Anda di halaman 1dari 18

Tanggungjawab Manusia terhadap Keluarga dan

Masyarakat Berdasarkan Al-Quran dan Hadist


Dosen Pengampu: Dr. H. Zeid Smeer, Lc. M.A

Disusun oleh :
Lailatul Choirun Umma (18110051)
Laili Faiqoti Alfaini (18110107)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
hidayah, inayah, dan taufik-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Sosiologi Agama dengan judul “Tanggungjawab Manusia terhadap Keluarga
dan Masyarakat Berdasarkan Al-Quran dan Hadist” dengan dosen pengampu Bapak
Dr. H. Zeid Smeer, Lc. M.A.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan, arahan dan
masukan dari berbagai pihak, sehingga dapat membantu dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan
kekeliruan baik dari segi penyusunan, bahasa, dan aspek lainnya. Sehingga, kami
secara terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Akhir kata, kami sangat mengharapkan doa semoga dari makalah ini dapat diambil
manfaatnya dan dapat menambah pengetahuan untuk para pembaca sekalian.

Malang, 3 September 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II ................................................................................................................. 2

PEMBAHASAN .............................................................................................. 2

A. Tanggung Jawab Manusia Terhadap Keluarga ....................................... 2

B. Tanggungjawab Manusia Terhadap Masyarakat ..................................... 9

BAB III.............................................................................................................. 14

PENUTUP ..................................................................................................... 14

A. Kesimpulan.......................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah setidaknya memiliki dua tugas dan tanggung
jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba yang berkewajiban untuk
memperbanyak ibadah kepada Nya sebagai bentuk tanggung jawab 'ubudiyyah
terhadap Tuhan yang telah menciptakannya. Kedua, sebagai khalifah yang memiliki
jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam. Dengan
kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian,
melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun
untuk makhluk yang lain.
Tanggung jawab merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan.
Dengan adanya tanggung jawab maka sesuatu perencanaan akan berhasil dengan
baik dan maksimal. Tanggung jawab pun memiliki berbagai macam. Mulai dari
tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada masyarakat, kepada
bangsa dan negara sampai tanggung jawab terhadap Tuhan.
Pada makalah ini penulis akan membahas tentang tanggung jawab kita
sebagai manusia terhadap keluarga dan juga tanggung jawab terhadap masyarakat.
Yang diharapkan bisa bermanfaat untuk pembaca.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tanggungjawab manusia terhadap keluarga?
2. Bagaimana tanggungjawab manusia terhadap masyarakat?
C. Tujuan
1. Mengetahui tanggungjawab manusia terhadap masyarakat
2. Mengetahui tanggungjawab manusia terhadap masyarakat

1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggung jawab adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.1 Kata responsibilty yang dalam
bahasa Indonesia artinya 'tanggung jawab', berasal dari kata response yang berarti
jawaban, balasan (sebagai jawaban atas). Tangung Jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. 2
Manusia menurut pandangan umum mempunyai arti bermacam-macam, karena
tedapat berbagai ilmu dan perspektif yang memaknai hakekat manusia itu sendiri.
Seperti dalam perspektif filsafat menyimpulkan bahwa manusia merupakan hewan
yang berpikir karena memiliki nalar intelektual. Dalam perspektif ekonomi
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi. Perspektif Sosiologi melihat
bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah
lepas dari manusia lainnya. Sedangkan, perspektif antropologi berpendapat
manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi. Dan
dalam perspektif psikologi, manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. 3
A. Tanggung Jawab Manusia Terhadap Keluarga
Menurut Munandar; keluarga dalam arti sempit kata adalah kelompok sosial
terkecil dari komunitas yang dibentuk oleh perkawinan dan terdiri dari seorang
suami (ayah), istri (ibu) dan anak-anak mereka. Sedangkan keluarga dalam arti
kata yang lebih luas, misalnya keluarga RT, keluarga yang kompleks atau
keluarga Indonesia.4
Menurut Nasr seorang muslim memiliki empat tanggung jawab: Pertama,
Tanggung jawab manusia kepada Tuhan (hablum-minallah). Kedua, tanggung
jawab manusia terhadap dirinya sendiri, Ketiga, tanggung jawab manusia

1
KBBI
2
Eri Alvan Ardiansyah, Skripsi: “Konsep Tanggung Jwab Manusia dan Proses
Pembentukannya dalm Pendidikan Agama Islam (Studi Atas Pemikiran Seyyed Hossein Nasr)”
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015), hal. 10
3
Eliana Siregar, “HAKIKAT MANUSIA (Tela’ah Istilah Manusia Versi Al-Qur’an dalam
Perspektif Filsafat Pendidikan Islam)” Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan
Tajdid Vol. 20: No.2, 2017, hal. 50
4
Arie Sulistyoko, “anggung Jawab Keluarga dalam Pendidikan Anak di Era
Kosmopolitan (Tela’ah Tafsir Kontemporer Atas Surat At-Tahrim Ayat 6)” IQRO: Journal of
Islamic Education, Vol.1, No.2, 2018, hal. 180

