PERKEMBANGANNYA
1
Daftar Isi
1. Pendahuluan……………………………………………………………….3
2. BAB I : Pengertian Modernisme…………………………………………..5
3. BAB II : Lahirnya Fenomena Postmodernisme…………………………...7
4. BAB III : Perkembangan Kebudayaan Postmodernisme………………...10
5. BAB IV : Implikasi Dari Postmodernisme……........................................15
6. Kesimpulan………………………………………………………………21
7. Daftar Pustaka……………………………………………………………23
2
PENDAHULUAN
3
dan teknologi masa modernisme membawa kehancuran bagi manusia, peperangan
terjadi dimana-mana yang hal ini mengakibatkan manusia hidup dalam menderita.
Pandangan modernisme menganggap bahwa kebenaran ilmu pengetahuan harus
mutlak serta objektif, tidak adanya nilai dari manusia. Di sinilah muncul suatu
paham postmodernisme yang merupakan kelanjutan, keterputusan, dan koreksi
dari modernisme untuk memberikan suatu pemikiran baru dan solusi dalam
menjalani kehidupan yang semakin kompleks ini. Bagi postmodernisme ilmu
pengetahuan tidaklah objektif tetapi subjektif dan interpretasi dari manusia itu
sendiri, sehingga kebenarannya adalah relatif.
Dalam penulisan ini kami akan membahas secara fokus dan rinci terhadap
paham postmodernisme yang merupakan pengembangan pemikiran tentang ilmu
pengetahuan, yang merupakan pergeseran, perkembangan bahkan kelanjutan dari
modernisme itu sendiri. Mulai dari apa itu pemikiran postmodernisme, sejarah
lahirnya, perkembangan hingga ke implikasi yang dirasakan dalam berbagai
bidang.
4
BAB I
PENGERTIAN POSTMODERNISME
5
penjelasannya mengenai pemikiran Bauman, yaitu “suatu teori
postmodernitas.....bukanlah modifikasi dari teori modernitas...teori
postmodernitas itu memiliki perbendaharaannya sendiri. Sebaliknya,
postmodernisme, meskipun jelas memiliki hubungan erat dengan postmodernitas,
adalah suatu istilah yang lebih merujuk kepada cara-cara baru dalam pikiran—
cara-cara baru untuk memahami gagasan, keyakinan, dan pengetahuan— daripada
cara-cara baru untuk hidup dan mengorganisasi persoalan-persoalan sosial.
6
BAB II :
Pada abad ke-16 dan ke-17 muncul apa yang disebut dengan era Revolusi
Ilmiah (Age of the Scientific Ravolution) di Eropa. Semangat ilmiah yang
dipengaruhi ilmu pengetahuan dan alam (pengaruh Newton) ini merembes ke
bidang ilmu lain seperti Charles Darwin melalui teori evolusinya yang mencoba
merumuskan biologi sebagaimana hukum fisika Newton. Melalui teori seleksi
alam, manusia dilihat sebagai hasil seleksi alam, dan evolusi berjalan tanpa
adanya campur tangan Pencipta (Tuhan). Newton dan Darwin dianggap sebagai
7
dua pemikir yang sukses dalam mengembangkan tatanan dunia yang mekanis
(sekularisme) yang menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan modern.
8
Gejala Postmodernisme yang merambah ke berbagai bidang kehidupan
tersebut yang didalamnya termasuk ilmu pengetahuan merupakan suatu reaksi
terhadap gerakan modernisme yang dinilainya mengalami kegagalan. Modernisme
yang berkembang dengan ditandai oleh adanya rasionalisme, materialisme, dan
kapitalisme yang didukung dengan perkembangan teknologi serta sains
menimbulkan disorientasi moral keagamaan dengan runtuhnya martabat manusia
(Kalean, 2002: 298).
