Anda di halaman 1dari 27

AKAL DAN HATI PADA ZAMAN PASKA MODERN

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


Filsafat Pendidikan
Yang dibimbing oleh Dr. Imam Suwaktus Sujai’i, M.Si.

Disusun oleh :

……………………………………

PROGRAM STUDI PASCASARJANA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
OKTOBER 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah filsafat pendidikan
yaitu Bapak Dr. Imam Suwaktus Sujai’i, M.Si.
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan
pemahaman pembaca tentang Makna, Implikasi dan Penelitian. Pemahaman
tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta
penarikan garis kesimpulan dalam makalah ini.
Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga
dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah filsafat pendidikan
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkarya menyusun
makalah tentang Makna, Implikasi dan Penelitian. Tidak lupa penulis sampaikan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep
dan pemikiran dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan dari
para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan
pada waktu mendatang.

                                                                  Tulungagung, Desember 2019


                                                                                          Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………...……... 2
C. Tujuan …………………………………………………………………..2
BAB II AKAL DAN HATI PADA ZAMAN PASKA MODERN
A. Akal Dan Hati Pada Zaman Paska Modern …………………………….3
B. Lahirnya Postmodernism……...………………………………………..12
C. Tokoh-Tokoh Pasca Modern ………………………………………......15
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ………………………………………………………...22
B. SARAN ………………………………………………………………...24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Perkembangan pemikiran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan

dalam berbagai hal, tentunya hal itu tidak lepas dari keinginan manusia yang

selalu menginginkan sebuah perubahan karena bertambahnya persoalan dan

juga kebutuhan. Kalau kita kembali pada masa terdahulu tentunya tidak

mengherankan lagi terhadap sebuah perkembangan dalam berbagai ranah

kehidupan, terlebih lagi dalam soal keilmuan. Kehidupan terus berputar dan

berkembang seiring dengan semakin bertambahnya manusia sehingga

melahirkan pemikiran dan terus berupaya untuk mengembangkan

kehidupannya dalam berbagai hal.

Demikian juga dalam hal ilmu pengetahuan tentunya selalu mengalami

perkembangan dari tahun ketahun ataupun dari abad-keabad. Karena sifat dari

manusia yang memang selalu tidak merasa puas terlebih dalam hal keilmuan.

Akibat dari hasil pemikiran yang telah ada, mereka akan berfikir untuk dapat

mengembangkan bahkan melakukan sebuah pengujian ulang terhadap hasil

penemuan yang telah lalu. Misalkan dalam bidang filsafat kita mengenal yang

namanya Anaximander (610-546 SM) yang mengatakan bahwa substansi asal

itu bukan air. Berbeda dengan filosof sebelumnya Thales (624-545 SM)

mengatakan bahwa zat pertama dan utama terbentuknya sesuatu itu adalaha air

(Maksum, 2012: 44-45). Dan seterusnya mengalami perubahan dan

4
perkembangan tentunya dalam rangka untuk menuju pada suatu yang lebih

sempurna seiring dengan perkembangan dan kemajuan pemikiran manusia.

Sama halnya dengan postmodernisme yang muncul diakibatkan karena

kegagalan Modernisme dalam mengangkat martabat manusia. Bagi

postmodernisme, paham modernisme selama ini telah gagal dalam menepati

janjinya untuk membawa kehidupan manusia menjadi lebih baik dan tidak

adanya kekerasan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa

modernisme membawa kehancuran bagi manusia, peperangan terjadi dimana-

mana yang hal ini mengakibatkan manusia hidup dalam menderita.

     

B.    Rumusan Masalah

a. Bagaimana Akal dan Hati Pada Zaman Pasca Modern?

b. Bagaimana Lahirnya Zaman Pasca Modern?

c. Bagaimana Tokoh Tokoh Pasca Modern?

C. Tujuan

a. Mengetahui dan memahami Akal dan Hati Pada Zaman Pasca Modern

b. Mengetahui dan memahami Lahirnya Zaman Pasca Modern

c. Mengetahui dan memahami Tokoh Tokoh Pasca Modern

5
BAB II

AKAL DAN HATI PADA ZAMAN PASCA MODERN

A. AKAL DAN HATI PADA ZAMAN PASCA MODERN

Postmodern pertama kali muncul di Prancis sekitar tahun 1970-an. Pada

awalnya postmodern lahir terhadap kritik arsitektur, dan harus kita akui kata

postmodern itu sendiri muncul sebagai bagian modernitas. Benih posmo pada

awalnya tumbuh di lingkungan arsitektur. Charles Jencks dengan bukunya “The

Language of Postmodern” . Architecture (1975) menyebut postmodern sebagai

upaya untuk mencari pluralisme gaya arsitektur setelah ratusan tahun terkurung

satu gaya. Pada sore hari di bulan juli 1972, bangunan yang mana melambangkan

kemodernisasian di ledakkan dengan dinamit. Peristiwa peledakan ini menandai

kematian modern dan menandakan kelahiran posrmodern.

