Anda di halaman 1dari 19

Postmodernisme

Kelompok 3 :
Muhammad Nabil Fadila (201846500746)
Imam Fathur Rahman (201846500761)
Leonard Ari Raharja (201846500776)
Arvan Rusdiansyah (201846500790)
Pendahuluan

Ilmu pengetahuan tentunya selalu mengalami perkembangan dari tahun ketahun.


Karena sifat dari manusia yang selalu tidak merasa puas terlebih dalam hal
keilmuan. Akibat dari hasil pemikiran yang telah ada, mereka akan berfikir untuk
dapat mengembangkan dan menguji ulang terhadap hasil penemuan yang telah
lalu.
Sama halnya dengan postmodernisme yang muncul diakibatkan karena kegagalan
Modernisme dalam mengangkat martabat manusia. Bagi postmodernisme, paham
modernisme selama ini telah gagal dalam menepati janjinya untuk membawa
kehidupan manusia menjadi lebih baik dan tidak adanya kekerasan.
Di sinilah muncul suatu paham postmodernisme yang merupakan kelanjutan,
keterputusan, dan koreksi dari modernisme untuk memberikan suatu pemikiran
baru dan solusi dalam menjalani kehidupan yang semakin kompleks ini.
Pengertian Postmodern
Istilah ‘postmodern’ mengandung berbagai pengertian. Secara
kebahasaan, ‘post’ (atas beyond) berarti sesudah, lepas (sedangkan
beyond berarti di luar atau mengatasi modern). Dengan demikian,
postmodern berarti filsafat atau pemikiran yang berkembang sesudah
atau mengatasi era Modern.

Pendapat Tokoh

Louis Leahy
postmodernisme adalah suatu
pergerakan ide yang menggantikan
ide-ide zaman modern.
(Leahy, 1985: 271).
Pengertian Postmodern

Jean-Francois Lyotard

Postmodernisme sebagai segala kritik


atas pengetahuan universal, atas
tradisi metafisik, fondasionalisme
maupun atas modernism.

Dari buku “The Postmodern


Condition: A Report on Knowledge”
Pengertian Postmodernism

Maka dapat disimpulkan bahwa


postmodernisme merupakan suatu
ide baru yang menolak atau pun yang
termasuk dari pengembangan suatu
ide yang telah ada tentang teori
pemikiran masa sebelumnya yaitu
paham modernisme yang mencoba untuk memberikan kritikan-kritikan
terhadap modernisme yang dianggap telah gagal dan bertanggung jawab
terhadap kehancuran martabat manusia; ia merupakan pergeseran ilmu
pengetahuan dari ide-ide modern menuju pada suatu ide yang baru yang
dibawa oleh postmodernisme itu sendiri
Lahirnya Fenomena Postmodernisme
Munculnya postmodernisme tidak dapat dilepaskan dari modernisme itu sendiri. Kata
modernisme mengandung makna serba maju, gemerlap, dan progresif. Modernisme
selalu menjanjikan pada kita untuk membawa pada perubahan ke dunia yang lebih
mapan di mana semua kebutuhan akan dapat terpenuhi. Rasionalitas akan membantu
kita menghadapi mitos-mitos dan keyakinan-keyakinan tradisional yang tak berdasar,
yang membuat manusia tak berdaya dalam menghadapi dunia ini (Maksum, 2014: 309).