2
kepada masyarakat (hablum minannas) dan keempat tanggung jawab manusia
terhadap alam sekitar (lingkungan). 5
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa tanpa adanya tanggung jawab pada
setiap individu, maka kehidupan akan kacau. Tanggung jawab manusia
terhadap keluarganya adalah kedaan dimana individu itu sendiri memiliki
kewajiban yang harus dilakukann terhadap keluarganya. Seperti yang telah
disebutkan dalam firman Allah QS. At Tahrim ayat 6 QS. Thaha ayat 132, dan
An Nisa’ ayat 36. Keluarga juga merupakan lingkungan terdekat yang hampir
setiap harinya berkumpul. Allah memerintahkan umatnya agar menghidupkan
setiap rumah dengan ajaran yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Selain itu
dari keluargalah pendidikan pertama yang didapat oleh seorang anak. Maka jika
ingin sebuah bangsa yang baik dapat dimulai dari keluarga itu sendiri. Seperti
yang kita ketahui hidup akan lebih mudah jika kita senantiasa berada
dijalanNya.
 Ayat dan Hadis Mengenai Tanggung Jawab Manusia Terhadap
Keluarga
1. QS. At Tahrim(66):6

َ ‫اس َو ْال ِح َج‬


‫ارة ُ َعلَ ْي َها‬ ُ َّ‫َارا َّوقُ ْودُهَا الن‬ َ ُ‫ٰ ٰٓيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا قُ ْٰٓوا اَ ْنف‬
ً ‫س ُك ْم َواَ ْه ِل ْي ُك ْم ن‬
َ‫ّٰللا َما ٰٓ اَ َم َرهُ ْم َو َي ْف َعلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْون‬
َ ‫ص ْونَ ه‬ ُ ‫ظ ِشدَادٌ ََّّل َي ْع‬ ٌ ‫َم ٰٰۤل ِٕى َكةٌ ِغ ََل‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka
kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Dalam Al Quran At Tahrim berarti mengharamkan merupakan surat ke-
66, surat ini terdiri dari 12 ayat dan turun di kota Madinah. Dalam surat At
Tahrim ayat 6 menjelaskan tentang kewajiban menjaga diri dan juga
keluarga dari api neraka.
Adapun asbabun nuzul dari ayat ini adalah ketika Nabi Saw menggilir
para istrinya. Saat tiba giliran Hafshah, maka dia meminta izin berkunjung

5
Alvan, Op.Cit., hal. 4

3
kepada kedua orang tuanya dan Nabi memberi izin. Ketika Hafsah keluar,
Nabi memanggil seorang budak perempuan beliau bernama Mariyah Al-
Qibtiyah dan berbincang-bincang dengannya di kamar Hafshah. Ketika
Hafsah kembali, dia melihat Mariyah di kamarnya dan sangat cemburu serta
berkata, “Anda memasukkan dia ke kamarku ketika kami pergi dan bergaul
dengannya di atas ranjangku? Kami hanya melihatmu berbuat demikian
karena hinaku di matamu.” Nabi Saw bersabda untuk menyenangkan hati
Hafshah, “Sesungguhnya aku mengharamkannya atasku dan jangan
seorangpun kamu beritahu hal itu.” Namun ketika nabi Saw keluar dari
sisinya, Hafshah mengetuk tembok pemisah antara dia dan Aisyah, teman
dekatnya dan memberitahukan rahasia tersebut. Maka Nabi marah dan
bersumpah bahwa beliau tidak akan mengunjungi para istri selama sebulan.
Maka Allah menurunkan ayat, “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan
apa yang Allah menghalalkannya bagimu.” (Syaikh Muhammad Ali Ash-
Shabuni jil. 4, 2011: 402-403).6
Dan setelah turun ayat ini Sayyidina Umar bin Khattab bertanya kepada
Rasulullah saw. "Kami telah menahan diri dari api, dan bagaimana kami
menjaga ahli kami dari neraka?" Rasulullah saw. menjawab: “Anda
melarang mereka dari semua perbuatan yang Allah melarang Anda dan
memerintahkan mereka untuk melakukan apa yang diperintahkan Allah."
(H.R. Al-Qusyairi, dalam tafsir Al-Qurthubi). 7
Tafsir ayat ini menurut Quraish Shihab, orang yang beriman, peliharalah
diri kamu antara lain dengan meneladani Nabi dan peliharalah keluargamu
yaitu istri, anak-anak dan seluruh yang ada di bawah tanggung jawabmu
dengan membimbing dan mendidik mereka agar kamu semua terhindar dari
api neraka yang bahan bakarnya manusia yang kafir dan batu-batu yang
dijadikan berhala. Yang menangani neraka itu adalah malaikat-malaikat
yang kasar hatinya dan perlakuannya, yang keras perlakuannya dalam
melakukan tugas penyiksaan yang mana tugas penyiksaan ini dilakukan