Ketika postmodern mulai memasuki ranah filsafat, post dalam modern tidak

dimaksudkan sebagai sebuah periode atau waktu tetapi lebih merupakan sebuah

konsep yang hendak melampaui segala hal modern. Postmodern ini merupakan

sebuah kritik atas realitas modernitas yang dianggap telah gagal dalam

melanjutkan proyek pencerahan. Nafas utama dari posmodern adalah penolakan

atas narasi – narasi besar yang muncul pada dunia modern dengan ketunggalan

gangguan terhadap akal budi dan mulai memberi tempat bagi narasi – narasi kecil,

lokal, tersebar dan beraneka ragam untuk untuk bersuara dan menampakkan

dirinya.

6
Postmodernisme bersifat relatif. Kebenaran adalah relatif, kenyataan atau

realita adalah relatif, dan keduanya menjadi konstruk yang tidak bersambungan

satu sama lain. Dalam postmodernisme, pikiran digantikan oleh keinginan,

penalaran digantikan oleh relativisme. Kenyataan tidak lebih dari konstruk sosial,

kebenaran disamakan dengan kekuatan atau kekuasaan.

Akhirnya, pemikiran postmodern ini mulai mempengaruhi berbagai bidang

kehidupan, termasuk dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan sosiologi.

Postmodern akhiryna menjadi kritik kebudayaan atas modernita. Apa yang

dibanggakan oleh pikiran modern sekarang dikutuk dan apa yang dulu dianggap

rendah sekarang justru dihargai.

Jean-Francois Lyotard adalah orang yang memperkenalkan postmodernisme

dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di tahun 1970-an dalam bukunya

yang berjudul “The Postmodern Condition: A Report on Knowledge”. Dia

mengartikan postmodernisme sebagai segala kritik atas pengetahuan universal,

atas tradisi metafisik, fondasionalisme maupun atas modernisme (Maksum, 2014:

305-306).

Menurut beberapa para ahli yang lainnya, seperti Louis Leahy,

postmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide zaman

modern (Leahy, 1985: 271). Menurut Emanuel, postmodernisme adalah

keseluruhan usaha yang bermaksud merevisi kembali paradigma modern

(Emanuel, 2006: 93). Sedangkan menurut Ghazali dan Effendi, postmodernisme

7
mengoreksi modernisme yang tidak terkendali yang telah muncul sebelumnya

(Ghazali & Effendi, 2009: 161).

Maka dapat disimpulkan bahwa postmodernisme merupakan suatu ide baru

yang menolak atau pun yang termasuk dari pengembangan suatu ide yang telah

ada tentang teori pemikiran masa sebelumnya yaitu paham modernisme yang

mencoba untuk memberikan kritikan-kritikan terhadap modernisme yang

dianggap telah gagal dan bertanggung jawab terhadap kehancuran martabat

manusia; ia merupakan pergeseran ilmu pengetahuan dari ide-ide modern menuju

pada suatu ide yang baru yang dibawa oleh postmodernisme itu sendiri.

Fisafat yang umun digunakan ada tiga yaitu filsafat yunani kuno (Ancient

Philosophy), filsafat abad tengah (Middle Ages Philosophy), dan filsafat modern

(Modern Philosophy). Filsafat pada masa yunani kuno didominasi oleh

Rasionalisme, abad tengah di dominasi agama Kristen, dan filsafata bad modern

didominisasi lagi oleh Rasionalisme, ketika itu memang sudah ada muncul jenis

filsafat baru, sehingga filsafat keempat itu disebut sebagai filsafat kontenpordeks

(Contemporary Philosophy). Periode ini disebut filsafat pasca modern (Post

Modern Philosophy), biasanya anak-anak sering menyebutkan filasafat posmo.

Bila hubungan antara hati dan akal manusia telah diputuskan maka manusia

akan memperoleh kenyataan tentang behwa pernyataan tentang rumusan hidup

ideal tidak akan pernah terjawab. Memilih sains dan tekhnologi sebagai satu-

satunya gantungan hidup, atau meletakkan sains dan tekhnologi sebagai

pemegang otoritas tertinggi dalam kehidupan, berarti kita telah menyerah

kehidupan manusia kepada alat yang dibuat sendiri.

8
Kritik filsafat pasca modern terhadap filsafat modern terungkap dalam

istilah dekonstruksi seperti yang digunakan oleh para tokoh filsafat pasca modern.

Apa yang telah di dekonstruksi oleh filsafat pasca modern, filsafat pasca modern

itu adalah rasionalisme, yang dikontribusi tentu saja rasionalisme  yang digunakan

untuk membangun seluruh isi kebudayaan dunia barat.

Tokoh-tokoh filsafat pasca modern cukup banyak yaitu seluruh tokoh

filsafat dekonstruksi seperti Arkoun, Derrida, Foucault, wittgenstien. Berpendapat

bahwa Nietzsche adalah tokoh-tokoh pertama yang sudah menyatakan ketidak

puasannya terhadap dominasi atau pembawaan rasio pada tahun 1880 an, dan

mungkin dapat tokoh pertama Filsafat dekonstruksi adalah Nietzsche itu, jadi

dikatakan tokoh pertama filsafat pasca modern adalah Nietzsche itu.