Namun demikian, modernism memiliki sisi gelap yang menyebabkan kehidupan


manusia kehilangan diorientasi. Apa yang dikatakan oleh Max Horkheimer, Ardono, dan
Herbert Marcuse bahwa pencerahan tersebut melahirkan sebuah penindasan dan
dominasi disamping juga melahirkan kemajuan. Modernisme, menurut Anthony
Giddens, menimbulkan berkembangbiaknya petaka bagi umat manusia. Pertama,
penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan sengketa. Kedua, penindasan oleh yang
kuat atas yang lemah. Ketiga, ketimpangan sosial yang kian parah. Keempat,
kerusakan hidup yang kian menghawatirkan (Maksum, 2014: 311).
Lahirnya Fenomena Postmodernisme
 Tumbangnya modernisme dan munculnya postmodernisme dapat kita ketahui dari
pemikiran filsafatnya Soren Kierkegaard (1813-1855), sebagaimana dikutip oleh Ali
Maksum, yang menentang rekonstruksi-rekonstruksi rasional dan masuk akal yang
menentukan keabsahan kebenaran ilmu. Sesuatu itu dikatakan benar ketika sesuai
dengan konsensus atau aturan yang berlaku di dunia modern, yaitu rasional dan
objektif. Namun tidak dengan Kierkegaard, dia berpendapat bahwa kebenaran itu
bersifat subjektif (Ghazali & Effendi, 2009: 314). Truth is subjectivity, artinya
bahwa pendapat tentang kebenaran subjektif itu menekankan pentingnya
pengalaman yang dialami oleh seorang individu yang dianggapnya relative.
 Gejala Postmodernisme yang merambah ke berbagai bidang kehidupan tersebut yang
didalamnya termasuk ilmu pengetahuan merupakan suatu reaksi terhadap gerakan
modernisme yang dinilainya mengalami kegagalan. Modernisme yang berkembang
dengan ditandai oleh adanya rasionalisme, materialisme, dan kapitalisme yang
didukung dengan perkembangan teknologi serta sains menimbulkan disorientasi
moral keagamaan dengan runtuhnya martabat manusia (Kalean, 2002: 298).
1813-1855
Perkembangan Kebudayaan
Postmodernisme
Postmodernisme menawarkan ciri-ciri yang bertolak belakang dengan watak era
pendahulunya, yakni:menekankan emosi ketimbang rasio, media ketimbang isi, tanda
ketimbang makna, kemajemukan ketimbang penunggalan, kemungkinan ketimbang
kepastian, permainan ketimbang keseriusan, keterbukaan ketimbang pemusatan, yang
lokal ketimbang yang universal, fiksi ketimbang fakta, estetika ketimbang etika dan
narasi ketimbang teori (Ariel Heryanto, 1994 : 80). 
Tokoh-Tokoh Postmodernism

Jean-Francois Lyotard, merupakan salah satu filsuf postmodernisme yang


paling terkenal sekaligus paling penting di antara filsuf-filsuf
postmodernisme yang lainnya. Dua karya yang menjadikannya terkenal
baik di Perancis maupun diluar negeri yaitu The Postmodernisme
Condition dan The Differend.
Tokoh-Tokoh Postmodernism
Michel Foucault, adalah seorang tokoh
postmodernisme yang menolak
keuniversalan pengetahuan. Ada
beberapa asumsi pemikiran pencerahan
yang ditolak oleh Foucault yaitu:
 Pengetahuan itu tidak bersifat
metafisis, transendental, atau
universal, tetapi khas untuk setiap
waktu dan tempat
 Tidak ada pengetahuan yang mampu
menangkap katakter objektif dunia,
tetapi pengetahuan itu selalu
mengambil perspektif.
 Pengetahuan tidak dilihat sebagai
pemahaman yang netral dan murni,
tetapi selalu terikat dengan rezim-
rezim penguasa
Tokoh-Tokoh Postmodernism
Jacques Derrida. Membahas filsuf yang satu ini tidak akan
lepas dari buah pikirannya tentang dekonstruksi. Istilah ini
merupakan salah satu konsep kunci postmodernisme. Apa itu
dekonstruksi? Secara etimologis, dekonstruksi adalah berarti
mengurai, melepaskan, dan membuka (Maksum, 2014: 331).

Derrida menciptakan sebuah pemikiran dekonstruksi, yang


merupakan salah satu kunci pemikiran postmodernisme, yang
mencoba memberikan sumbangan mengenai teori-teori
pengetahuan yang dinilai sangat kaku dan kebenarannya
tidak bisa dibantah, yang dalam hal ini pemikiran
modernisme. Derrida mencoba untuk meneliti kebenaran
terhadap suatu teori pengetahuan yang baginya bisa dibantah
kebenarannya yang dalam arti bisa membuat teori baru
asalkan hal tersebut dapat terbukti kebenarannya dan
dipertanggungjawabkan.
Tokoh-Tokoh Postmodernism
 Jean Baudrillard; pemikirannya memusatkan perhatian
kepada kultur, yang dilihatnya mengalami revolusi besar-
besaran dan merupakan bencana besar. Revolusi kultural
itu menyebabkan massa menjadi semakin pasif ketimbang
semakin berontak seperti yang diperkirakan pemikir
marxis.
 Bagi Jean Baudrillard, karya-karyanya mempunyai
sumbangan terhadap pemikiran teori sosial untuk
postmodernisme yang baginya bahwa objek konsumsi
merupakan tatanan produksi. Sehingga baginya masyarakat
hidup dalam simulasi yang dicirikan dengan
ketidakbermaknaan. Karena manusia kehilangan
identitasnya dan jati dirinya yang banyak terjadi pada
masa kontenporer. Tokoh inilah yang terkenal dengan
menyebut dunia postmodernisme sebagai kehidupan yang
Hiperealitas.
Implikasi Pemikiran Postmodernisme
Bidang Ekonomi
 Postmodernisme yang hadir sebagai resisten terhadap pemikiran modernisme
sebenarnya tidak menawarkan jalan keluar yang lebih cerdas. Bahkan menurut
Rosenau, aliran pemikiran sosialisme atau marxisme lebih menawarkan jalan
keluar nyata terhadap masalah sosial-ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat.
 Postmodernisme sangat sulit saat dijadikan pertimbangan untuk membuat sebuah
kebijakan. Sebagaimana dijelaskan bahwa salah satu ciri pemikiran
postmodernisme adalah menolak adanya generalisasi, padahal untuk menciptakan
sebuah kebijakan diperlukan suatu generalisasi, dalam artian mustahil sang
pembuat kebijakan mampu memenuhi keinginan setiap individu yang terlibat
dalam kebijakan itu nantinya.
 Postmodernisme melayangkan kritik terhadap modernism dengan mengatakan
bahwa konsep modernisme sesuatu yang irrasional. Padahal postmodernisme
seringkali menawarkan solusi yang sebenarnya juga irrasional, seperti dalam kasus
pengambilan kebijakan di atas.
Implikasi Pemikiran Postmodernisme