6
Musfiyyati Rohmah, Skripsi: “Kewajiban Orang Tua dalam Mendidik Anak yang Terkait
dengan Keimanan Anak (Telaah QS. At Tahrim ayat 6)” (Surakarta: IAIN Surakarta, 2017), hal. 58-
59
7
Arie, Op.Cit., hal. 188

4
tidak kurang dan tidak lebih sesuai apa yang diperintahkan oleh Allah, yakni
yang sesuai dengan dosa dan kesalahan masing-masing penghuni neraka.
Dan malaikat itu senantiasa mengerjakan dengan mudah perintah Allah
kepada mereka.
Ayat ini menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bemula
dari rumah. Walaupun secara redaksi ayat ini tertuju pada kaum pria namun
bukan berarti tertuju pada kaum laki-laki saja. Ayat ini tertuju pada
perempuan dan laki-laki sebagaimana ayat yang serupa (misalkan ayat
mengenai yang memerintahkan untuk berpuasa) yang juga tertuju pada laki-
laki dan perempuan. Hal ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab
terhadap anak-anaknya dan juga pasangan-pasangan masing-masing,
sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah
dan ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang
diliputi oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis
(M.Quraish Shihab vol 14, 2008: 326-327).8 Dalam tafisr lain disebutkan
juga bahwa pada pintu neraka dijaga oleh sembilan belas malaikat, dan rasa
belas kasih mereka telah dicabut oleh Allah.
2. QS. Thaha (20):132
ُ‫علَ ْي َه ۗا ََّل نَسْـَٔلُكَ ِر ْزقً ۗا ن َْحنُ ن َْر ُزقُ ۗكَ َوا ْلعَاقِبَة‬ َ ‫ص‬
َ ‫طبِ ْر‬ َّ ‫َوأْ ُم ْر اَ ْهلَكَ بِال‬
ْ ‫ص ٰلوةِ َوا‬
‫ِللتَّ ْق ٰوى‬
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi
orang yang bertakwa.”
Surat ini terdiri dari 132 dalam Al Quran merupakan surat ke-20. Nama
surat ini sendiri diambil dari ayat pertama pada surat ini. Pada ayat 132
Allah memerintahkan kita untuk melaksanakan sholat. Ada sebuah riwayat
yang menjadikannya sebagai asbabun nuzul dari turunnya ayat ini. Namun
keberadaan riwayat tersebut diaanggap dhaif. Seperti yang kita ketahui

8
Ibid., hal. 62

5
sholat adalah amalan pertama yang akan dihisab nantinya. Oleh karenanya
kita diperintahkan untuk senantiasa mengerjakan sholat.

Menurut Quraish Shihab, Kata (‫ )أهلل‬ahlaka / keluarga jika ditinjau dari


masa turunnya ayat ini, maka ia hanya terbatas pada istri Nabi Muhammad
SAW yaitu Khadijah ra. dan beberapa putra beliau bersama „Ali Ibn Abi
Thalib ra. yang beliau pelihara sepeninggal Abu Thalib. Tetapi bila dilihat
dari penggunaan kata ahlaka yang dapat mencakup keluarga besar, lalu
menyadari bahwa perintah tersebut berlanjut sepanjang hayat, maka ia
mencakup keluarga besar nabi Muhammad saw, termasuk semua istri dan
anak cucu beliau. Bahkan sementara ulama memperluasnya sehingga
mencakup seluruh umat beliau.

Kata (‫ )اصطثس‬ishthabir dari kata (‫ )اصثس‬ishbir / bersabarlah dengan

penambahan huruf (‫)ط‬. Penambahan itu mengandung makna penekanan.


Nabi saw. diperintahkan untuk lebih bersabar dalam melaksankan shalat,
karena shalat yang wajib bagi beliau hanya shalat lima waktu, tetapi juga
shalat malam yang diperintahkan kepada beliau untuk melaksanakannya
selama sekitar setengah malam setiap hari, ini memerlukan kesabaran dan
ketekunan melebihi apa yang diwajibkan atas keluarga dan umat beliau.

