Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, Orangtua kami yang sudah mendukung kami, dan kepada Ibu,Mitra
gultomi selaku dosen pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan arahan
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “AGAMA DALAM
PRESPEKTIF BARAT SEKULAR DAN KOREKSI ISLAM”.
Makalah ini telah kami susun dengan sangat maksimal guna memenuhi tugas pada mata
kuliah Pendidikan Agama Islam dan kami herharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Dengan keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari para pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Depok, 03 Oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian

1. Westernisasi
` Adalah suatu proses dimana masyarakat di negara Timur menghadapi budaya Barat di
berbagai bidang. Seperti, industry,teknologi, hokum, politik, ekonomi, gaya hidup, cara
berpakaian, gaya Bahasa, agama dan nilai-nilai.

Gerakan fundamentalisme Islam setidaknya memiliki empat motif yang menjadi arah
gerakannya: sebagai gerakan pembaruan, reaksi terhadap arus modernitas, reaksi terhadap
westernisasi, dan keyakinan terhadap agama sebagai teologi alternatif. Berpegang pada prinsip-
prinsip perlawanan (oppositionalism), penolakan terhadap hermeneutika, penolakan terhadap
pluralisme dan relativisme, serta penolakan terhadap perkembangan historis dan sosiologis,
gerakan fundamentalis berkembang dari gerakan keagamaan menjadi gerakan politik-ideologis.
Penulis melihat kemunculan fundamentalisme di dunia Islam disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu adanya represi (penindasan) politik, kegagalan rezim sekular dalam merumuskan kebijakan
dan mengimplementasikannya di dalam kehidupan masyarakat, respon terhadap Barat
(rasionalisasi, modernisasi, sekularisasi dan kapitalisme), respon atas situasi politik internasional
yang sering membuat dunia Islam tersudut atau bahkan teraniaya, serangan kultural (budaya)
terhadap masyarakat Islam dan terakhir kegagalan negara-negara dengan mayoritas penduduk
beragama Islam dalam menyejahterakan masyarakatnya.

Samuel P. Huntington

Menurut Samuel P. Huntington, pengertian westernisasi adalah proses di dalam masyarakat yang
mengikuti segala bentuk gaya hidup bangsa barat.

2. Koentjaraningrat

Menurut Koentjaraningrat, pengertian westernisasi adalah proses meniru gaya hidup orang barat
yang dilakukan masyarakat secara berlebihan dalam bentuk gaya hidup, kebiasaan, gaya
pergaulan, dan lain sebagainya. Westernisasi tidak cocok untuk diterapkan di negara Indonesia
karena masyarakat kita masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Timur.

3. Soerjono Soekanto

Menurut Soerjono Soekanto, pengertian westernisasi adalah suatu proses kehidupan yang
mengutamakan industrialisasi dan juga sistem ekonomi kapitalis sehingga kehidupannya meniru
atau berusaha sama persis dengan kehidupan masyarakat yang berada di negara Barat.
4. Eka Gunawan

Menurut Eka Gunawan, arti westernisasi adalah suatu proses peniruan oleh suatu masyarakat/
Negara tentang kebudayaan negara-negara barat yang dianggap lebih baik dari pada kebudayan
negara sendiri.

5. Arif Furtonutely

Menurut Arif Furtonutely, pengertian westernisasi adalah arus besar dalam dimensi politik,
sosial, kultur, budaya, pengetahuan dan seni untuk mengubah karakter kehidupan bangsa-bangsa
di dunia secara umum dan negara-negara Islam khususnya menjadi paham-paham Barat.

Ciri- ciri Westernisasi

Westernisasi dapat kita ketahui dengan memperhatikan karakteristiknya di masyarakat. Adapun


ciri-ciri westernisasi adala sebagai berikut:

1. Lifestyle atau gaya hidup masyarakat mengalami perubahan dan meniru perkembangan yang
terjadi di negara-negara Barat. Misalnya; gaya hidup mewah, hedonisme, dan lain sebagainy

2. Mengikuti kebiasaan sebagian masyarakat Barat dalam mengonsumsi minuman keras dan
obat-obatan terlarang.

3. Semakin maraknya pergaulan bebas dan perilaku seksual menyimpang di tengah-tengah


masyarakat.