Bidang Agama
Ciri pemikiran postmodernisme yang lain adalah menganggap nilai kebenaran itu
relative, dalam pengertian tidak ada kebenaran mutlak atau tidak ada kebenaran
absolut. Dalam hal ini, hal yang perlu kita lihat secara kritis adalah ketika teori
“tidak ada kebenaran absolute” digeneralkan dan berlaku dalam semua aspek
sosial, termasuk aspek agama. Pada masa modern, manusia mengingkari agama
karena pengaruh rasionalitas karena dianggap telah gagal melanjutkan proyek
pencerahannya, sementara pada masa postmodern ini manusia mengingkari
agama dengan irrasionalitas.
Implikasi Pemikiran Postmodernisme

Sosial Budaya
Salah satu hal yang paling menonjol dari pemikiran postmodernisme adalah
menolak meta-narasi. Salah satu konsep metanarasi adalah materialisme. Namun
menjadi paradoks disini ketika masyarakat mengeluarkan kritik tajam terhadap
materialisme, tetapi di saat yang sama pula, pola hidup konsumerisme semakin
menguat dan mengakar. Katakanlah, pola konsumtif ini bagian daripada ciptaan
kapitalis demi keuntungan ekonomi yang berlipat, namun timbul pertanyaan
selanjutnya, bagaimana pihak kapitalis mengkampanyekan atau menggiring
masyarakat untuk pola hidup konsumtif? Jawabannya salah satunya, media sangat
berperan disini. Lantas, hadirnya media massa secara massif bukanlah indikator
dari bangkitnya dunia informasi? Dan sebagaimana yang telah dijelaskan di awal,
salah satu ciri postmodernisme ditandai dengan terbukanya dunia informasi
secara luas.
Implikasi Pemikiran Postmodernisme
 Etika Estetika Seni & Arsitektur
 Jika ditilik dari segi moralitas (etika), postmodernisme tidak lagi melihatnya secara
“general”. Maksudnya, jika sebelumnya persepsi mengenai etika selalu dihubungkan
dengan konsep komunal, dalam artian sesuatu dianggap “etis”, ketika mayoritas
masyarakat juga memiliki persepsi yang sama terhadap sesuatu itu (menganggapnya
etis), baik berupa seni, tindakan, maupun benda. Sementara saat masa
postmodernisme muncul, etika tidak lagi dinilai dalam sesuatu penilaian yang “baku”,
karena pemikiran postmodernisme berpendapat bahwa perihal etika adalah masalah
individual yang sifatnya pribadi dan tidak terkait dengan orang lain. Nah, disini yang
juga perlu dikaji dan dikritisi kembali. Kita sadar bahwa manusia itu adalah makhluk
komunal yang tidak mungkin bisa hidup sendiri. Kebebasan yang keblablasan sangat
mungkin untuk bersinggungan dengan hak yang dimiliki oleh orang lain. Ketika perihal
moralitas dikembalikan ke masing-masing individu, sama artinya dengan mengatakan
bahwa “hukum” tidak lagi dibutuhkan di dunia ini karena masing-masing individu bisa
mengatur dirinya sendiri. Padahal, ketika hukum tidak ada, maka dunia akan menjadi
lebih bermasalah, karena itu moralitas bukanlah perihal individu, namun juga
kewajiban bersama untuk saling mengingatkan.

Anda mungkin juga menyukai