Kata (‫ زشق‬rizq pada mulanya, sebagaimana ditulis oleh pakar bahasa


arab, Ibn Faris, berarti pemberian untuk waktu tertentu. Namun demikian,
arti asal ini berkembang sehingga rezeki antara lain diartikan sebagai
pangan,pemenuhan kebutuhan, gaji, hujan dan lain-lain, bahkan sedemikian
59 luas dan berkembang pengertiannya sehingga anugerah kenabian pun
dinamai rezeki. Setiap makhluk telah dijamin Allah rezekinya.Jaminan
rezeki yang dijanjikan itu bukan berarti Allah swt. memberinya tanpa usaha.
Harus disadari bahwa yang menjamin itu adalah Allah yang menciptakan
makhluk serta hukum-hukum yang mengatur makhluk dan kehidupannya.
Dengan kata lain walaupun rezeki kita telah diatur oleh Allah, namun
sebagai umat kita harus tetap ikhtiar untuk mendapatkan rezeki tersebut. 9

9
Pauji Amrullah, Skripsi: “Pandangan Mufassir Tentang Proses Pendidikan dalam Lingkungan
Keluarga Kajian Surat Thaha ayat 132” (Palangkaraya: IAIN Palangkaraya, 2017), hal. 57-59

6
3. QS. An Nisa’ (4):36

‫سانًا َّوبِذِى ْالقُ ْر ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى‬ َ ‫شيْـًٔا َّوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن ا ِْح‬
َ ‫ّٰللا َو ََّل ت ُ ْش ِر ُك ْوا بِ ٖه‬
َ ‫َوا ْعبُدُوا ه‬
‫سبِ ْي ِۙ ِل‬
َّ ‫ب َواب ِْن ال‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ْۢ ْن‬ ِ ‫اح‬ ِ ‫ص‬َّ ‫ب َوال‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬ ِ ‫ار ذِى ْالقُ ْر ٰبى َو ْال َج‬ ِ ‫َو ْال َمسٰ ِكي ِْن َو ْال َج‬
‫ّٰللا ََّل يُ ِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَ ًاَّل َف ُخ ْو ًر ِۙا‬ َ ‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ ا َِّن ه‬ْ ‫َو َما َم َل َك‬
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Dalam Al Quran An-Nisa’ merupakan surat dengan urutan ke-4. An-Nisa’
sendiri berarti wanita, seperti artinya surat ini memang banyak membahas
tentang wanita. Dalam ayat ini kita tidak diperbolehkan untuk menyekutukan
Allah, senantiasa berbuat baik dengan sesama, dan tidak diperkenankan untuk
sombong. Dari ke-2 ayat yang sebelumnya kita bahas dan juga ayat ini, Allah
mengajarkan hal-hal penting juga tanggung jawab sebagai umatNya.
Untuk asbabun nuzul dari QS. An-Nisa’ ayat 36 yang termaktub dalam kitab
tentang asbabun nuzul dan kitab tafsir al-Quran tidak dijelaskan secara detail.
Menurut tafsir Jalalayn (Sembahlah olehmu Allah) dengan mengesakan-Nya
(dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan suatu pun juga.) (Dan
berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak) dengan berbakti dan bersikap lemah
lembut (kepada karib kerabat) atau kaum keluarga (anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang karib) artinya yang dekat kepadamu dalam
bertetangga atau dalam pertalian darah (dan kepada tetangga yang jauh) artinya
yang jauh daripadamu dalam kehidupan bertetangga atau dalam pertalian darah
(dan teman sejawat) teman seperjalanan atau satu profesi. (ibnu sabil) yaitu
yang kehabisan biaya dalam perjalanannya (dan apa-apa yang kamu miliki) di
antara hamba sahaya. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

7
sombong) atau takabur (membanggakan diri) terhadap manusia dengan
kekayaannya.10
4. HR. Abu Daud Nomor 417

‫صلَّى‬ ُّ ‫سب َْرةَ َع ْن أَ ِبي ِه َع ْن َج ِد ِه قَا َل قَا َل النَّ ِب‬


َ ‫ي‬ َ ‫يع بن‬ َّ ‫َع ْن َع ْب ِد ْال َم ِل ِك بن‬
ِ ‫الر ِب‬
َ ‫س ْب َع ِسنِينَ َو ِإذَا بَلَ َغ‬
َ‫ع ْش َر ِسنِين‬ َ ‫ص ََلةِ إِذَا بَلَ َغ‬
َّ ‫ي بِال‬ َّ ‫سلَّ َم ُم ُروا ال‬
َّ ِ‫صب‬ َ ‫ّٰللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َّ
‫فَاض ِْربُوهُ َعلَ ْي َها‬
“Dari Abdul Malik bin Ar-Rabi' bin Sabrah dari Ayahnya dari Kakeknya
dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Perintahkanlah anak
kecil untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun,
dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila
tidak melaksanakannya."
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anakanaknya,
pendidikan terhadap anak pada umumnya muncul secara kodrati karena suasana
dan struktur keluarga yang memberikan kemungkinan alami untuk membangun
situasi dan memberikan pendidikan pada anak. 11
Perintah yang dimaksudkan disini maknanya dilakukan secara tegas,
walaupun sebenarnya perintah shalat sudah dilakukan orang tua sejak sebelum
usia anak tujuh tahun. “Anak semenak usia empat tahun atau lima tahun mesti
sudah di ajak orang tuanya untuk melaksanakan shalat bersama-sama. Anak-
anak melakukannya walaupun dengan cara ikutikutan atau hanya menirukan
gerakkan-gerakkan shalat” (Majid, 2014:263). “Oleh sebab itu bila ingin
menyuruh anak melaksanakan shalat, maka orang tua terlebih dahulu mengajari
dan memberikan contoh kebiasaan shalat kepada anak dan bila anak itu tidak
mempunyai orang tua lagi, maka yang bertanggung jawab adalah walinya.”
(Suryani, 2012:103).12

