TEORI STRUKTURALISME
Disusun untuk memenuhi tugas pada
Disusun oleh:
TAHUN 2021
TEORI STRUKTURALISME
Tujuan umum:
Materi ini menyajikan teori strukturalisme, mulai dari jenis-jenis teori strukturalisme, unsur-
unsur strukturalisme, tujuan strukturalisme, prinsip strukturalisme, langkah-langkah
strukturalisme, sampai ke sejarah pengembangan strukturalisme di Indonesia.
Tujuan khusus:
Deskripsi materi:
Pendahuluan
Latar belakang
Strukturalisme menentang teori mimetik, yang berpandangan bahwa karya sastra adalah (
tiruan kenyataan), teori ekspresif, yang menganggap sastra pertama-tama sebagai ungkapan
perasaan dan watak pengarang, dan menentang teori-teori yang menganggap sastra sebagai
media komunikasi antara pengarang dan pembacanya.Teori strukturalisme memiliki latar
belakang sejarah evolusi yang cukup panjang dan berkembang secara dinamis. Dalam
perkembangan itu terdapat banyak konsep dan istilah yang berbeda-beda, bahkan saling
bertentangan.Misalnya, strukturalisme di Perancis tidak memiliki kaftan erat dengan
strukturalisme ajaran Boas, Sapir, dan Whorf di Amerika.Akan tetapi semua pemikiran
strukturalisme dapat dipersatukan dengan adanya pembaruan dalam ilmu bahasa yang dirintis
oleh Ferdinand de Saussure. Jadi walaupun terdapat banyak perbedaan antara pemikir-pemikir
strukturalis, namun titik persamaannya adalah bahwa mereka semua memiliki kaitan tertentu
dengan prinsip-prinsip dasar linguistik Saussure (Bertens, 1985: 379-381).
BAB II
Pembahasan
Pengertian Strukturalisme
Aliran Strukturalis atau Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang
mencoba untuk menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang
saling berhubungan.Ferdinand de Saussureg (1857-1913) dianggap sebagai salah satu tokoh
penggagas aliran ini, meskipun masih banyak intelektual Perancis lainnya yang dianggap
memberi pengaruh lebih luas. Aliran ini kemudian diterapkan pula pada bidang lain, seperti
sosiologi, antropologi, psikologi, psikoanalisis, teori sastra dan arsitektur. Ini menjadikan
strukturalisme tidak hanyagsebagai sebuah metode, tetapi juga sebuah gerakan intelektual yang
datang untuk mengambil alaseksistensialisme di Perancis tahun 1960-an. Menurut Alison
Assiter, ada empat ide umum mengenai strukturalisme sebagai bentuk ‘kecenderungan
intelektual’.Pertama, struktur menentukan posisi setiap elemen dari keseluruhan.Kedua, kaum
strukturalis percaya bahwa setiap sistem memiliki struktur.Ketiga, kaum strukturalis tertarik pada
‘struktural’ hukum yang berhubungan dengan hidup berdampingan bukan perubahan.Danterakhir
struktur merupakan ‘hal nyata’ yang terletak di bawah permukaan atau memiliki makna tersirat.
Tujuan Strukturalisme
Tujuan Strukturalisme adalah mencari struktur terdalam dari realitas yang tampak kacau
dan beraneka ragam di permukaan secara ilmiah (obyektif, ketat dan berjarak).
Masa Strukturalisme
Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralism
sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis.Perkembangan
strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran gagasan
strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu
pengetahuan.
Ciri-ciri Strukturalisme
Ciri-ciri strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek melalui
penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu hal melalui
pendidikan.Ciri-ciri itu bisa dilihat dari beberapa hal; hirarki, komponen atau unsur-unsur,
terdapat metode, model teoritis yang jelas dan distingsi yanggjelas.bParahahlinstrukturalisme
menentang eksistensialisme dan fenomenologi yang mereka anggap terlalu individualistis dan
kurang ilmiah.Salah satu yang terkenal adalah pandangan Maurice Meleau-Ponty yang
menentang fenomenologi dan eksistensialisme tubuh manusia.Pounty menekankan bahwa hal
yang fundamental dalam identitas manusia adalah bahwa kita adalah objek-objek fisik yang
masing-masing memiliki kedudukan yang berbeda-beda dan unik dalam ruang dan waktu.
Sebagai penemu stuktur bahasa, Saussure berargumen dengan melawan para sejarawan
yang menang dalam pendekatan filologi.Dia mengajukan pendekatan ilmiah, yang didekati dari
sistem terdiri dari elemen dan peraturannya dalam pembuatannya yang bertujuan menolong
komununikasi dalam masyarakat.Dipengaruhi oleh Emile Durkheim dalam sebuah social fact,
yang berdasar pada objektivitas di mana psikologi dan tatanan sosial dipertimbangkan.Saussure
memandang bahasa sebagai gudang (lumbung) dari tanda-tanda diskusif yang dibagikan oleh
sebuah komunitas.Bahasa bagi Saussure adalah modal interpretasi utama dunia, dan menuntut
suatu ilmu yang disebut semiologi.
Jacques Lacan (Freudian) dalam psikologi menggambarkan pekerjaan Saussure dan Levi-
Strauss untuk menekankan pendapat Sigmund Freud dengan bahasa dan argumen yang, sebagai
sebuah tatanan kode, bahasa dapat mengungkapkan ketidaksadaran orang itu.Hal ini masalah,
bahwa bahasa selalu bergerak dan dinamis, termasuk metafora, metonomi, kondensasi serta
pergeserannya.Jean Piaget sendiri menggambarkan Strukturalismenya sebagai sebuah struktur
yang terpadu, yaitu yang unsur-unsurnya adalah anggota dari sistem di luar struktur itu sendiri.
