Anda di halaman 1dari 11

CHAPTER BOOK

TEORI STRUKTURALISME
Disusun untuk memenuhi tugas pada

Pada mata kuliah teori Sastra

Dosen pengampu: Dr. Juanda, M.Hum.

Disusun oleh:

Syarah syafiqah 210511500009

M. Rayhan Abizar DM 210511502001

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN 2021
TEORI STRUKTURALISME

Tujuan umum:

Materi ini menyajikan teori strukturalisme, mulai dari jenis-jenis teori strukturalisme, unsur-
unsur strukturalisme, tujuan strukturalisme, prinsip strukturalisme, langkah-langkah
strukturalisme, sampai ke sejarah pengembangan strukturalisme di Indonesia.

Tujuan khusus:

1. Mengetahui bagaimana yang dinamakan dengan teori Strukturalisme.


2. Mengetahui apa sajakah tujuan, ciri-ciri, tokoh, dan kelemahan strukturalisme.
3. Mengetahui macam-macam dari teori strukturalisme.
4. Mengetahui bagaimana masa-masa pada strukturalisme.

Deskripsi materi:

Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pengertian teori strukturalisme, pemahaman


kepada mahasiswa tentang sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra
yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur - unsur teks secara berdiri
sendiri tidak lah penting.Unsur - unsur itu hanya memperoleh artinya didalam relasi, baik relasi
asosiasi ataupun relasi oposisi. Relasi - relasi yang dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks
(kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas (bait, bab), maupun intertekstual (karya-karya lain
dalam periode tertentu). Relasi tersebut dapat berwujud ulangan, gradasi, ataupun kontras dan
parodi (Hartoko,1986: 135-136). Istilah kritik strukturalisme secara khusus mengacu kepada
praktik kritik sastra yang mendasarkan model analisis nya pada teori linguistik modern.tetapi
umumnya strukturalisme mengacu kepada sekelompok penulis di Paris yang menerapkan metode
dan istilah-istilah analisis yang dikembangkan oleh Ferdinan de Saussure (Abrams, 1981:188-
190).
BAB I

Pendahuluan

Latar belakang

Strukturalisme menentang teori mimetik, yang berpandangan bahwa karya sastra adalah (
tiruan kenyataan), teori ekspresif, yang menganggap sastra pertama-tama sebagai ungkapan
perasaan dan watak pengarang, dan menentang teori-teori yang menganggap sastra sebagai
media komunikasi antara pengarang dan pembacanya.Teori strukturalisme memiliki latar
belakang sejarah evolusi yang cukup panjang dan berkembang secara dinamis. Dalam
perkembangan itu terdapat banyak konsep dan istilah yang berbeda-beda, bahkan saling
bertentangan.Misalnya, strukturalisme di Perancis tidak memiliki kaftan erat dengan
strukturalisme ajaran Boas, Sapir, dan Whorf di Amerika.Akan tetapi semua pemikiran
strukturalisme dapat dipersatukan dengan adanya pembaruan dalam ilmu bahasa yang dirintis
oleh Ferdinand de Saussure. Jadi walaupun terdapat banyak perbedaan antara pemikir-pemikir
strukturalis, namun titik persamaannya adalah bahwa mereka semua memiliki kaitan tertentu
dengan prinsip-prinsip dasar linguistik Saussure (Bertens, 1985: 379-381).

BAB II

Pembahasan

Pengertian Strukturalisme

Aliran Strukturalis atau Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang
mencoba untuk menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang
saling berhubungan.Ferdinand de Saussureg (1857-1913) dianggap sebagai salah satu tokoh
penggagas aliran ini, meskipun masih banyak intelektual Perancis lainnya yang dianggap
memberi pengaruh lebih luas. Aliran ini kemudian diterapkan pula pada bidang lain, seperti
sosiologi, antropologi, psikologi, psikoanalisis, teori sastra dan arsitektur. Ini menjadikan
strukturalisme tidak hanyagsebagai sebuah metode, tetapi juga sebuah gerakan intelektual yang
datang untuk mengambil alaseksistensialisme di Perancis tahun 1960-an. Menurut Alison
Assiter, ada empat ide umum mengenai strukturalisme sebagai bentuk ‘kecenderungan
intelektual’.Pertama, struktur menentukan posisi setiap elemen dari keseluruhan.Kedua, kaum
strukturalis percaya bahwa setiap sistem memiliki struktur.Ketiga, kaum strukturalis tertarik pada
‘struktural’ hukum yang berhubungan dengan hidup berdampingan bukan perubahan.Danterakhir
struktur merupakan ‘hal nyata’ yang terletak di bawah permukaan atau memiliki makna tersirat.