10
Bersama Belajar Pendidikan Islam, “Isi Kandungan, Tafsir dan Asbabun Nuzul Surat
An-Nisa' ayat 36”, diakses dari http://makalahqw.blogspot.com/2019/09/isi-kandungan-tafsir-dan-
asbabun-nuzul_22.html, pada 22 September 2019.

11
Haryanto Atmojo,Skripsi: Analisis Hadis Tentang Sholat pada Anak dalam Sunan Abu
Daud “ (Palangkaraya: IAIN Palangkaraya, 2018), hal. 73
12
Ibid., hal. 77

8
pada dasarnya hadits perintah shalat pada anak usia 7 merupakan perintah
yang sunah dan menjadi wajib bagi para wali, usia tujuh tahun yang dimaksud
oleh hadits hanya merupakan sebuah simbol penegasan kepada orang tua untuk
memerintahkan shalat kepada anak pada usia tujuh tahun. Sehingga apabila
orang tua ingin memerintahkan shalat kepada anaknya maka wajib bagi orang
tua untuk mengajarkan anak-anaknya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
syarat sahnya shalat. karena tidak mungkin seorang anak hanya diperintahkan
untuk melaksanakan shalat sementara dia belum bisa melakukannya. 13
Al ’Alqami berkata, “Sesungguhnya perintah memukul berlaku saat anak
telah berumur sepuluh tahun, karena pada umumnya ketika itu anak mampu
bertahan karena pukulan. Pukulan disini maksudnya adalah pukulan yang tidak
membekas dan menghindari daerah wajah.” (Abu athThayyib (2008:537).
Adanya perintah pemukulan tersebut sebagai penekanan dari Nabi Saw bahwa
shalat merupakan sesuatu yang harus dilakukan dan wajib hukumnya. 14
B. Tanggungjawab Manusia Terhadap Masyarakat
Seperti yang telah kita ketahui mengenai pengertian tanggung jawab yang
telah di jabarkan diatas, bahwa tanggung jawab adalah sebuah kewajiban yang
harus dilakukan oleh seseorang terhadap apa yang sudah semestinya dia kerjakan.
Seperti contohnya ketika kita diberikan amanah untuk bertanggung jawab
mengamankan area pondok, berarti secara tidak langsung kita akan memiliki
kewajiban untuk mengamankan area pondok tersebut.
Selanjutnya di point ini kita akan membahas mengenai tanggung jawab kita
sebagai manusia terhadap masyarakat di sekitar kita. Semua orang pastinya
memiliki suatu tanggung jawab yang besar. Entah itu tanggung jawab yang didapat
dari pemerintahan, suatu organisasi, dari keluarga kita dan lain sebagainya. 15
Seperti yang telah dijelaskan Nabi dalam Hadist nya yang diriwayatkan oleh
Bukhori:

‫سلَّ َم يَقُو ُل‬ َّ ‫صلَّى‬


َ ‫ّٰللا َعلَ ْي ِه َو‬ ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫ّٰللا‬ َ :ُ‫ع َم َر يَقُول‬
ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ ِ َّ ‫َع ْن َع ْب ِد‬
ُ ‫ّٰللا ب ِْن‬

13
Ibid., hal. 79-80
14
Ibid., hal. 80
15
M. Wiyono, “Tanggung Jawab Sosial dalam Al Qur'an”, (Diya al-Afkar, Vol IV No. 02
Desember 2016), Hlm: 9.

