Disusun Oleh:
M. Bhagas Al Ghani S.P
Koordinator Komisariat
Universitas Krisnadwipayana
Cabang Jakarta Raya
PENERAPAN PARADIGMA POSTMODERN DALAM
TERHADAPNYA
ABSTRAK
Pada dasarnya manusia tidak bisa terlepas dari perkembangan zaman, kita
sebagai manusia dituntut menjadi pemimpin di muka bumi ini seperti terlampir
Dalam QS An-Naml ayat 62 Allah SWT berfirman, yang artinya "Dan (Dialah)
yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi.", manusia juga sudah
diberikan keistimewaan berupa akal dan pikiran, era modern telah tergantikan oleh
era postmodern seperti tokohnya yang amat kita ketahui diantaranya Jean Francois
Lyotard yang ia percayai postmodern bisa menjadi jawaban dari keresahan umat
manusia dan teori-teori postmodern bisa kita terapkan dalam ilmu sosial serta dalam
Pencerahan (Aufklarung). Pada zaman itu, manusia tidak lagi memandang alam
sebagai sebuah isteri besar, melainkan alam yang dapat diukur dan dipahami
menjangkiti masyarakat di Eropa kala itu, masyarakat tidak lagi percaya pada
tentang alam mulai hilang tertiup angin. Di abad ke-19 dan 20 dunia mengalami
zaman modern yang penuh dengan hiruk-pikuk mulai dari pertarungan ideologi,
Perang Dunia I dan II, kolonialisme, serta kekacauan yang hadir karena
keponggahan manusia dalam memandang dunia hanya dengan melalui rasio. Dunia
seolah dipilah-pilah oleh sains dan tidak ada tempat untuk mengutarakan pendapat
atau emosi dari pihak subjek. Setelah itu lahirlah aliran postmodernisme yang
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif bersifat Deskriptif
analitis yakni penelitian hukum dimana pengetahuan atau teori tentang obyek sudah
pendekatan konseptual.
PEMBAHASAN
A. Definisi Postmodern
baru untuk menunjuk kepada batas antara era kekuasaan agama kristen dan era
terdiri dari seperangkat konsep, nilai, teknik dan lain-lain yang digunakan
fenomena sosial yang dilihat dan dirasa sesuai dengan apa yang ada dalam
aliran modernisme yang gagal memenuhi janji kehidupan sosial yang lebih
seniman dan kritikus di New York pada tahun 1960- an, selanjutnya diambil
oleh oleh teoretikus eropa tahun 1970-an (Husaini, 2020). Diantaranya Jean
pengetahuan secara universal sahih untuk seluruh umat manusia (Ryadi, 2004).
Ardono, dan Herbert Marcuse yaitu ia memiliki sisi kelam yang membuat
olehnya maka hal ini bertujuan ntuk eksploitasi dan laba menuju kerah tanda
dan sistem. Saat itu dunia digambarkan sebagai Hipperealitas yaitu sulit
untuk melihat yang riil Secara lebih khusus paradigma postmodern
dengan penolakan terhadap apa yang ia sebut dengan narasi besar (Grand
3. Pluralisme Agama
Tuhan, walaupun kekal dalam agama mereka C.S. Lewis mengatakan: saya
berfikir bahwa setiap doa yang dilakukan dengan tulus ikhlas walaupun
terhadap tuhan palsu akan diterima oleh tuhan yang benar dan bahwa Jesus
Jhon Hick mengatakan bahwa pada dasarnya semua gambaran tentang tuhan
manusia dan yang tergambar hanyalah yang dapat dialami oleh keterbatasan
objektif hanyalah bayangan manusia. Bagi Hick tuhan agama islam, agama
hindu dan buda adalah sama sahaja. Seseorang yang percaya bahwa allah
ialah pencipta alam semesta sama dengan yang percaya bahwa alam ini
adalah kekal dan ianya sendiri adalah tuhan pada hakikatnya sama sahaja
(Harris, 2018)
adalah dalam bentuk lahirnya aliran Critical Legal Studies. Critical Legal
Studies adalah salah satu bagian dari critical legal theory. Setidaknya critical
legal theory memayung 4 (empat) cabang teori yaitu: feminist legal theory
Critical Legal Studies merupakan sebuah gerakan yang muncul pada tahun
berbeda dalam memahami hukum, tidak hanya seperti pemahaman selama ini
yang bersifat Socratis. Beberapa nama yang menjadi penggerak Critical Legal
Studies adalah Roberto Unger, Duncan Kennedy, Karl Klare, Peter Gabel,
Mark Tushnet, Kelman, David trubeck, Horowitz, dan yang lainnya (Purwanto,
n.d.)