Tujuan Strukturalisme
Tujuan Strukturalisme adalah mencari struktur terdalam dari realitas yang tampak kacau
dan beraneka ragam di permukaan secara ilmiah (obyektif, ketat dan berjarak).

Masa Strukturalisme

Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralism
sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis.Perkembangan
strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran gagasan
strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu
pengetahuan.

Ciri-ciri Strukturalisme

Ciri-ciri strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek melalui
penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu hal melalui
pendidikan.Ciri-ciri itu bisa dilihat dari beberapa hal; hirarki, komponen atau unsur-unsur,
terdapat metode, model teoritis yang jelas dan distingsi yanggjelas.bParahahlinstrukturalisme
menentang eksistensialisme dan fenomenologi yang mereka anggap terlalu individualistis dan
kurang ilmiah.Salah satu yang terkenal adalah pandangan Maurice Meleau-Ponty yang
menentang fenomenologi dan eksistensialisme tubuh manusia.Pounty menekankan bahwa hal
yang fundamental dalam identitas manusia adalah bahwa kita adalah objek-objek fisik yang
masing-masing memiliki kedudukan yang berbeda-beda dan unik dalam ruang dan waktu.

Tokoh-tokoh teori Strukturalisme

1. Ferdinand De Saussure dalam linguistik.

Sebagai penemu stuktur bahasa, Saussure berargumen dengan melawan para sejarawan
yang menang dalam pendekatan filologi.Dia mengajukan pendekatan ilmiah, yang didekati dari
sistem terdiri dari elemen dan peraturannya dalam pembuatannya yang bertujuan menolong
komununikasi dalam masyarakat.Dipengaruhi oleh Emile Durkheim dalam sebuah social fact,
yang berdasar pada objektivitas di mana psikologi dan tatanan sosial dipertimbangkan.Saussure
memandang bahasa sebagai gudang (lumbung) dari tanda-tanda diskusif yang dibagikan oleh
sebuah komunitas.Bahasa bagi Saussure adalah modal interpretasi utama dunia, dan menuntut
suatu ilmu yang disebut semiologi.

2. Levi-Strauss dalam masyarakat.

Metode Strauss adalah anthropologi dan linguistik secara serempak.Unsur-unsur yang


digelutinya adalah mengenai mitos, adat-istiadat, dan masyarakatnya sendiri. Dalam proses
analisisnya, manusia kemudian dipandang sebagai suatu porsi dari struktur, yang tidak
dikonstitusikan oleh analisis itu, melainkan dilarutkan dengan analisis. Perubahan penekanan
dari manusia ke struktur merupakan ciri umum pemikiran strukturalis.

3. L.S Vygostsky, Jacques Lacan dan Jean Piaget dalam psikologi

Jacques Lacan (Freudian) dalam psikologi menggambarkan pekerjaan Saussure dan Levi-
Strauss untuk menekankan pendapat Sigmund Freud dengan bahasa dan argumen yang, sebagai
sebuah tatanan kode, bahasa dapat mengungkapkan ketidaksadaran orang itu.Hal ini masalah,
bahwa bahasa selalu bergerak dan dinamis, termasuk metafora, metonomi, kondensasi serta
pergeserannya.Jean Piaget sendiri menggambarkan Strukturalismenya sebagai sebuah struktur
yang terpadu, yaitu yang unsur-unsurnya adalah anggota dari sistem di luar struktur itu sendiri.
Sistem itu ditangkap melalui kognisi anggota masyarakat sebagai kesadaran kolektif Frege,
Hillbert dalam meta-logika meta-matematika.

4. Roland Berthes menerapkan analis strukturalis pada kritik sastra dengan menganggap berbagai
macam ekspresi atau analisis bahasa sebagai bahasa yang berbeda-beda Tugas kritik sastra
adalah terjemahan, yaitu mengekspresikan sistem formal yang telah dibentangkan penulisnya
dengan suatu bahasa.Hal ini terkait dengan kondisi zamannya.

5. Michel Foucault dalam filsafat.

Strukturalisme modern atau poststrukturalisme dalam bidang filsafat adalah dengan


mendekati subjektivitas dari generasi dalam berbagai wacana epistemik dari tiruan maupun
pengungkapannya.Sebagaimana peran isntitusional dari pengetahuan dan kekausaan dalam
produksi dan pelestarian disiplin tertentu dalam lingkungan dan ranah sosial juga berlaku
pendekatan itu.Dalam disiplin ini, Focault menyarankan, di dalam perubahan teori dan praktek
dari kegilaan, kriminalitas, hukuman, seksualitas, kumpulan catatan itu dapat menormalisasi
setiap individu dalam pengertian mereka.