4. Perubahan pada cara berpakaian, cara berkomunikasi, dan hubungan sosial yang mengikuti
kebiasaan di negara-negara Barat.

5. Masyarakat semakin individual karena sikap gotong-royong yang menjadi ciri khas
masyarakat Indonesia selama ini semakin terkikis.

6. Terjadinya perubahan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, mulai dari politik,
ekonomi, seni, budaya, dan lain sebagainya, yang diadopsi dari negara-negara Barat.

Sekularisme

Secara garis besar, sekulerisasi ditandai oleh (1) pemisahan (separasi) antara pemerintahan dan
ideologi-ideologi keagamaan dan struktur-struktur kegerejaan (2) pembangan (ekspansi)
pemerintahan untuk melaksanakan penaranan mengatur lapangan sosioekonomis yang di lakukan
oleh struktur-struktur keagaman , (3) transvaluasi budaya politik untuk menekan tujuan-tujuan
duniawi yang nonstransenden dan cara-cara yang rasional dan pragmatis, yang berupa nilai nilai
politik sekuler.

.Dr. Camile Al-Hajj mengatakan sekularisme adalah gerakan yang muncul akibat konflik
sejarah yang terjadi antara gereja dan kekuasaan di Eropa. Untuk memisahkan antara Agama dan
Negara di satu sisi serta pemisahan antara ajaran-ajaran gereja dan ilmu pengetahuan.
Agama / Tuhan dalam Pandangan Para Tokoh Atheis

Pengertian Atheisme

Ketika sikap keber Tuhanan manusia diaplikasikan dalam wujud penghambaan dan
pengabdian yang terlegitimasi dalam formalitas agama, maka agama di pandang sebagai yang
memiliki kebenaran mutlak dan universal (determinisme). Pemberlakuan agama secara ketat di
dunia Barat itu secara reflektif akan menampilkan bentuk pemisahan yang signifikan antara
agama normatif dan agama historis.

Pada era modern, paradigma kebertuhanan dan keberagamaan yang tampil pada abad
pertengahan dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu pengembangan intelektualitas manusia,
sehingga dianggap membuat stagnan kehidupan dan kebebasan berpikir manusia. Oleh karena itu
pada era baru ini (modern) timbulah suatu pembrontakan yang luar biasa terhadap agama yang
kemudian memuncak pada pemutusan hubungan antara agama dan Tuhan dari kehidupan praktis
umat manusia. Konsekuensi dari pemutusan itu lahirlah suatu model peradaban manusia yang
semata-mata mengkultuskan kemampuan akal yang tanpa mengkaitkannya sedikitpun dengan
nilai-nilai ke Tuhanan dan keagamaan yaitu suatu model sekularistik dan atheis praktis yang
kemudian terus berlanjut hingga masyarakat post – modern (kontemporer). Bahkan secara
faktual pada masyarakat kontemporer pemutusan kebertuhanan dan keberagamaan dari ranah
kehidupan praktis umat manusia semakin ekstrim, di mana Tuhan dan agama hanya dianggap
sebagai urusan pribadi, candu masyarakat dan bahkan kesia-siaan belaka.

Fenomena ateisme merupakan salah satu fonomena yang sangat penting dalam
perkembangan kehidupan spiritual. Fonomena ateisme seringkali mendapat konfrontasi dan
penolakan baik secara teoritis maupun secara praktis. Ateisme seringkali mencetuskan ide-ide
baru yang bertentangan dengan nilai agama. Agama dianggap tidak sesuai bahkan tidak mampu
untuk memecahkan problem, realitas yang dihadapi oleh umat manusia. Sekularisme dianggap
sebagai titik awal dari munculnya atheisme di dunia. Hal ini dikarenakan pada paham
sekularisme lah yang pertama kali mengajarkan kebebasan, pemisahan antara hukum duniawi
dengan agama dimana agama menjadi hanya urusan tiap tiap individu yang tidak terkait dengan
urusan dunia atau negara.
Ateisme sendiri diartikan sebagai pandangan yang menolak pendapat bahwa Tuhan itu
ada, sesuai dengan kata asalnya secara etimologis, ”a” yang berarti “ tidak” dan “theos” adalah
“dewa”. Konsep “ada” dan “tiada” (eksistensi) adalah konsep filsafat, sehingga dalam tulisan ini
atheisme dapat dirumuskan menjadi paham penolakan secara filosofis terhadap eksistensi Tuhan.
Berdasarkan sejarahnya, mereka pemegang paham atheisme ini tidak benar – benar mempercayai
jika Tuhan itu tidak ada. Hal ini bisa dikatakan sebagai bentuk pemberontakan para ilmuwan di
jaman dahulu, terutama di barat yang merasa terkekang oleh aturan – aturan agama (dalam hal
ini gereja) yang dianggap terlalu mendesak dan mendorong mundur lajunya perkembangan ilmu
pengetahuan. Sehingga para tokoh tokoh ini muncul dengan sebuah paham dimana manusia bisa
hidup lebih maju dengan ilmu pengetahuan tanpa batas yang memunculkan kebebasan dalam
menentukan tujuan hidupnya terlepas dari aturan Tuhan dan agama.