Sistem itu ditangkap melalui kognisi anggota masyarakat sebagai kesadaran kolektif Frege,
Hillbert dalam meta-logika meta-matematika.
4. Roland Berthes menerapkan analis strukturalis pada kritik sastra dengan menganggap berbagai
macam ekspresi atau analisis bahasa sebagai bahasa yang berbeda-beda Tugas kritik sastra
adalah terjemahan, yaitu mengekspresikan sistem formal yang telah dibentangkan penulisnya
dengan suatu bahasa.Hal ini terkait dengan kondisi zamannya.
2. Karya sastra tidak dapat diteliti secara terasing karena sulit melepaskan karya sastra dari latar
belakang sejarah dan relevansi sosial budayanya.
3. Pembatasan pada analisis struktural yang menghilangkan konteks dan fungsinya sehingga
karya itu dimenaragadingkan dan kehilangan relevansi sosialnya.
Macam-macam teori Strukturalisme
1. Semiotik adalah ilmu tentang tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau
masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda semiotik.Semiotik mempelajari sistem,
aturan, dan konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
2. Semiotik memandang bahwa karya sastra merupakan struktur tanda yang bermakna. Tanpa
memperhatikan sistem tanda, makna dan konvensi tanda, stuktur karya sastra tidak dapat
dimengerti maknanya secara optimal sehingga dapat dikatakan bahwa strukturalisme tidak dapat
dipisahkan dari semiotik.
2. Tiap unsur puisi dan keseluruhannya diberi makna sesuai dengan konvensi puisi.
4. Untuk pemaknaan dilakukan pembacaan secara semiotik menurut Riffaterre yaitu pembacaan
heuristik dan pembacaan hermeuntik atau retroaktif.
2. Peneliti bertugas menjelaskan kaitan antara pengarang, realitas, karya sastra, dan pembaca.
1. Penelitian sastra dilakukan dengan kajian unsur intinsik sastra, baik secara parsial maupun
dalam rangka keseluruhannya.
3. Mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra.
AKU
Berlari
Hasil Analisis
PENUTUP
Simpulan
1. Pada umumnya penekanan perhatian teori sastra pada studi teks dapat digolongkan ke dalam
konsep strukturalisme, sekalipun konsep ini sangat beragam jangkauan, kedalaman, dan model
analisisnya. Strukturalisme, bagaimanapun, merupakan bidang teori sastra yang sudah menjadi
urutan utama kebudayaan intelektual ilmu sastra.
2. Bahwa teori strukturalisme sastra merupakan sebuh teori pendekatan terhadap teks-teks
sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsure teks.
3. Perbedaan pendapat dalam teori strukturalisme sendiri dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu
strukturalisme formalis , strukturalisme genetik, strukturalisme dinamik yang pada dasarnya
secara global strukturalisme menganut paham penulis paris yang dikembangkan oleh Ferdinand
de Sausessure, yang memunculkan konsep bentuk dan makna ( sign and meaning).
4. Karya sastra yang dibangun atas dasar bahasa, memiliki ciri bentuk (form) dan isi (cntent)
atau makna (significante) yang otonom. Artinya pemahaman karya sastra dapat diteliti dari teks
sastra itu sendiri.Hanya saja, pemahaman harus mampu mengaitkan kebertautan antar unsur
pembangun karya sastra. Kebertautan unsur itu akan membentuk sebuah makna utuh. Berarti
prinsip menyeluruh sangat dipegang oleh kaum strukturalisme.
Daftar Pustaka
Abrams,M.H. 1979. The Mirror and the lamp : Romantic Theory and the Critical
Kanisius.
Pustaka pelajar
Gajah Mada
Teeuw,A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka
Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Edisi Ketiga.
Dari paparan di atas kita dapat mengatakan bahwa (a) strukturalisme yang dikenal di Indonesia
adalah strukturalisme yang dikembangkan oleh Lévi-Strauss, sementara strukturalisme yang
berasal dari Foucault dan Barthes tidak begitu terlihat pengaruhnya di kalangan kaum terpelajar
Indonesia; (b) strukturalisme Lévi-Strauss masih terbatas dikenal di kalangan pelajar
antropologi, terutama di UGM, karena di jurusan antropologi UGM strukturalisme Lévi-Strauss
diajarkan secara khusus selama satu semester, di tingkat pascasarjana; (c) beberapa konsep
penting dalam strukturalisme yang mulai dikenal dan dimengerti adalah konsep struktur, struktur
sosial, dan transformasi, di samping konsep-konsep seperti nirsadar, oposisi biner, sintagmatik-
para digmatik, sign, signified, signifier, dan sebagainya; (d) pembahasan kritis atas pemikiran-
pemikiran antropologis dan filosofis belum terlihat, dan tampaknya belum akan muncul dalam
waktu dekat, karena hal semacam ini menuntut pemahaman yang mendalam atas berbagai
paradigma dan pandangan filosofis yang berkembang dalam antropologi dan filsafat. Oleh
karena itu pula, pengaruh strukturalisme Lévi-Strauss terhadap pemikiran-pemikiran ilmuwan
sosial-budaya Indonesia masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat meninggalkan
bekas yang cukup dalam serta mudah dikenali dalam karya-karya ilmiah mereka.