9
BAB III :
Aliran pragmatisme
Alran fenomelogi
Aliran eksistensialisme
Aliran strukturalisme, dan
Aliran Postmodernisme
TOKOH-TOKOH POSTMODERNISME
Ada beberapa tokoh yang bisa disebut mewakili era Postmodernisme. Pertama,
Jean-Francois Lyotard, merupakan salah satu filsuf postmodernisme yang paling
terkenal sekaligus paling penting di antara filsuf-filsuf postmodernisme yang
10
lainnya. Dua karya yang menjadikannya terkenal baik di Perancis maupun diluar
negeri yaitu The Postmodernisme Condition dan The Differend. Karyanya itu juga
baik sesuatu ataupun seseorang yang ditolak bersuara terhadap system ideologis
yang dominan yang menentukan sesuatu yang dapat diterima dan tidak dapat
diterima (Zaprulkhan, 2006: 320). Pemikiran Lyotard tentang ilmu pengetahuan
dari pandangan modernisme yang sebagai narasi besar seperti kebebasan,
kemajuan, dan sebagainya kini menurutnya mengalami permasalahan yang sama
seperti abad pertengahan yang memunculkan istilah religi, nasional kebangsaan,
dan kepercayaan terhadap keunggulan negara eropa untuk saat ini tidak dapat
dipercaya atau kurang tepat kebenarannya. Maka, postmodernisme menganggap
sesuatu ilmu tidak harus langsung diterima kebenarannya harus diselidiki dan
dibuktikan terlebih dahulu. Bagi Lyotard, ilmu pengetahuan postmodernisme
bukanlah semata-mata menjadi alat penguasa, ilmu pengetahuan postmodern
memperluas kepekaan kita terhadap pandangan yang berbeda dan memperkuat
kemampuan kita untuk bertoleransi atas pendirian yang tak mau dibandingkan
(Maksum, 2014: 319-321).
11
Ketiga, Jacques Derrida. Membahas filsuf yang satu ini tidak akan lepas dari buah
pikirannya tentang dekonstruksi. Istilah ini merupakan salah satu konsep kunci
postmodernisme. Apa itu dekonstruksi? Secara etimologis, dekonstruksi adalah
berarti mengurai, melepaskan, dan membuka (Maksum, 2014: 331). Derrida
menciptakan sebuah pemikiran dekonstruksi, yang merupakan salah satu kunci
pemikiran postmodernisme, yang mencoba memberikan sumbangan mengenai
teori-teori pengetahuan yang dinilai sangat kaku dan kebenarannya tidak bisa
dibantah, yang dalam hal ini pemikiran modernisme. Derrida mencoba untuk
meneliti kebenaran terhadap suatu teori pengetahuan yang baginya bisa dibantah
kebenarannya yang dalam arti bisa membuat teori baru asalkan hal tersebut dapat
terbukti kebenarannya dan dipertanggungjawabkan.
12
fenomena fisik itu. Metafisika seperti “teologi” menurut Derrida adalah upaya
mencari dasar yang mutlak dan kemudian memaksakan dasar atau prinsip yang
mutlak itu berlaku dan menjadi dasar bagi semua realitas. Padahal, menurut
Derrida, prinsip dasar itu sesungguhnya beragam dan juga kesatuan.
13
menjelaskan bahwa modernisme besar didasarkan pada gaya yang personal atau
pribadi.
Subjek individual borjois tidak hanya merupakan subjek masa lalu, tapi juga mitos
subjek yang tidak pernah benar-benar ada, hanya mistifikasi, kata Jameson, yang
tersisa adalah pastiche. Pastiche dari pastiche, tiruan gaya yang telah mati. Kita
telah kehilangan kemampuan memposisikan ini secara historis. Postmodernisme
memiliki konsep waktu yang khas. Jameson, menjelaskan apa yang ia maksudkan
dengan menggunakan teori schizofrena lacan. Schizofrenik adalah pengalaman
penanda material yang terpisah, terisolir, dan gagal membentuk rangkaian yang
koheren (Hidayat, 2008: 227).