Pada tahun 1880 an Nietzsche telah menyatakan bahwa budaya barat telah

berada di pinggir jurang kehancuran karena terlalu mendewakan rasio, dan tahun

1990 an capra menyatakan bahwa budaya barat telah hancur juga karena terlalu

mendewakan rasio, karena ia merupakan filsafat yang keliru dan juga keliru cara

menggunakannya, yaitu rasionalisme dan kekeliruan dalam menggunakan

rasionalsme itulah budaya barat hancur.

Seodjatmoko (1984:202) mengatakan bahwa ilmu dan teknologi sekarang

ini berhadapan dengan pertanyaan pokok tentang jalan yang harus ditempuh,

pernyataan itu sebenarnya berkaisar pada masalah ketidak mampuan manusia

mengendalikan ilmu dan teknologi itu. Jalannya ilmu dan teknologi tidak dapat

lagi dikendalikan manusia. Pernyataan pernyataan mengenai dirinya sendiri

mengenai tujuan dan cara pengembangannya tidak akan dijawab oleh ilmu

9
teknologi tanpa menoleh pada patokan mengenai moralitas, makna dan tujuan

hidup , termasuk apa yang lebih baik dan yang buruk kepada manusia modern.

Patokan tentang moralitas, makna dan tujuan hidup ternyata berakar pada agama,

kata Soedjatmoko (1984 : 203).

Pada aspek ekonomi terdapat pulan ancaman serius, menghadapi ancaman

rangkap tiga (habisnya sumber energy, inflasi, pengangguran) dalam bidang

ekonomi telah menyebabkan politisi tidak tahu lagi mana yang harus diselesaikan

terlebih dahulu, mereka bersama-sama dengan media berdebat tentang prioritas,

tanpa menyadari bahwa masalah-masalah ekonomi itu dan juga masalah kesehatan

dan lingkungan tadi sebenarnya merupakan sebuah kritis tunggal d an (capra,

1998 : 9).

Kata capra, pada intelektual menyebut nama sumber kemunduran tadi

adalah keadaan semacam Vietnam, Watergate, dan bertahannya perkampungan

kumuh, kemiskinan dan kejahatan, namun tidak seorangpun dari mereka.

Demikian capra , mengenali persoalan sebenarnya yang mendasari krisis itu

menurut capra persoalan yang sebenarnya adalah persoalan sistemik yang berarti

persoalan itu saling berhubungan dan saling bergantung. Menurut capra, awal

persoalan itu dimulai dari kekeliruan pemikiran.

Menurut pendapat kami, kami setuju bahwa budaya barat berada dipinggir

jurang kehancuran karena apabila kita hanya menggunakan rasio tanpa

menggunkan hati maka akan hampa atau tidak seimbang, alangkah bagusnya

apabila kita dalam melakuan sesuatu selalu menggunakan rasio juga

10
menggunakan hati agar hasil dari perbuatan kita yaitu tidak akan menimbulkan

kegiatan disatu pihak.

Dan melihat kemungkinna lain, yaitu harus ada tiga paradigma (masing

masing untuk budaya sains dan seni dan etika untuk merekayasa kembali budaya

dunia, ketiga paradigma itu harus diturunkan dari islam, mengapa mengambil

islam bukan I ching karena sekalipun seandainya filsafat I ching itu dunia sebagai

suatu keseluruhan, tetapi filsafat itu belum pernah pernah mampu membangun

suatu masyarakat atau Negara sesuai dengan isi filsafat itu sedangkan islam, selain

juga ajarannya juga melihat dunia sebagai suatu keseluruhan telah membuktikan

dirinya mampu membentuk masyarakat Negara yang menrapkan isi filsafatnya

itu, yaitu Negara madinah pada zaman Nabi, Abu Bakar dan Umar kemudian

muncul lagi pada zaman Umar Bin Abdul Azis, dan sekali lagi pad zaman

makmud di Baghdat.

Sebenarnya untuk pengembangan budaya sains, paradigma ini sungguh

sesuai dan amat memadai, tetapi untuk mengembangkan budaya dalam bidang

seni dan etika paradigma itu tidak memadai. Yang dilakukan dibarat ini selama ini

adalah paradigma sains, itu digunakan dalam pengembangan budaya sains, dan

dipaksakan juga digunakan dalam pengembangan budaya seni dan etika, dan

disinilah letak penyebab awal itu seharusnya untuk pengembangan budaya sains

digunakan paradigma sains, untuk budaya seni digunakan paradigma lain yang

sesuai, demikian juga untuk pengembangan budaya etika.

11
Jauh sebelum munculnya kesadaran akan kehancuran budaya barat,

Nietzsche (1844-1900) telah meningkatkan orang akan kekeliruannya dalam

mendewakan rasio. Hadermas misalnya mengatakan bahwa Nietzsche adalah titik

balik kesadaran manusia akan rasinalistanya (Sunardi, 1996 : V). ia sangat keritis

terhadap cita-cita modernisme yang berkuasa di Erofa pada waktu itu,

kepercayaan akan proses sudah dilecehkan Nietzsche sejak akhir abad lalu.

Kegairahan orang akan rasionalisme ketika itu dirombak oleh Nietzsche, jika

akhir akhir ini orang menderita demam dekonstruksi, maka Nietzsche yang

menjadi pencetusnya.