Perbincangan ateisme, diakui atau tidak, tidak terlepas dari filsuf Perancis yang
bernama Jean-Paul Sartre (1905—1980). Ia adalah filsuf eksistensialis-ateis modern yang paling
terkenal dan berpengaruh di Perancis ataupun di dunia. Bahkan, karya Sartre yang berjudul Les
Mots (1964) meraih nobel. Namun, Sartre menolaknya dengan alasan jika ia menerima nobel
tersebut, ia tidak akan menjadi orang yang bebas. Di Indonesia sendiri, pengaruh
eksistensialisme-atheis Jean-Paul Sartre muncul pada beberapa bidang, yakni :

(1) Bidang Sastra


Di Indonesia terdapat empat pengarang terkemuka yang terpengaruh pemikiran
eksistensialisme-ateis, misalnya Iwan Simatupang, Budi Darma, Shoim Anwar, dan
Danarto.
(2) Bidang Budaya
Sekarang ini terdapat kelompok budayawan yang mengatasnamakan kelompok
eksistensialis Indonesia.
(3) Bidang psikologi
Di Indonesia mulai digunakan terapi psikologi eksistensial yang banyak terpengaruh
oleh filsafat eksistensialisme-ateis Jean-Paul Sartre.

Agama/Tuhan menurut Jean-Paul Sartre


Jean-Paul Sartre dilahirkan di Paris pada tanggal 21 Juni 1905. Sartre yang berusia 12
tahun sudah menolak adanya eksistensi. Ia mengungkapkan jika agama hanyalah sastra dan
memutuskan untuk tidak beragama.

Untuk menguatkan keyakinannya jika Tuhan itu tidak ada, Sartre mencetuskan konsep
Etre (Eksistensialisme) :

1. Konsep Etre-En-Soi (Eksistensi untuk diri)


Konsep ini pada hakikatnya berkait dengan adanya manusia di bumi. Semua makhluk di
bumi pasti Ada. Ada di sini bersifat tidak aktif-tidak pasif, tidak positif-tidak negatif.
Konsep ini berkait dengan hal/ikhwal.
2. Etre-Pour-Soi (Eksistensi bagi diri)
Yakni merupakan eksistensi yang aktif. Manusia merupakan makhluk yang Etre-Pour-
Soi (Ada-Bagi-Diri) sebab ia mampu melakukan apa saja dengan kehendaknya.

Berpijak pada Etre-En-Soi dan Etre-Pour-Soi, Sartre mengemukakan bahwa manusia


adalah bentuk eksistensi mendahului esensi bukan esensi mendahului eksistensi. Manusia
sebelum dilahirkan masih belum terformat apa kegunaannya di dunia. Ketika ia dilahirkan,
barulah manusia tersebut bergerak dan berpikir bebas, sebab semua bergantung pada dirinya
sendiri. Pemikiran Sartre yang menandaskan bahwa manusia adalah sosok eksistensi mendahului
esensi pada akhirnya memunculkan ungkapan yang ekstrim dan radikal bahwa dengan
mematikan Tuhan maka manusia bisa menjadi manusia yang bebas absolut. Jika Tuhan masih
ada, manusia tidak akan pernah bebas secara absolut sebab selalu di bawah bayang-bayang
eksistensi Tuhan.