9
َّ ‫ َو‬،‫اإل َما ُم َراعٍ َو َمسْؤو ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
‫الر ُج ُل‬ ِ ،‫ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّكُ ْم َمسْؤول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
ٌ‫ت زَ ْو ِج َها َو َمسْؤولَة‬ ِ ‫ َو ْال َم ْرأَة ُ َرا ِع َيةٌ فِي َب ْي‬،‫َراعٍ فِي أَ ْه ِل ِه َوه َُو َمسْؤو ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
‫ َو َح ِسبْتُ أَ ْن‬:َ‫قَال‬- ،‫سيِ ِد ِه و َمسْؤو ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬ َ ‫ َو ْالخَا ِد ُم َراعٍ فِي َما ِل‬،‫َع ْن َر ِعيَّتِ َها‬
‫ َو ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو َمسْؤو ٌل َع ْن‬-‫الر ُج ُل َراعٍ فِي َما ِل أَبِي ِه َو َمسْؤو ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬ َّ ‫ َو‬:َ‫قَ ْد قَال‬
‫َر ِعيَّتِ ِه‬
“Dari Abdillah bin Umar berkata: saya mendengar Rasululloh shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan dimintai
pertanggung jawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang kepala negara adalah
pemimpin terhadap rakyatnya dan akan dimintai pertanggung jawaban perihal
rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami juga pemimpin atas keluarganya dan akan
ditanyai perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang wanita juga pemimpin atas
rumah suaminya dan akan ditanyai perihal tanggung jawabnya. Seorang pembantu
adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas
pertanggung jawabannya. Berkata: seorang lelaki adalah pemimpin dari harta
ayahnya dan akan ditanyai perihal pertanggung jawabannya. Maka setiap kalian
adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya."
Tapi yang pasti kita sebagai manusia memiliki tanggung jawab besar yang
harus selalu diingat. Yakni bagaimana manusia mampu memposisikan dirinya di
hadapan Allah dan kehidupan sosialnya. Seperti yang telah dibahas dalam semester
lalu yakni hablum-minannas dan hablum-minallah.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa tanggung jawab adalah kewajiban.
Sedangkan suatu kewajiban itu harus dilaksanakan, dan akan dimintai pertanggung
jawaban di suatu hari kelak. Sebagian orang lebih memilih menghindari tanggung
jawab dari pada menerima tanggung jawab atas apa yang dilakukan. Oleh karena
itulah muncul istilah pribahasa, “lempar batu sembunyi tangan.” Sebuah
peribahasaan yang mengartikan manusia tidak mau mempertanggung jawabkan
perbuatannya sendiri, dan membiarkan orang lain yang menanggung akibat
perbuatannya. Padahal di dalam Al-Quran Allah SWT bersabda:

‫س‬ َ ‫َوذَ ِر الَّ ِذيْنَ اتَّ َخذُ ْوا ِد ْينَ ُه ْم لَ ِعبًا َّولَ ْه ًوا َّوغ ََّرتْ ُه ُم ْال َح ٰيوة ُ الدُّ ْنيَا َوذَ ِك ْر بِ ٖ ٰٓه اَ ْن ت ُ ْب‬
ٌ ْۢ ‫س َل نَ ْف‬
‫ع ْد ٍل ََّّل يُؤْ َخذْ ِم ْن َه ۗا‬ َ ‫ش ِف ْي ٌع ۚ َوا ِْن تَ ْعد ِْل ُك َّل‬
َ ‫ي َّو ََّل‬ ‫ْس لَ َها ِم ْن د ُْو ِن ه‬
ٌّ ‫ّٰللاِ َو ِل‬ َ ‫ت لَي‬ ْ ْۖ َ‫سب‬
َ ‫بِ َما َك‬

10
ٰٰۤ ُ
َ‫اب اَ ِل ْي ٌم ْۢ ِب َما َكانُ ْوا َي ْكفُ ُر ْون‬
ٌ َ‫اب ِم ْن َح ِمي ٍْم َّو َعذ‬ َ ‫ول ِٕىكَ الَّ ِذيْنَ ا ُ ْب ِسلُ ْوا ِب َما َك‬
ٌ ‫سبُ ْوا لَ ُه ْم ش ََر‬ ‫ا‬
)70 :‫(اَّلنعام‬
“Tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan
senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah
(mereka) dengan Al-Qur'an agar setiap orang tidak terjerumus (ke dalam neraka),
karena perbuatannya sendiri. Tidak ada baginya pelindung dan pemberi syafaat
(pertolongan) selain Allah. Dan jika dia hendak menebus dengan segala macam
tebusan apa pun, niscaya tidak akan diterima. Mereka itulah orang-orang yang
dijerumuskan (ke dalam neraka), disebabkan perbuatan mereka sendiri. Mereka
mendapat minuman dari air yang mendidih dan azab yang pedih disebabkan
kekafiran mereka dahulu”
Dalam ayat diatas Allah SWT menyampaikan bahwa manusia harus
mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuatnya. Apabila sesorang tersebut
tertipu oleh keindahan dunia hingga menyebabkan seseorang tersebut lepas dari
tanggung jawabnya maka Allah SWT akan membalasnya dengan azab yang
sangatlah pedih. Tidak ada seorang pun yang bisa menolongnya, karena hanya
Allah SWT lah pelindung dan pemberi syafaat orang tersebut. Apabila yang
berkhianat itu kebetulan seorang yang memikul amanah yang mempunyai
hubungan langsung dengan nasib orang banyak, seumpama pemimpin, baik
pemimpin umat lebih-lebih lagi pemimpin negara, maka akibat yang
ditimbulkannya akan menimpa masyarakat keseluruhannya yang kadang-kadang
sampai diderita oleh beberapa keturunan.
Tanggung jawab terhadap masyarakat, pada hakekatnya manusia tidak bisa
hidup tanpa bantuan manusia lain sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk
sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan
manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan
anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah
apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan
kepada masyarakat.