Dari analisis filsafat dan sejarah kudyaan kita mengetahui bahwa budaya

barat di susun dengan menggunakan hanya satu paradigma, yaitu paradigma sains

(Scientific Paradigma). Paradigma ini di susun berdasarkan warisan Descartesdan

Newton. Warisan dua tokoh ini merupakan inti pembahasan dari capra,ia

menyatakan bahwa paradigma yang diturunkan dari cartesian dan Newtonian

itulah bahwa yang menghasilkan paradigma tunggal yang digunakan dalam

mendesains budaya barat. Kesalahan terjadi karena karena paradigma itu tidak

melihat alam ini pada bagian yang emperiknya saja.

Haedar Nashir, dalam agama dan kritis kemanusiaan modern (1990)

mengungkapkan bahwa beberapa segi menarik pada krisis manusia modern.

Pendewaan rasio manusia telah menjerumuskan manusia pada sekularisasi

kedadaran dan pencciptaan ketidak berartian hidup,penyakit mental justru menjadi

penyakit zaman seperti keserakahan, penyakit mental justru melakukan kekerasan.

Kekerasan itu amat mungkin berkembang karena adanya pandangan bahwa

12
ukuran keberhasilan seseorang adalah sejauh mana ia mampu mengumpulkan

materi dan symbol-simbol lahirlah yang bersifat formal.

Ancaman lain masih ada, kelebihan penduduk dan teknologi industri telah

menjadi penyebab terjadinya degradasi hebat pada lingkungan alam sepenuhnya

menjadi gantungan hidup kita. Yang ini pun mengancam kesehatan, dan

kesejahtraan umat manusia. Kota-kota besar telah diselimuti asal tebal yang

berwarna kuning-kuningan yang tersa nenyesatkan dada.polusi udara yang terus

menerus ini tidak hanya mempengaruhi manusia melainkan juga menggaanggu

system ekologi.polusi udara membunuh tumbuh-tumbuhan dan mengubah secara

drastis polusi hewan yang tergantung pada tetumbuhan itu.

Secara rinci menjelaskan bahwa yang mengancam kehidupan ras manusia.

Dan ketidak mampuan kaum intelektual mencari jalan mengatasinya. Cata capra

kita telah menimbun puluhan senjata nuklir, yang cukup untuk menghancurkan

dunia beberapa kali, dan perlombaan senjata itupun berlanjut dengan kecepatan

yang melaju. Pada bulan November 1978. Sewaktu Amerika Serikat dan Uni

Soviet sedang menyelesaikan babak kedua pembicaraan pembatasan senjata nuklir

dan dua tahun kemudian program tersebut memuncak dalam ledakan militer

terbesar dalam secara anggaran belanja 5 tahun untuk pertahanan sebesar 1000

Miliar dolar.sejak itu pabrik senjata yang kekuatan penghancurnya belum pernah

tertandingi.

Pembuatan senjata besar-besaran oleh negara kaya dan pembelian senjata

besar-besaran oleh Negara miskin cukup menyebabkan capra heran. Tentu saja

pada umumnya manusia normal akan heran karena pihak lain lebih dari 15 juta

13
orang sebagian besar ana-anak meninggal karena kelaparan setiap tahun,500 juta

lainnya kekurangan gizi serius, hamper 40 % penduduk dunia tidak mempunyai

peluang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan professional, 35 % pendudik

dunia kekurangan air bersih, sementara Negara-negara sedang berkembang

menghabiskan biaya untuk persenjataan 3 kali lebih besar ketimbang untuk

kesehatan, dunia sedang penuh kontradiksi.

Tiga dasa warsa menjelang terakhirnya abad ke-20, terjadi perkembangan

baru yang mulai menyadari bahwa manusia selama ini telah salah dalam

menjalani kehidupanya. Dunia ilmu muncul pandangan yang menggugat

paradigma positivistic. Tokoh seperti Kuhn (1970) telah mengisyaratkan adanya

upaya pendobrakan ia mengatakan bahwa kebenaran ilmu bukanlah suatu

kebenaran Sui generis (objektif). Dengan mengatakan bahwa kebenaran ilmu

bukanlah suatu kebenaran ilmu bukanlah suatu kebenaran positivism ang

menjadikan Rasionalisme sebagai andalan satu-satunya.

Hermer Suwardi, guru besar filsafat ilmusarjana Universitas Padjajaran

Bandung dengan mengecam paradigma filsafat ilmu yang digunakan dibarat.

Filsafat ilmu yang di Barat, katanya, hanya mengandalkan satu paradigm ini tidak

mampu melihat alam semesta secara keseluruhan. Karena ini ia mengusulkan

paradigm baru yaitu paradigma ilmu yang tersumber pada Tuhan.

Capra telah menulis buku yang di siapkan dalam jangka panjang. Mula-

mula ia menulis The Tao Of Physies. Buku ini telah menggerakkan dunia filsafat

khususnya filsafat fisika , dalam buku ini capra mencoba memperhatikan

hubungan antara revolusi spiritual dengan Fisika (capra, 1998:xxiii) enam tahun

14
kemudia ia menerbitkan buku penting, The Turning point : Science, Society and

The Rising Culture, dalam edisi bahasa Indonesia titik balik perdaban.