mempunyai dasar yang objektif dan tidak ada yang namanya kebenaran sebagai
tempat berpijak dari hukum. Dengan kata lain, hukum tidak mempunyai dasar
berpijak, yang ada hanya kekuasaan. Akhir-akhir ini, mereka yang disebut juga
tentang teori hukum dan merupakan pembela gerakan Critical Legal Studies
(Purwanto, n.d.)
hubungan yang oppressive (bersifat menindas) dan tidak egaliter. Teori kritis
bekerja untuk mengembangkan alternatif lain yang radikal dan untuk menjajagi
peran hukum sosial dalam menciptakan hubungan politik, ekonomi dan sosial
baru (Purwanto, n.d.) Sebagaimana yang telah dijelaskan diawal tulisan ini
bahwa dekonstruki merupakan salah satu metode analisis hukum dari critical
legal studies (CLS). Wacana dekonstruksi pertama kali digulirkan oleh Martin
yaitu kerja membedakan dalam konteks ruang (to differ in space) dan menunda
dalam konteks waktu dan kehadiran (to defer means to put off in time or to
mengendarai aliran critical legal studies tentu menjadi ancaman yang serius
yaitu (hukum barat, hukum islam, dan hukum adat) yang kemudian menjadi
hukum positif yang berlaku untuk bangsa indonesia. Hukum Islam Misalnya
pembagian hasil warisan antara laki-laki dan perempuan yang sudah dibakukan
memiliki masa idah jika diceraikan oleh suminya, sementara laki-laki tidak
memiliki masa idah jika terjadi kasus perceraian. Hal-hal seperti ini tentu
manusia yang didasarkan kepada gender, jika dilihat dari sudut pandang
critical legal studies tentu kita masih ingat dengan gagasan pembaharuan
hukum islam yang digagas oleh Tim Pengarusutamaan Gender (PUG) yang
islam) dengan pandangan bahwa KHI tidak lagi memadai dan tidak cukup
didominasi oleh mazhab syafii sehingga tidak akrab dengan hukum nasional
subtansi (pasal- pasal) dalam KHI, tapi juga menginginkan perubahan pada
Pertama, tidak berbeda lagi mana yang tsawabit dan mana yang
mutaghayirat di dalam agama, atau sangat sulit dipahami mana hal yang
bersifat ushul dan mana yang bersifat furu sehingga berujung dengan keraguan
berani mendobrak hal- hal yang sudah baku dan bersifat permanen atas dasar
yang telah disepakati dan ditunjukan oleh nash- nash qat’i yang tidak boleh ada
Tsawabit adalah hal-hal Qat’i yang telah disepakati ulama, yang telah
dikukuhkan hujahnya oleh allah swt dalam al quran dan lewat lisan Nabi-Nya
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
Sebab itu maka wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
Hukuman zina ghairu muhsan adalah didera 100 kali cambuk “(Ini adalah)
satu surah yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-
hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang
jelas, agar kamu selalu mengingatinya. Perempuan yang berzina dan laki-laki
yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari
al syariyah adalah tujuan diturunkanya syariat ini yaitu, untuk menjaga agama,
postmodernise itu karena memang hal yang sangat ditekankan itu adalah
tujuan dari subtansi tersebut. Atau dengan bahasa lainya terpisahnya antara
menafsirkan al quran sebagai salah satu sumber hukum didalam islam oleh
pembaharuan nalar islam, Dr. Nasr Hamid Abu Zaid dengan menerapkan
Hanafi Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud mengatakan sesungguhnya penafsiran
dengan cara apapun atau hermeneutika bibel menurut umat kristiani (Salim &
Kurniawan, 2010).
Juga tidak sama dengan semua teori takwil kitab suci yang menyatu pada
sebagai seluruh ilmu dasar yang membangun seluruh ilmu dalam belantara
KESIMPULAN
bangunan hukumnya yang plural yaitu hukum barat, hukum adat, dan
hukum islam berlaku pada waktu yang sama untuk menata kehidupan
bangsa indonesia .
nilai keimanan, nilai- nilai prinsip dan hilangnya maksud dan tujuan dari
kerancuan dan keraguan dalam subtansi hukum islam melalui critical legal
studies tersebut.
SARAN
Kita sebagai umat manusia tidak boleh menghindari paradigma postmodern
I. INFORMASI
II. PENDIDIKAN
VI. MOTTO
Katakanlah benar jika itu benar, katakanlah salah jika itu salah. Jangan benar
disalahkan, lalu sebaliknya.