14
BAB IV :
15
sementara postmodernisme dalam dunia ekonomi disamakan dengan aliran
ekonomi heterodoks. Ada beberapa aliran yang digolongkan dalam aliran
heterodoks (postmodernisme) dalam dunia ekonomi, yaitu: Aliran Kelembagaan
(Institusional), Aliran Sejarah (historis), Aliran Empirimentalis. Kehadiran
postmodernisme sebagai kritik terhadap grand theory dalam kaitannya dengan
dunia ekonomi, semisal Kapitalisme, sebenarnya juga tidak menjadi solusi cerdas
dalam masalah ekonomi. Ada beberapa kritik yang dilontarkan oleh Rosenau
(dalam Nugroho, 2006: 181) terhadap paradigma postmodernisme terkait dengan
dunia ekonomi, yaitu;
1. Postmodernisme yang hadir sebagai resisten terhadap pemikiran
modernisme sebenarnya tidak menawarkan jalan keluar yang lebih cerdas.
Bahkan menurut Rosenau, aliran pemikiran sosialisme atau marxisme
lebih menawarkan jalan keluar nyata terhadap masalah sosial-ekonomi
yang dihadapi oleh masyarakat.
16
ketika teori “tidak ada kebenaran absolute” digeneralkan dan berlaku dalam
semua aspek sosial, termasuk aspek agama. Pada masa modern, manusia
mengingkari agama karena pengaruh rasionalitas karena dianggap telah gagal
melanjutkan proyek pencerahannya, sementara pada masa postmodern ini manusia
mengingkari agama dengan irrasionalitas.
17
media sangat berperan disini. Lantas, hadirnya media massa secara massif
bukanlah indikator dari bangkitnya dunia informasi? Dan sebagaimana yang telah
dijelaskan di awal, salah satu ciri postmodernisme ditandai dengan terbukanya
dunia informasi secara luas.
18
“etis”, ketika mayoritas masyarakat juga memiliki persepsi yang sama terhadap
sesuatu itu (menganggapnya etis), baik berupa seni, tindakan, maupun benda.
Sementara saat masa postmodernisme muncul, etika tidak lagi dinilai dalam
sesuatu penilaian yang “baku”, karena pemikiran postmodernisme berpendapat
bahwa perihal etika adalah masalah individual yang sifatnya pribadi dan tidak
terkait dengan orang lain. Nah, disini yang juga perlu dikaji dan dikritisi kembali.
Kita sadar bahwa manusia itu adalah makhluk komunal yang tidak mungkin bisa
hidup sendiri. Kebebasan yang keblablasan sangat mungkin untuk bersinggungan
dengan hak yang dimiliki oleh orang lain. Ketika perihal moralitas dikembalikan
ke masing-masing individu, sama artinya dengan mengatakan bahwa “hukum”
tidak lagi dibutuhkan di dunia ini karena masing-masing individu bisa mengatur
dirinya sendiri. Padahal, ketika hukum tidak ada, maka dunia akan menjadi lebih
bermasalah, karena itu moralitas bukanlah perihal individu, namun juga kewajiban
bersama untuk saling mengingatkan.
19
bangunan di kota besar, dimana penduduk yang semakin hari, semakin bertambah
(baik angka kelahiran, maupun urbanisasi) yang dengan sendirinya persediaan
lahan semakin terbatas untuk mendirikan rumah maupun bangunan lainnya.
Dengan menggunakan konsep bangunan postmodernisme, maka keberadaan
bangunan tidak lagi dalam sebuah aturan yang “kaku” (harus berbentuk geometric
atau kubisme), tapi bisa mengikuti bentuk dan luas lahan yang tersedia.
Disamping itu, Charles Moore (dalam Lash), seorang arsitektur postmodernis
pernah mengatakan terkait dengan bentuk bangunan bahwa:
“Ruang fisik dan bentuk bangunan seharusnya membantu memori umat manusia
dalam membangun kembali hubungan dengan waktudan tempat…sehingga kita
yang dalam kerumitan hidup ini terpisah dari wilayah tunggal dimana kita bisa
menemukan penyebabnya, dapat memiliki…melalui memori kita, melalui bentuk
bangunan, sesuatu sebagaimana yang disimpan oleh sumber-sumber tersebut”
(Lash, 2008: 109).
20
KESIMPULAN
21
dirubah dari berfikir totalizing menjadi pluralistic and open democracy dalam
semua sendi kehidupan.
22
DAFTAR PUSTAKA
23