B. LAHIRNYA POSTMODERNISME

Munculnya postmodernisme tidak dapat dilepaskan dari modernisme itu

sendiri. Kata modernisme mengandung makna serba maju, gemerlap, dan

progresif. Modernisme selalu menjanjikan pada kita untuk membawa pada

perubahan ke dunia yang lebih mapan di mana semua kebutuhan akan dapat

terpenuhi. Rasionalitas akan membantu kita menghadapi mitos-mitos dan

keyakinan-keyakinan tradisional yang tak berdasar, yang membuat manusia tak

berdaya dalam menghadapi dunia ini (Maksum, 2014: 309).

Namun demikian, modernisme memiliki sisi gelap yang menyebabkan

kehidupan manusia kehilangan diorientasi. Apa yang dikatakan oleh Max

Horkheimer, Ardono, dan Herbert Marcuse bahwa pencerahan tersebut

melahirkan sebuah penindasan dan dominasi disamping juga melahirkan

kemajuan.

Modernisme, menurut Anthony Giddens, menimbulkan berkembangbiaknya

petaka bagi umat manusia. Pertama, penggunaan kekerasan dalam

menyelesaikan sengketa. Kedua, penindasan oleh yang kuat atas yang lemah.

Ketiga, ketimpangan sosial yang kian parah. Keempat, kerusakan hidup yang

kian menghawatirkan (Maksum, 2014: 311).

15
Tumbangnya modernisme dan munculnya postmodernisme dapat kita

ketahui dari pemikiran filsafatnya Soren Kierkegaard (1813-1855),

sebagaimana dikutip oleh Ali Maksum, yang menentang rekonstruksi-

rekonstruksi rasional dan masuk akal yang menentukan keabsahan kebenaran

ilmu. Sesuatu itu dikatakan benar ketika sesuai dengan konsensus atau aturan

yang berlaku di dunia modern, yaitu rasional dan objektif. Namun tidak dengan

Kierkegaard, dia berpendapat bahwa kebenaran itu bersifat subjektif (Ghazali

& Effendi, 2009: 314). Truth is subjectivity, artinya bahwa pendapat tentang

kebenaran subjektif itu menekankan pentingnya pengalaman yang dialami oleh

seorang individu yang dianggapnya relatif.

Gejala Postmodernisme yang merambah ke berbagai bidang kehidupan

tersebut yang didalamnya termasuk ilmu pengetahuan merupakan suatu reaksi

terhadap gerakan modernisme yang dinilainya mengalami kegagalan.

Modernisme yang berkembang dengan ditandai oleh adanya rasionalisme,

materialisme, dan kapitalisme yang didukung dengan perkembangan teknologi

serta sains menimbulkan disorientasi moral keagamaan dengan runtuhnya

martabat manusia (Kalean, 2002: 298).

Atas latar belakang itulah, para tokoh dan pemikir postmodernisme

menghadirkan sebuah gagasan baru yang disebut dengan postmodernisme

dalam rangka melakukan dekonstruksi paradigma terhadap berbagai bidang

keilmuan, sebagai sebuah upaya untuk mengoreksi atau membuat dan bahkan

menemukan paradigma yang baru. Postmodernisme seperti yang dikatakan oleh

Derrida dan Lyotard, merupakan anti tesis dari modernisme. Hampir semua

16
istilah yang diajukan oleh postmodernisme adalah antonimasi modernisme.

Kelahiran postmodernisme membuat istilah baru dan mengakibatkan perbedaan

dengan paham modernisme. Berikut ini beberapa istilah yang digunakan oleh

aliran modernisme dan postmodernisme atau pembeda antara keduanya

(Maksum, 2014: 348):

MODERNISME POSTMODERNISME

Sentralisasi Desentralisasi
Pertarungan Kelas Pertarungan Etnis
Konstruksi Dekonstruksi
Kultur Sub-Kultur
Hermeneutis Nihilisme
Budaya Tinggi Budaya Rendah
Hierarki Anarki
Industri Pasca-Industri
Teori Paradigma
Kekuatan Negara Kekuatan Bersama
Agama Sekte-sekte
Legitimasi Delegitimasi
Konsensus Dekonsensus
Budaya Tradisional Liberalisme
Kontinuitas Diskontinuitas

C. TOKOH-TOKOH PASCA MODERN

17
Ada beberapa tokoh yang bisa disebut mewakili era Postmodernisme.

Pertama, Jean-Francois Lyotard, merupakan salah satu filsuf postmodernisme

yang paling terkenal sekaligus paling penting di antara filsuf-filsuf

postmodernisme yang lainnya. Dua karya yang menjadikannya terkenal baik di

Perancis maupun diluar negeri yaitu The Postmodernisme Condition dan The

Differend. Karyanya itu juga baik sesuatu ataupun seseorang yang ditolak

bersuara terhadap sistem ideologis yang dominan yang menentukan sesuatu

yang dapat diterima dan tidak dapat diterima (Zaprulkhan, 2006: 320).