Kelemahan dari teori Strukturalisme

1. Pendekatan Intrinsik ada kalanya terlalu dimutlakkan

2. Karya sastra tidak dapat diteliti secara terasing karena sulit melepaskan karya sastra dari latar
belakang sejarah dan relevansi sosial budayanya.

3. Pembatasan pada analisis struktural yang menghilangkan konteks dan fungsinya sehingga
karya itu dimenaragadingkan dan kehilangan relevansi sosialnya.
Macam-macam teori Strukturalisme

TEORI STRUKTURALISME SEMIOTIK

Prinsip Strukturalisme Semiotik

1. Semiotik adalah ilmu tentang tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau
masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda semiotik.Semiotik mempelajari sistem,
aturan, dan konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

2. Semiotik memandang bahwa karya sastra merupakan struktur tanda yang bermakna. Tanpa
memperhatikan sistem tanda, makna dan konvensi tanda, stuktur karya sastra tidak dapat
dimengerti maknanya secara optimal sehingga dapat dikatakan bahwa strukturalisme tidak dapat
dipisahkan dari semiotik.

Langkah Strukturalisme Semiotik

1. Puisi dianalisis ke dalam unsur-unsurnya dengan memperhatikan saling hubungan antara


unsur-unsurnya dengan keseluruhannya.

2. Tiap unsur puisi dan keseluruhannya diberi makna sesuai dengan konvensi puisi.

3. Setelah puisi dianalisis ke dalam unsur-unsurnya lalu dilakukan pemaknaan, dikembalikan


kepada makna totalitasnya dalam kerangka semiotik.

4. Untuk pemaknaan dilakukan pembacaan secara semiotik menurut Riffaterre yaitu pembacaan
heuristik dan pembacaan hermeuntik atau retroaktif.

TEORI STRUKTURALISME DINAMIK

Prinsip Strukturalisme Dinamik

Prinsip strukturalisme dinamik memandang bahwa pengkajian sastra dilakukan dengan


cara pengkajian strukturalisme dalam rangka semiotik. Artinya, karya sastra dipertimbangkan
sebagai sistem tanda.Sebagai suatu tanda karya sastra mempunyai dua fungsi, yaitu berfungsi
otonom (tidak menunjuk diluar dirinya) dan bersifat informasional (menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan).Kedua sifat itu saling berkaitan sehingga sebagai sebuah struktur, karya
sastra selalu dinamis).
Langkah Strukturalisme Dinamik

1. Peneliti bertugas menjelaskan karya sastra ke dalam struktur pembentuknya.

2. Peneliti bertugas menjelaskan kaitan antara pengarang, realitas, karya sastra, dan pembaca.

TEORI STRUKTURALISME GENETIK

Pendekatan Strukturalisme Genetik

Pendekatan struktularisme genetik berpijak pada prinsip struktularisme yang diperbaiki


dengan memasukan faktor genetik dalam memahami karya sastra.faktor yang terkait dengan
karya sastra adalah pengarang dan sejarah yang turut mengkondisikan saat karya sastra itu
diciptakan.

Langkah Analisis Strukturalisme Genetik

1. Penelitian sastra dilakukan dengan kajian unsur intinsik sastra, baik secara parsial maupun
dalam rangka keseluruhannya.

2. Mengkaji latar belakang kehidupan sosial kelompok pengarang.

3. Mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra.

Contoh Analisis Karya Sastra menggunakan Teori Strukturalisme

ANALISIS PADA SAJAK

AKU

Karya: Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku

Ku mau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang


Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih perih

Dan aku akan lebih tidak perrduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Hasil Analisis