Manusia adalah pencipta bagi dirinya sendiri. Karena itu, hidupnya selalu dalam
kebebasan dalam mencari jati diri. Kebebasan tersebut dalam pandangan Sartre merupakan
kebebasan yang berkesadaran. Dengan demikian, kebebasan dalam pikiran Sartre tersebut
merupakan kebebasan yang bertanggung jawab. Karena itu, manusia yang beragama mau tidak
mau tidak pernah bisa bebas sebab mereka dibelenggu oleh aturan-aturan yang ada dalam agama
tersebut.

Agama/ Tuhan menurut Friedrich W. Nietzsche


Pemikiran Sartre yang meniadakan Tuhan dan mematikan Tuhan sebenarnya agak
terpengaruh oleh pemikir pendahulunya, Friedrich W. Nietzsche, eksistensialis ateis dari Jerman
yang menyatakan bahwa Tuhan telah mati. Friedrich W. Nietzsche disebut juga sebagai
“Pembunuh Tuhan” telah merumuskan moral dan falsafah atheis, yang bertolak belakang dari
falsafah yang ada dalam agama Kristen. Dengan latar belakang yang berada di lingkungan
Kristen dan masa modern, ia menjadi seseorang yang telah membawa filsafat Barat dari zaman
Modern menuju zaman Post-Modern.

Nietzsche berpendapat bahwa melepaskan kepercayaan kepada Tuhan akan membuka


jalan bagi kemampuan-kemampuan kreatif manusia untuk berkembang sepenuhnya. Tuhan orang
Kristen, dengan perintah-perintah dan larangan-larangan Nya yang sewenang wenang, tidak akan
lagi menghalanginya, sehingga manusia boleh berhenti mengalihkan mata mereka kepada ranah
adikodrati dan mulai mengakui nilai dari dunia ini. Dalam pemikiran Nietzsche, ini adalah
kebebasan untuk menjadi sesuatu yang baru, yang lain, kreatif, tanpa dipaksa untuk menerima
beban masa lampau.

Agama/ Tuhan menurut Ludwig Feuerbach

Ludwig Feuerbach (1804-1872) adalah murid Hegel, ketika ingin menjadi pendeta
Protestan. Menurut Hegel bahwa dalam kesadaran manusia, Tuhan mengungkapkan diri.
Pemikiran Hegel tersebut dipahami oleh Feuerbach bahwa yang manusia pikirkan, lakukan itu
yang mengatur adalah roh semesta, manusia ibarat wayang yang dimainkan oleh dalang.
Bertolak belakang dengan Hegel, Feuerbach berpikir jika manusia dan pemikiran tentang Tuhan
yang merupakan roh semesta adalah produk hayalan. Tuhan adalah hasil pemikiran manusia.
Tuhan bukanlah yang menciptakan manusia, melainkan Tuhan adalah hasil ciptaan angan-angan
manusia. Agama adalah sebuah proyeksi manusia.

Bagi Feuerbach, manusia secara indrawi tidak dapat dibantah, sedangkan roh semesta
hanya berada sebagai objek pemikiran manusia. Menurut Feuerbach agama merupakan
penyembahan manusia terhadap hasil ciptaannya sendiri yang tidak disadarinya, apa yang
sebenarnya adalah angan-angan dianggap mempunyai eksistensi pada dirinya sendiri, maka
manusia kemudian merasa takut dan perlu menyembah dan menghormatinya sebagai Tuhan.
Dengan demikian manusia menyatakan keseganan terhadap hakikatnya sendiri dengan
tidak menyadarinya. Sehingga agama mengungkapkan keterasingan manusia dari dirinya sendiri.
Menurut Feuerbach manusia hanya dapat mengakhiri keterasingannya dan menjadi dirinya
sendiri apabila ia meniadakan agama. Manusia harus membongkar agama agar ia dapat
merealisasikan potensi-potensinya. Menurut Feuerbach kepercayaan kepada Tuhan menghalangi
kemajuan, pencerahan, kedewasaan dan kebebasan manusia.

Agama/ Tuhan menurut Karl Marx

Karl Marx adalah penerus Feuerbach sebagai, pembela atheisme. Setelah membaca
buku Feuerbach, Marx bersama sahabatnya Friederich Engels termasuk aliran materalisme.
Menurut aliran materalisme realitas yang pertama itu adalah alam materil.

