatakan bahwa kekuasaan tidak hanya
berhubungan dengan negara atau lembaga politik, tetapi tersebar di berbagai bidang
kehidupan sehari-hari dan membentuk subjek.
3. "The Order of Things" (Les mots et les choses) karya Michel Foucault (1966) - Buku ini
menyelidiki sejarah ilmu pengetahuan dan cara manusia mengkategorikan pengetahuan
mereka. Foucault menunjukkan bahwa kategori-kategori pengetahuan bukanlah fitur
alami dunia, tetapi konstruksi sosial dan sejarah.
4. "Simulacra and Simulation" (Simulacres et simulation) karya Jean Baudrillard (1981) -
Buku ini mengajukan konsep simulasi dan simulakra dalam masyarakat kontemporer.
Baudrillard berpendapat bahwa dunia modern telah kehilangan referensi dengan realitas
asli dan digantikan oleh gambaran-gambaran atau representasi yang semakin menguasai.
5. "Gender Trouble" karya Judith Butler (1990) - Buku ini berfokus pada identitas gender
dan performativitas gender. Butler menantang pemahaman tradisional tentang gender
yang berdasarkan pada pemisahan biner antara laki-laki dan perempuan, serta
menekankan peran tindakan dan penampilan dalam membentuk identitas gender.
Sumber :
1. George Ritzer – Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. Kencana 2004.
2. George Ritzer. Modern Sociological Theory. Mc Graw Hill. 2008
3. Bryan S Turner. Teori-teori Sosiologi Modernitas-Posmodernitas. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar 2000.
4. Chris Barker. Cultural Studies . Kreasi Wacana 2004.
5. Bagong Suyanto dan M Khusna Amal (ed) Aditya Media 2010. Teori
Strukturalisme. Dalam Anatomi dan Perkembangan Ilmu Sosial.