Secara struktural, dengan melihat hubungan antar unsur-unsurnya dan keseluruhannya


juga berdasarkan kiasan-kiasan yang terdapat didalamnya, maka dapat ditafsirkan bahwa dalam
sajak ini dikemukakan ide kepribadian bahwa orang itu harus bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri: “ Ku mau tak seorang kan merayu (bersedih)”. Orang lain hendaknya jangan
campur tangan akan nasibnya, baik dalam suka maupun duka, maka “Tak perlu sedu sedan itu”.
Semua masalah pribadi itu urusan sendiri.Dikemukakan secara ekstrim bahwa Si Aku itu orang
yang sebebas-bebasnya (sebagai “Binatang jalang”), tak mau dibatasioleh aturan-aturan yang
mengikat.dengan penuh semangat Si Aku akan menghadapi segala rintangan (“tembusan
peluru”, “bisa dan luka”) dengan kebebasannya yang mutlakbitu. Makin banyak rintangan,
makin tak memperduli-kannya. Sebab, hanya dengan demikian, ia akan dapat berkarya yang
bermutu sehingga pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya, jauh melebihi umur
manusia. “Aku mau hidup serribu tahun lagi”, berdasar konteksnya kalimat itu harus ditafsirkan
sebagai kiasan bahwa yang hidup seribu tahun adalah semangatnya, bukan
fisiknya.Begitulahhanalisisjstrukturalisme.
BAB III

PENUTUP

Simpulan

1. Pada umumnya penekanan perhatian teori sastra pada studi teks dapat digolongkan ke dalam
konsep strukturalisme, sekalipun konsep ini sangat beragam jangkauan, kedalaman, dan model
analisisnya. Strukturalisme, bagaimanapun, merupakan bidang teori sastra yang sudah menjadi
urutan utama kebudayaan intelektual ilmu sastra.

2. Bahwa teori strukturalisme sastra merupakan sebuh teori pendekatan terhadap teks-teks
sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsure teks.

3. Perbedaan pendapat dalam teori strukturalisme sendiri dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu
strukturalisme formalis , strukturalisme genetik, strukturalisme dinamik yang pada dasarnya
secara global strukturalisme menganut paham penulis paris yang dikembangkan oleh Ferdinand
de Sausessure, yang memunculkan konsep bentuk dan makna ( sign and meaning).

4. Karya sastra yang dibangun atas dasar bahasa, memiliki ciri bentuk (form) dan isi (cntent)
atau makna (significante) yang otonom. Artinya pemahaman karya sastra dapat diteliti dari teks
sastra itu sendiri.Hanya saja, pemahaman harus mampu mengaitkan kebertautan antar unsur
pembangun karya sastra. Kebertautan unsur itu akan membentuk sebuah makna utuh. Berarti
prinsip menyeluruh sangat dipegang oleh kaum strukturalisme.
Daftar Pustaka

Abrams,M.H. 1979. The Mirror and the lamp : Romantic Theory and the Critical

Tradition. New York : Oxford University Press.

Hartoko,Dick dan B.Rahmanto.1984. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarya:

Kanisius.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik,

dan Penerapannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ratna,Nyoman. 2009. Teori,Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka pelajar

Salden, Rahman.1991. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta:

Gajah Mada

Teeuw,A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka

Jaya- Giri Mukti Pustaka

Tuam,Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra. Bogor: Nusa Indah

Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Edisi Ketiga.

Jakarta: PT. Gramedia.


Rangkuman

Dari paparan di atas kita dapat mengatakan bahwa (a) strukturalisme yang dikenal di Indonesia
adalah strukturalisme yang dikembangkan oleh Lévi-Strauss, sementara strukturalisme yang
berasal dari Foucault dan Barthes tidak begitu terlihat pengaruhnya di kalangan kaum terpelajar
Indonesia; (b) strukturalisme Lévi-Strauss masih terbatas dikenal di kalangan pelajar
antropologi, terutama di UGM, karena di jurusan antropologi UGM strukturalisme Lévi-Strauss
diajarkan secara khusus selama satu semester, di tingkat pascasarjana; (c) beberapa konsep
penting dalam strukturalisme yang mulai dikenal dan dimengerti adalah konsep struktur, struktur
sosial, dan transformasi, di samping konsep-konsep seperti nirsadar, oposisi biner, sintagmatik-
para digmatik, sign, signified, signifier, dan sebagainya; (d) pembahasan kritis atas pemikiran-
pemikiran antropologis dan filosofis belum terlihat, dan tampaknya belum akan muncul dalam
waktu dekat, karena hal semacam ini menuntut pemahaman yang mendalam atas berbagai
paradigma dan pandangan filosofis yang berkembang dalam antropologi dan filsafat. Oleh
karena itu pula, pengaruh strukturalisme Lévi-Strauss terhadap pemikiran-pemikiran ilmuwan
sosial-budaya Indonesia masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat meninggalkan
bekas yang cukup dalam serta mudah dikenali dalam karya-karya ilmiah mereka.

Anda mungkin juga menyukai