Tokoh-tokoh filsafat pasca modern cukup banyak yaitu seluruh tokoh

filsafat dekonstruksi seperti Arkoun, Derrida, Foucault, wittgenstien. Berpendapat

bahwa Nietzsche adalah tokoh-tokoh pertama yang sudah menyatakan ketidak

puasannya terhadap dominasi atau pembawaan rasio pada tahun 1880 an, dan

mungkin dapat tokoh pertama Filsafat dekonstruksi adalah Nietzsche itu, jadi

dikatakan tokoh pertama filsafat pasca modern adalah Nietzsche itu.

Pada tahun 1880 an Nietzsche telah menyatakan bahwa budaya barat telah

berada di pinggir jurang kehancuran karena terlalu mendewakan rasio, dan tahun

1990 an capra menyatakan bahwa budaya barat telah hancur juga karena terlalu

mendewakan rasio, mengapa ? karena ia merupakan filsafat yang keliru dan juga

keliru cara menggunakannya, yaitu rasionalisme dan kekeliruan dalam

menggunakan rasionalsme itulah budaya barat hancur.

Seodjatmoko (1984:202) mengatakan bahwa ilmu dan teknologi sekarang

ini berhadapan dengan pertanyaan pokok tentang jalan yang harus ditempuh,

pernyataan itu sebenarnya berkaisar pada masalah ketidak mampuan manusia

18
mengendalikan ilmu dan teknologi itu. Jalannya ilmu dan teknologi tidak dapat

lagi dikendalikan manusia. Pernyataan pernyataan mengenai dirinya sendiri

mengenai tujuan dan cara pengembangannya tidak akan dijawab oleh ilmu

teknologi tanpa menoleh pada patokan mengenai moralitas, makna dan tujuan

hidup , termasuk apa yang lebih baik dan yang buruk kepada manusia modern.

Patokan tentang moralitas, makna dan tujuan hidup ternyata berakar pada agama,

kata Soedjatmoko (1984 : 203).

Pada aspek ekonomi terdapat pulan ancaman serius, menghadapi ancaman

rangkap tiga (habisnya sumber energy, inflasi, pengangguran) dalam bidang

ekonomi telah menyebabkan politisi tidak tahu lagi mana yang harus diselesaikan

terlebih dahulu, mereka bersama-sama dengan media berdebat tentang prioritas,

tanpa menyadari bahwa masalah-masalah ekonomi itu dan juga masalah kesehatan

dan lingkungan tadi sebenarnya merupakan sebuah kritis tunggal d an (capra,

1998 : 9).

Kata capra, pada intelektual menyebut nama sumber kemunduran tadi

adalah keadaan semacam Vietnam, Watergate, dan bertahannya perkampungan

kumuh, kemiskinan dan kejahatan, namun tidak seorangpun dari mereka.

Demikian capra , mengenali persoalan sebenarnya yang mendasari krisis itu

menurut capra persoalan yang sebenarnya adalah persoalan sistemik yang berarti

persoalan itu saling berhubungan dan saling bergantung. Menurut capra, awal

persoalan itu dimulai dari kekeliruan pemikiran.

Menurut pendapat kami, kami setuju bahwa budaya barat berada dipinggir

jurang kehancuran karena apabila kita hanya menggunakan rasio tanpa

19
menggunkan hati maka akan hampa atau tidak seimbang, alangkah bagusnya

apabila kita dalam melakuan sesuatu selalu menggunakan rasio juga

menggunakan hati agar hasil dari perbuatan kita yaitu tidak akan menimbulkan

kegiatan disatu pihak.

Melihat kemungkinna lain, yaitu harus ada tiga paradigma (masing masing

untuk budaya sains dan seni dan etika untuk merekayasa kembali budaya dunia,

ketiga paradigma itu harus diturunkan dari islam, mengapa mengambil islam

bukan I ching ? karena sekalipun seandainya filsafat I ching itu dunia sebagai

suatu keseluruhan, tetapi filsafat itu belum pernah pernah mampu membangun

suatu masyarakat atau Negara sesuai dengan isi filsafat itu sedangkan islam, selain

juga ajarannya juga melihat dunia sebagai suatu keseluruhan telah membuktikan

dirinya mampu membentuk masyarakat Negara yang menrapkan isi filsafatnya

itu, yaitu Negara madinah pada zaman Nabi, Abu Bakar dan Umar kemudian

muncul lagi pada zaman Umar Bin Abdul Azis, dan sekali lagi pad zaman

makmud di Baghdat.

Sebenarnya untuk pengembangan budaya sains, paradigma ini sungguh

sesuai dan amat memadai, tetapi untuk mengembangkan budaya dalam bidang

seni dan etika paradigma itu tidak memadai. Yang dilakukan dibarat ini selama ini

adalah paradigma sains, itu digunakan dalam pengembangan budaya sains, dan

dipaksakan juga digunakan dalam pengembangan budaya seni dan etika, dan

disinilah letak penyebab awal itu seharusnya untuk pengembangan budaya sains

digunakan paradigma sains, untuk budaya seni digunakan paradigma lain yang

sesuai, demikian juga untuk pengembangan budaya etika.

20
Jauh sebelum munculnya kesadaran akan kehancuran budaya barat,

Nietzsche (1844-1900) telah meningkatkan orang akan kekeliruannya dalam

mendewakan rasio. Hadermas misalnya mengatakan bahwa Nietzsche adalah titik

balik kesadaran manusia akan rasinalistanya (Sunardi, 1996 : V). ia sangat keritis

terhadap cita-cita modernisme yang berkuasa di Erofa pada waktu itu,

kepercayaan akan proses sudah dilecehkan Nietzsche sejak akhir abad lalu.