Penderitaan religius adalah ekspresi penderitaan nyata dan sekaligus protes terhadap
penderitaan nyata. Agama adalah keluhan makhluk terdesak, hati dunia tanpa hati, sebagaimana
dia roh keadaan yang tanpa roh, agama adalah candu bagi masyarakat. Menurut Marx, agama
akan menghilang dengan sendirinya, apabila manusia dapat membangun dunia yang
memungkinkan manusia untuk mengembangkan hakikatnya secara nyata dan positif.

Agama/ Tuhan menurut Sigmund Freud

Sigmund Freud (1856-1939) merupakan bapak psikoanalisa dan merupakan salah satu
ilmuan berpengaruh di dunia dan seorang atheis. Ada atau tidak adanyanya Tuhan tidak pernah
ditanyakan olehnya yang jelas Tuhan tidak ada, yang ada adalah alam dengan manusia dan
segala masalahnya. Menurut Sigmund Freud agama merupakan pelarian neurotis (kelakuan-
kelakuan dan perasaan-perasaan yang aneh dalam arti tidak sesuai dengan kenyataan yang
dihadapi) dan infantil dari realitas, manusia mencari keselamatan dari Tuhan yang tidak
kelihatan dan terlihat daripada menghadapi dunia dengan segala tantangannya. Manusia dapat
menghadapi tantangan dunia nyata apabila mampu membebaskan diri dari neurosis kolektif.

Salah satu titik kelemahan sekularisme dalam pendidikan adalah memisahkan antara
pendidikan akal (intelektual) dan rohani (spritual). Padahal, manusia sebagaimana diciptakan
Allah- tidaklah terpecah-pecah dan terbagi-bagi. Manusia adalah sebuah kesatuan yang tidak
terbagi-bagi menjadi fisik, rohani, akal dan hati nurani. Karenanya, tujuan, sasaran dan jalannya
harus satu. Dan inilah yang telah ditetapkan Islam. Islam menjadikan tujuan manusia satu yaitu
Allah, dan sasarannya adalah akhirat. Ketika pendidikan terpisah dari petunjuk agama maka yang
terjadi adalah kekeringan rohani pada sebagian siswa dan kebimbangan pada sebagian yang
lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah

SEJARAH

Pada abad 8-14 masehi, perkembangan budaya barat masih sangat terbelakang(dark ages).
Mayoritas bangsa eropa di pimpin oleh pemimpin yang kejam. Para pemuka agma memonopoli
gereja untuk kekuasaan, penyelewengan, penindasan dan praktik perbudakan. Para pendeta
mengubah isi kitab injil (bible) untuk mengintimidasi trindakan mereka. Mengajarkan kebebasan
dari ajaran agama, bebas doktrin dari greja ( teologi keristen ) sebagai upaya membebaskan diri
dari para penguasa dan pemuka agama. Lalu munculah istilah untuk merujuk pada sebuah
peradaban (western civilization) yang di pimpin oleh Amerika Serikat, dan negara – negara barat
terutama dalam perekembangan pemikiran, sains dan lainya.

Dari situ kemudian berkembang paham-paham lain yang bersumber dari liberalism yang turut di
perjuangkan masyarakat barat seperti :

1. Rasionalisme
2. Empirisme
3. Desakralisasi agama
4. Non metafisi
5. Sekularisme

Sejarah sekularisme

Gerakan sekularisme telah terjadi di eropa dan berkembang ke sluruh penjuru dunia seiring
dengan pengaruh penjajahan. Keristenisasi dan komunisme. Banyak factor yang mengakibatkan
tersebarnya gerakan ini, baik sebelum dan sesudah meltusnya revolusi perancis pada tahun 1799
M.

. Dr. Camile Al-Hajj mengatakan sekularisme adalah gerakan yang muncul akibat konflik sejarah
yang terjadi antara gereja dan kekuasaan di Eropa. Untuk memisahkan antara Agama dan Negara
di satu sisi serta pemisahan antara ajaran-ajaran gereja dan ilmu pengetahuan.

Faktor-faktor

Jelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya westernisasi ?