11
Dalam pemikiran Salire ditegaskan bahwa tanggung jawab merupakan ciri
manusia sebagai Being- for-itself.16 Yaitu ketika manusia menjadi dirinya sendiri.
Manusia harus selalu menunaikan apa yang menjadi kewajibannya dan menjauhi
apa yang tidak mungkin bisa dilakukannya. Di mana pun manusia berada, segala
apa yang dilakukannya, dan seremeh apa pun perkara tersebut, tidak akan luput dari
pengawasan-Nya dan akan dicatat untuk dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

‫ َولَ ْو شَا َء َربُّكَ لَ َج َع َل‬١١٧ َ‫ص ِل ُحون‬ ْ ‫َو َما َكانَ َربُّكَ ِليُ ْهلِكَ ْالقُ َرى ِبظُ ْل ٍم َوأَ ْهلُ َها ُم‬
ْ ‫ ِإَّل َم ْن َر ِح َم َربُّكَ َو ِلذَلِكَ َخ َلقَ ُه ْم َوتَ َّم‬١١٨ َ‫احدَة ً َوَّل َيزَ الُونَ ُم ْختَ ِلفِين‬
‫ت‬ ِ ‫اس أ ُ َّمةً َو‬
َ َّ‫الن‬
)119-117 : ‫(هود‬١١٩ َ‫اس أ َ ْج َمعِين‬ ِ َّ‫ألن َج َهنَّ َم ِمنَ ْال ِجنَّ ِة َوالن‬
َّ ‫ألم‬ ْ َ‫َك ِل َمةُ َر ِبك‬
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara dzalim,
sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan. Jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu, dan untuk itulah Allah menciptakan mereka, kalimat Tuhanmu
(keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka
Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.”
Berdasarkan tafsir Kementrian Agama RI ayat ini menjelaskan bahwa,
Allah SWT tidak akan membinasakan suatu negara apabila dalam negara tersebut
masih terdapat masyarakat yang berbuat kebaikan, melakukan tanggung jawabnya
pada tempatnya, tidak mengurangi timbangan seperti halnya kaum Nabi Syuaib,
dan hal buruk lainnya. Allah SWT juga menjelaskan bahwa Allah menciptakan
manusia berbeda-beda dan tidak dijadikan bersatu. Karena perbedaan inilah yang
membawa hikmah yang sangat besar bagi manusia. Dengan adanya perbedaan
pendapat ataupun pemikiran dapat membuat peradaban manusia maju. Bisa
dibayangkan apabila Allah SWT menciptakan manusia sama dalam segala
keinginan, ilmu, waktu dan sebagainya, maka kehidupan manusia kan stagnan,
tidak perkembangan yang bisa membuat maju manusia. Demikian kehendak Allah
SWT mengenai kejadian manusia. Ada yang mendapat rahmat, taufiq, dan hidayah
dari Allah SWT, sehingga tetaplah mereka bersatu dan menggalang persatuan,

16
Dwi Siswanto, “Kesadaran dan Tanggung Jawab Pribadl dalam Humanisme Jean-Paul
Sartre”, (Jurnal Filsafat, Juli 1997), hlm: 29.