Kegairahan orang akan rasionalisme ketika itu dirombak oleh Nietzsche, jika

akhir akhir ini orang menderita demam dekonstruksi, maka Nietzsche yang

menjadi pencetusnya.

Dari analisis filsafat dan sejarah kudyaan kita mengetahui bahwa budaya

barat di susun dengan menggunakan hanya satu paradigma, yaitu paradigma sains

(Scientific Paradigma). Paradigma ini di susun berdasarkan warisan Descartesdan

Newton. Warisan dua tokoh ini merupakan inti pembahasan dari capra,ia

menyatakan bahwa paradigma yang diturunkan dari cartesian dan Newtonian

itulah bahwa yang menghasilkan paradigma tunggal yang digunakan dalam

mendesains budaya barat. Kesalahan terjadi karena karena paradigma itu tidak

melihat alam ini pada bagian yang emperiknya saja.

Haedar Nashir, dalam agama dan kritis kemanusiaan modern (1990)

mengungkapkan bahwa beberapa segi menarik pada krisis manusia modern.

Pendewaan rasio manusia telah menjerumuskan manusia pada sekularisasi

kedadaran dan pencciptaan ketidak berartian hidup,penyakit mental justru menjadi

penyakit zaman seperti keserakahan, penyakit mental justru melakukan kekerasan.

Kekerasan itu amat mungkin berkembang karena adanya pandangan bahwa

21
ukuran keberhasilan seseorang adalah sejauh mana ia mampu mengumpulkan

materi dan symbol-simbol lahirlah yang bersifat formal.

Ancaman lain masih ada, kelebihan penduduk dan teknologi industri telah

menjadi penyebab terjadinya degradasi hebat pada lingkungan alam sepenuhnya

menjadi gantungan hidup kita. Yang ini pun mengancam kesehatan, dan

kesejahtraan umat manusia. Kota-kota besar telah diselimuti asal tebal yang

berwarna kuning-kuningan yang tersa nenyesatkan dada.polusi udara yang terus

menerus ini tidak hanya mempengaruhi manusia melainkan juga menggaanggu

system ekologi.polusi udara membunuh tumbuh-tumbuhan dan mengubah secara

drastis polusi hewan yang tergantung pada tetumbuhan itu.

Secara rinci menjelaskan bahwa yang mengancam kehidupan ras manusia.

Dan ketidak mampuan kaum intelektual mencari jalan mengatasinya. Cata capra

kita telah menimbun puluhan senjata nuklir, yang cukup untuk menghancurkan

dunia beberapa kali, dan perlombaan senjata itupun berlanjut dengan kecepatan

yang melaju. Pada bulan November 1978. Sewaktu Amerika Serikat dan Uni

Soviet sedang menyelesaikan babak kedua pembicaraan pembatasan senjata nuklir

dan dua tahun kemudian program tersebut memuncak dalam ledakan militer

terbesar dalam secara anggaran belanja 5 tahun untuk pertahanan sebesar 1000

Miliar dolar.sejak itu pabrik senjata yang kekuatan penghancurnya belum pernah

tertandingi.

Pembuatan senjata besar-besaran oleh negara kaya dan pembelian senjata

besar-besaran oleh Negara miskin cukup menyebabkan capra heran. Tentu saja

pada umumnya manusia normal akan heran karena pihak lain lebih dari 15 juta

22
orang sebagian besar ana-anak meninggal karena kelaparan setiap tahun,500 juta

lainnya kekurangan gizi serius, hamper 40 % penduduk dunia tidak mempunyai

peluang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan professional, 35 % pendudik

dunia kekurangan air bersih, sementara Negara-negara sedang berkembang

menghabiskan biaya untuk persenjataan 3 kali lebih besar ketimbang untuk

kesehatan, dunia sedang penuh kontradiksi.

Tiga dasa warsa menjelang terakhirnya abad ke-20, terjadi perkembangan

baru yang mulai menyadari bahwa manusia selama ini telah salah dalam

menjalani kehidupanya. Dunia ilmu muncul pandangan yang menggugat

paradigma positivistic. Tokoh seperti Kuhn (1970) telah mengisyaratkan adanya

upaya pendobrakan ia mengatakan bahwa kebenaran ilmu bukanlah suatu

kebenaran Sui generis (objektif). Dengan mengatakan bahwa kebenaran ilmu

bukanlah suatu kebenaran ilmu bukanlah suatu kebenaran positivism ang

menjadikan Rasionalisme sebagai andalan satu-satunya.

Hermer Suwardi, guru besar filsafat ilmusarjana Universitas Padjajaran

Bandung dengan mengecam paradigma filsafat ilmu yang digunakan dibarat.

Filsafat ilmu yang di Barat, katanya, hanya mengandalkan satu paradigm ini tidak

mampu melihat alam semesta secara keseluruhan. Karena ini ia mengusulkan

paradigma baru yaitu paradigma ilmu yang tersumber pada Tuhan.