Westernisasi adalah budaya luar negeri yang masuk kedalam negara kita. Sehingga masyarakat
berperilaku dan bertingkah seperti layaknya orang-orang barat. Westernisasi terjadi karena
semakin cepatnya informasi dan dunia teknologi yang masuk kedalam negeri. Informasi yang
masuk ini membawa pesan kepada penggunanya yang berkaitan dengan kemajuan teknologi.
Bentuk westernisasi tidak hanya terlihat dari tindakan dan perkataan, tetapi juga dapat terlihat
dari cara berpakaian, atau gaya berpakaiannya, cara mengisi waktu luang, dan yang lainnya.
Westernisasi sebenarnya tidak buruk jika tidak bertentangan dengan norma hukum dan norma-
norma lain yang ada diindonesia. Oleh karena itu diperlukan seleksi atau penyaringan budaya
atau sesuatu hal yang masuk kedalam negara kita yang datangnya dari negara luar. Westernisasi
memberikan dampak positif dan dampak negatif.

Faktor-faktor penyebab terjadinya westernisasi adalah sebagai berikut :

 Memiliki kekurangan terhadap perkembangan dan penguasaan IPTEK


 Kegiatan dari masyarakat yang selalu mengkonsumsi barang-barnag yang berasal dari
luar negeri daripada dari dalam negeri
 Pencampuran budaya yang semakin terjadi dan bertambahnya budaya barat yang masuk
 Kurangnya bahkan tidak adanya rasa sadar dari diri sendiri untuk bisa menyaring dan
memilih apakah budaya barat yang masuk kedalam negeri itu baik atau buruk
 Melakukan peniruan seperti orang barat, seperti gaya busana, rambut, tindakan dan
memiliki gaya yang kebarat-baratan
 Selalu ingin untuk mencari yang bebas atau melakukan kebebasan apapu yang tampak
seperti negara barat yang menganut sistem liberal

BAGAIMANA JIKA IDEOLOGI INI MASUK DALAM RANAH AGAMA ?

- Menghalangi campour tangan agama atau ketuhanan dalam urusan duniawi.


- Aspek kehidupan politik, ekonomi, budaya dan sebagainya tidak di dasarkan pada agama
maka banyak kecurangan dan pemecah belah pada urusan negara.
- Negara tidak mngurusi soal agama, sudah menjadi urusan masing-masing. Maka bisa jadi
tidak adanya toleransi dalam beribadah.

Dampak Sekularisme dan Ateisme dalam Kehidupan


Pengaruh Sekularisasi di dunia Pendidikan Pendidikan Islam merupakan sebuah proses
transformasi dan internalisasi nilai-nilai ajaran Islam dalam setiap perilaku, dimana seluruh
penalaran dan perilaku hidupnya diwarnai oleh nilai-nilai Isalm.

Azyumardi Azra mengatakan bahwa pendidikan Islam memiliki tiga karakteristik:

a. penekanan pada pencarian, penguasaan, pengembangan ilmu pengetahuan atas dasar


ibadah yang dilakukan sepanjang hayat,
b. pengakuan akan kemampuan atau potensi seseorang untuk berkembang dalam suatu
kepribadian,
c. Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat
manusia.

Oleh karena itu, inti dari pendidikan Islam adalah tidak hanya proses pada penghayatan
dan pengetahuan saja, melainkan adalah pengamalannya secara benar dan bertanggungjawab,
baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah SWT. Nabi Muhammad s.a.w. telah
mengajak orang beriman untuk beriman dan beramal shaleh serta berakhlak mulia sesuai dengan
ajarannya. Maka secara umum bahwa pendidikan Islam pada hakikatnya bertujuan untuk
memperbaiki sikap, mental dan perilaku yang akan terwujud dalam amal perbuatan, berdasarkan
nilai-nilai budaya dan agama, baik itu terkait untuk kebutuhan individu maupun masyarakat
banyak secara aplikatif

Namun tidak dapat dipungkiri jika paham sekularisme ini sudah menjerat kehidupan
seluruh umat Islam, terutama dalam sistem kehidupan di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari
banyaknya peraturan dalam kenegaraan yang banyak mengacu pada hukum hukum di Barat,
misalnya mengenai hukum Hak Asasi Manusia, dan lain lain. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa dampak lain yang ditimbulkan dari adanya sekularisme dan atheisme :

1. Memperbesar kesenjangan diantara masayarakat


Akibat dari tidak teramalkannya secara baik dan benar dasar dasar dan perintah agama
ini, maka terjadilah perbedaan yang kini kian mencolok di masyarakat. Kebiasaan
menimbun harta secara berlebihan tanpa adanya kesadaran akan kewajiban saling
berbagi pada sesama menjadikan perbedaan antara yang kaya dan yang miskin terlihat
sangat jelas.
2. Menumbuhkan gaya hidup bebas
Dengan mengusung konsep kebebasan yang sebebas bebasnya, manusia dipandang
sebagai makhluk yang berdiri sendiri dan tidak terikat dengan aturan aturan yang
berkaitan dengan agama. Sekularisme dan atheisme menciptakan manusia yang tidak
memiliki batasan sebagai pengendalian terhadap perilaku dan cara berpikir manusia
tersebut. Sekularisme tidak memandang tabu atau aib pergaulan bebas antar individu
selama mereka sudah dewasa dan dilakukan dengan pillihan mereka sendiri. Padahal
pengendalian terhadap hal semacam ini sangat diperlukan agar setiap manusia tetap
bertindak sesuai dengan takarannya untuk diri sendiri dan masyarakat lain.
3. Menghilangkan keyakinan terhadap Allah SWT sebagai Sang Pencipta
Paham sekularisme dan atheisme tidak menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT
sebagai pencipta alam semesta beserta makhluk makhluknya seperti yang terjadi pada
teori Darwin yang mengemukakan asal usul terjadinya alam semesta atau teori yang
mengemukakan tentang sejarah manusia.
4. Terabaikannya pendidikan rohani
Hal ini dikarenakan sekularisme melupakan karakter manusia yang terdiri dari unsur
fisik dan psikis, atau jasmani dan rohani. Ia hanya memberikan perhatian besar pada sisi
fisik dan tidak peduli dengan tuntutan rohani. Tidak terpenuhinya kebutuhan rohani
akan memicu timbulnya kriminalitas dan penyimpangan moral. Mengaburkan keimanan
terhadap perkara-perkara yang ghaib.
5. Maraknya tindak kejahatan
Terabaikannya nilai nilai agama dan kerohanian menimbulkan sikap yang berani dalam
melakukan hal hal ilegal dan berbahaya, bukan hanya terhadap sendiri namun juga
terhadap orang lain, misalnya pencurian, pembunuhan, tawuran dan lain sebagaiannya.
Manusia tidak lagi peduli dengan hukum Islam dan akibat yang dapat ditimbulkan dari
perilaku tersebut
6. Terpecahnya kepribadian umat Islam
Dalam hal ini terjadi dimana kesalehan individual tidak berdampak pada terbentuknya
kesalehan pada sektor publik, sehingga kita sering melihat fenomena yang kontradiktif:
seorang yang melakukan ibadah haji berkali-kali, tetapi mereka melakukan korupsi
ketika terjun dalam sektor publik. Fenomena seperti ini yang dinamai sekulerisme
sektor publik.

Memang sekulerisme sektor publik di Barat sangat mencolok, tetapi Barat berhasil
mewujudkan salvation di dunia ini seperti relatif terjaminnya kesejahteraan, keadilan, dan
keamanan. Hal ini sebagai hasil dari proyek sekulerisasi, yaitu adanya pemisahan managemen
sektor publik (urusan negara) dan managemen sektor privat (urusan agama) sehingga sektor
publik terhindar dari politisasi agama.

Ateisme, sekularisme atau apapun bentuknya yang berusaha meniadakan Tuhan


sebenarnya tidak mampu menunjukkan kekuatan mereka bahwa Tuhan tidak ada. Bukti konkret
bahwa ateisme gagal tampak pada ateisme Sartre. Perjalanan ateisme Sartre dipenuhi dengan
pemikiran yang radikal tentang anti Tuhan. Ia mengumandangkan kebebasan yang absolut.
Namun, pada usianya yang senja, Sartre tidak bisa mengelak bahwa ia akan mati dan kematian
itu pasti akan menimpa setiap orang.

Maraknya ateisme akhir-akhir ini haruslah disikapi dengan pemikiran yang kritis
dengan metode intersubjektif. Melalui berpikir yang intersubjektif tersebut kita bisa banyak
belajar dari orang yang berbeda pemikiran dengan kita. Namun, belajar tersebut berkait dengan
pemertebalan iman kita pada Tuhan.

KRITIK ISLAM

Tokoh Islam :
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Van, ape ni makalah banyak bgt, pusying bikin kesimpulan. Maafin aq vania cantik 

Anda mungkin juga menyukai