12
maka mereka adalah termasuk golongan orang-orang yang gembira dan akan
ditempatkan di surga. Ada pula golongan orang-orang celaka yang akan menjadi
penghuni neraka. Di ayat yg ke-19 Allah menegaskan bahwa sudah menjadi
kehendaknya bahwa neraka jahannam akan dihuni oleh golongan jin dan juga
manusia yang selalu berbuat jahat dan dosa selama masa hidupnya di bumi. Maka
dari itu, kita sebagai manusia harus bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Jangan sampai Allah memutuskan syafaat-Nya kepada kita. Salah satunya dengan
selalu bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi tanggung jawab kita.
Kemudian dijelaskan dalam sebuah hadis, terdapat 6 hak yang dimiliki
sesama Muslim. Berikut bunyi hadist yang dimaksud:
ُ‫يض َواتِ َباعُ ْال َجنَائِ ِز َوإِ َجا َبة‬
ِ ‫س َردُّ الس َََّل ِم َو ِع َيادَة ُ ْال َم ِر‬
ٌ ‫َح ُّق ْال ُم ْس ِل ِم َعلَى ْال ُم ْس ِل ِم خ َْم‬
)‫اط ِس (بخاري مسليم‬ ِ َ‫الدَّع َْوةِ َوتَ ْش ِميتُ ْالع‬
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima: (1) Menjawab salam, (2)
menjenguk orang sakit, (3) mengantar jenazah, (4) memenuhi undangan, dan (5)
mendoakan yang bersin.” (HR. Bukhari, no. 1240, dan Muslim no. 2162)
Hadist diatas sangat menggambarkan bahwa agama Islam adalah agama
yang memberikan rasa penuh kasis sayang terhadap sesamanya. Yang dipupuk
setiap hari sehingga timbul persaudaraan yang sangat amat kokoh. Hal inilah yang
seharusnya selalu diingat dan diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari
sebagai seorang muslim. Bukan saling membenci ataupun menyinyir, melainkan
saling menghormati dan mendoakan serta beempati antara satu dengan yang
lainnya. Semoga kita dapat mengamalkan keenam hak antar sesama umat muslim
seperti yang telah diajarkan Rasululloh SAW tersebut. Amin
Berikut beberapa contoh tsikap tanggung jawab terhadap masyarakat yang
bisa kita terapkan dalam lingkungan masyarakat:
 Menciptakan lingkungan yang aman, damai, serta sejahtera.
 Menjaga lingkungan agar selalu aman, seperti mengikuti kegiatan poskamling.
 Menjaga kebersihan lingkungan.
 Ikut serta dalam pembangunan desa.
 mengikuti kegiatan desa seperti, gotongroyong, kerjabakti, dan lain-lain

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja, Tangung Jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab
merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan. Dengan adanya tanggung
jawab maka sesuatu perencanaan akan berhasil dengan baik dan maksimal.
Tanggung jawab pun memiliki berbagai macam. Mulai dari tanggung jawab kepada
diri sendiri, kepada keluarga, kepada masyarakat, kepada bangsa dan negara sampai
tanggung jawab terhadap Tuhan.
Tanggung jawab manusia terhadap keluarganya adalah kedaan dimana
individu itu sendiri memiliki kewajiban yang harus dilakukann terhadap
keluarganya. Sedangkan tanggung jawab terhadap masyarakat, pada hakekatnya
manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya
sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus
berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia
di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab
tersebut.
B. Saran
Demikian dengan isi makalah yang kami sajikan, bila ada kesalahan dalam
penulisan mohon dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati kami, kami sebagai
pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA
Bersama Belajar Pendidikan Islam. 2019. Isi Kandungan, Tafsir dan Asbabun
Nuzul Surat An-Nisa' ayat 36 [Internet]. [diunduh 22 September 2019];
tersedia pada: http://makalahqw.blogspot.com/2019/09/isi-kandungan-tafsir-
dan-asbabun-nuzul_22.html
Eliana Siregar. 2017. Hakikat Manusia (Tela’ah Istilah Manusia Versi Al-Qur’an
dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam). Majalah Ilmu Pengetahuan dan
Pemikiran Keagamaan Tajdid. 20(2): 44-61.
Eri Alvan A. 2015. Konsep Tanggung Jwab Manusia dan Proses Pembentukannya
dalm Pendidikan Agama Islam (Studi Atas Pemikiran Seyyed Hossein Nasr)
[Skripsi]. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Haryanto Atmojo. 2018. Analisis Hadis Tentang Sholat pada Anak dalam Sunan
Abu Daud [Skripsi]. Palangkaraya: IAIN Palangkaraya.
KBBI
Musfiyyati Rohmah. 2017. Kewajiban Orang Tua dalam Mendidik Anak yang
Terkait dengan Keimanan Anak (Telaah QS. At Tahrim ayat 6) [Skripsi].
Surakarta: IAIN Surakarta.
Nurhadi. 2019. Pendidikan Keluarga Prespektif Hadis Nabi Muhammad saw.
Insania, 24(1): 1-34
Pauji Amrullah. 2017. Pandangan Mufassir Tentang Proses Pendidikan dalam
Lingkungan Keluarga Kajian Surat Thaha ayat 132 [Skripsi]. Palangkaraya:
IAIN Palangkaraya.
Siswanto Dwi. 1997. Kesadaran dan Tanggungjawab Pribadi dalam Humanisme
Jean-Paul Sartre. Jurnal Filsafat: 29.
Sulistyoko Arie. Tanggung Jawab Keluarga dalam Pendidikan Anak di Era
Kosmopolitan (Tela’ah Tafsir Kontemporer Atas Surat At-Tahrim Ayat 6).
IQRO: Journal of Islamic Education. 1(2): 177-192.
Wiyono. M. Tanggung Jawab Sosial dalam Al-Quran. Diya al-Afkar. 4 (2): 9.

15

Anda mungkin juga menyukai