Capra telah menulis buku yang di siapkan dalam jangka panjang. Mula-

mula ia menulis The Tao Of Physies. Buku ini telah menggerakkan dunia filsafat

khususnya filsafat fisika , dalam buku ini capra mencoba memperhatikan

hubungan antara revolusi spiritual dengan Fisika (capra, 1998:xxiii) enam tahun

23
kemudia ia menerbitkan buku penting, The Turning point : Science, Society and

The Rising Culture, dalam edisi bahasa Indonesia titik balik perdaban.

  

BAB III

PENUTUP

       A.    Kesimpulan

Jean-Fracois Lyotard adalah orang yang memperkenalkan postmodernisme

dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di tahun 1970-an dalam bukunya

yang berjudul “The Postmodern Condition: A Report on Knowledge”. Dia

mengartikan postmodernisme sebagai segala kritik atas pengetahuan universal,

atas tradisi metafisik, fondasionalisme maupun atas modernisme. Menurut

Louis, postmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide

zaman modern.

24
Gejala postmodernisme yang merambah ke berbagai bidang kehidupan

tersebut yang didalamnya termasuk ilmu pengetahuan merupakan suatu reaksi

terhadap gerakan modernisme yang dinilainya mengalami kegagalan.

Modernisme yang berkembang dengan ditandai oleh rasionalisme,

materialisme, dan kapitalisme yang didukung oleh sains dan teknologi

mengakibatkan timbulnya disorientasi moral keagamaan (religius) terutama

runtuhnya martabat manusia.

Tokoh-tokoh Postmodernisme antara lain Jean-Francois Lyotard, Michael

Foucault, Jacques Derrida, Jean Baudrillard, dan Fedrick Jameson. Ciri-ciri

pemikiran postmodernisme antara lain Dekonstruktifisme, Relativisme, dan

Pluralisme. Teori sosial dalam Postmodernime terdapat beberapa aliran yaitu :

Postmodern Moderat, Postmodern Ekstrem, dan Posisi Teoritis. Pandangan

postmodernisme tehadap ilmu pengetahuan bahwa mereka tidak mengakui akan

adanya rasionalitas universal, objektif dalam pengetahuan. Yang ada hanyalah

relativitas dari eksistensi plural atau subjektivitas. Maka dengan demikian perlu

dirubah dari berfikir totalizing menjadi pluralistic and open democracy dalam

semua sendi kehidupan.

Kelebihannya postmodernisme dapat membuat kita peka terhadap

kemungkinan bahwa wacana besar positif, prinsip-prinsip etika positif, dapat

diputar dan dipakai untuk menindas manusia. Menurut Franz Dahler,

postmodernisme memiliki segi positif, yaitu keterbukaan untuk kebhinekaan

masyarakat, untuk toleransi, perlawanan terhadap monopoli, dominan agama,

aliran dan ideologi tertentu, hingga menguntungkan demokrasi. Sedangkan

25
kelemahan postmodernisme, pertama, postmodernisme yang sangat semangat

mempromosikan narasi-narasi kecil, ternyata buta terhadap kenyataan bahwa

banyak juga narasi kecil yang mengandung banyak kebusukan. Kedua,

postmodernisme tidak membedakan antara ideologi, di satu pihak dan prinsip-

prinsip universal etika terbuka, di pihak lain. Ketiga, postmodernisme

menuntut untuk menyingkirkan cerita-cerita besar demi cerita kecil atau lokal.

Kritik terhadap postmodernisme antara lain pemikir postmodernisme

kurang tegas terhadap membedakan apakah mereka menciptakan teori atau

mengarang sastra. Habermas merasa argumen para postmodernis sarat dengan

sentimen normatif. Ciri discourse postmodernisme dalam ilmu pengetahuan

memahami fenomena modern yang bernama pengetahuan. Ia mempertanyakan

tentang ”apa itu pengetahuan yang benar” secara genealogis dan arkeologis,

dalam arti, dengan melacak bagaimana pengetahuan itu mengembangkan diri

selama ini. Misalnya konseptual tentang ”kegilaan”, ”seksualitas”, manusia”,

”gender” dan lain sebagainya yang biasa dianggap ”natural” itu sebenarnya

adalah situs-situs produksi dari ilmu pengetahuan.

Relevansi postmodernisme saat ini karena mereka bersikap saling

menghargai manusia sebagai individu-individu dengan segala keunikan yang

ada pada dirinya dan keberagamanya yang meliputi kelemahan dan kelebihan

adalah suatu nilai lebih dan unik, hal itu merupakan pembeda dengan yang

lainnya.

B.    Saran

26
Dengan penulisan makalah ini diharapkan kepada seluruh pembaca agar

lebih bersemangat Dan lebih mendalami mata kuliah filsafat umum.

DAFTAR PUSTAKA

Asmoro Achmadi. 2008. Filsafat Umum. Jakarta : PT. RAJA GRAFINDO

PERSADA.

Ahmad Tafsir.2003. filsafat umum. Bandung : PT. REMAJA RODASKARYA.

Setiawan Johan. 2018. PEMIKIRAN POSTMODERNISME DAN

PANDANGANNYA TERHADAP ILMU PENGETAHUAN. Jurnal Filsafat

Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai